Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Rukun dan Syarat Taubat (3/6)

Beberapa ayat suci al-Quran al-Karim menyertai kata taubat dengan frasa amal salih. Karena itu, ayat-ayat tersebut bisa jadi mengisyaratkan pada syarat taubat berupa penunaian dan penebusan hak Allah atau hak orang lain yang telah diabaikan. (Baca sebelumnya: Rukun dan Syarat Taubat-2)

Ayat-ayat itu antara lain firman-firman Allah sebagai berikut;

إِلاَّ مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً …

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh…”[1]

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى.

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.[2]

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَة ثُمَّ تَابُوا مِن بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ.

rukun-taubat“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [3]

Bisa jadi pula bahwa penebusan dosa dengan penunaian hak-hak Allah masuk dalam ketentuan “inabah”, bukan taubat. Dengan demikian taubat berarti kembali kepada Allah dengan memohon ampunan atas dosa, sedangkan inabah ialah kembali kepadaNya dengan perbaikan atas pelanggaran yang telah dilakukan. Dengan kata lain, taubat ialah kembali kepadaNya dalam bentuk komitmen, sedangkan inabah ialah kembali kepadaNya dalam bentuk loyalitas.[4]

Betapapun demikian, taubat dan inabah secara harfiah memiliki satu arti yang sama, yaitu; kembali.

b. Sebelum Terungkapnya Hakikat Akhirat

Taubat harus dilakukan sebelum terungkapnya dimensi akhirat, yakni sebelum manusia mengalami kondisi sekarat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT;

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ.

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’”[5]

Demikian pula firman Allah SWT yang mengisahkan kematian Fir’aun;

حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لاَ إِلـهَ إلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ * آلاْ نَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ.

“…hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’”[6]

Banyak pula hadis yang berbicara tentang ini, antara lain sabda Rasulullah saw;

من تاب قبل موته بسنة قَبلَ الله توبته، ثُمّ قال: إنّ السنة لكثير، من تاب قبل موته بشهر قَبِلَ الله توبته، ثُمّ قال: إنّ الشهر لكثير، ثُمّ قال: من تاب قَبلَ موته بجمعة قَبل الله توبته، ثُمّ قال: وإنّ الجمعة لكثير، من تاب قبل موته بيوم قَبلَ الله توبته، ثُمّ قال: إنّ يوماً لكثير، من تاب قبل أن يعاين قَبلَ الله توبته.

“Barangsiapa bertaubat setahun sebelum kematiannya maka Allah menerima taubatnya. Satu tahun terlalu banyak, barangsiapa bertaubat sebulan sebelum kematiannya maka Allah menerima taubatnya. Satu bulan terlalu banyak, barangsiapa bertaubat sebelum satu kali Jumat maka Allah menerima taubatnya. Satu kali Jumat terlalu banyak, barangsiapa bertaubat sehari sebelum kematiannya maka Allah menerima taubatnya. Satu kali Jumat terlalu banyak, maka barangsiapa bertaubat sebelum menyaksikan (kematian) maka Allah menerima taubatnya.” [7]

Imam Muhammad al-Baqir as berkata;

إذا بلغت النفس هذه ـ وأهوى بيده إلى حلقه ـ لم يكن للعالم توبة، وكانت للجاهل توبة.

“Ketika nyawa sudah mencapai ini (beliau menunjuk ke bagian kerongkongan) maka tak ada taubat lagi bagi orang yang berpengetahuan, sedangkan bagi orang tidak tahu masih ada taubat.”[8]

Ada yang mengatakan bahwa salah satu nikmat dan kasih sayang Allah bagi manusia ialah bahwa kematian dimulai dari bagian kaki hingga menjalar ke kepala, bukan sebaliknya, sehingga masih ada kesempatan bagi manusia untuk bertaubat sebelum dia sekarat dan menyaksikan nuansa akhirat.

(Bersambung)

[1] QS. Maryam [19]: 60.

[2] QS. Thaha [20]: 82

[3] QS. Al-Nahl [16]: 119.

[4] Lihat Manazil al-Sa’irin, karya Abdullah al-Ansari, Bab Inabah.

[5] QS. Al-Nisa’ [4]: 18.

[6] QS. Yunus [10]: 90 – 91.

[7] Al-Wasa’il, jilid 16, hal. 87, bab 93 Jihad al-Nafs, hadis 3.

[8] Ibid, hadis 2.

Baca selanjutnya: Rukun dan Syarat Taubat (4/6)

 

No comments

LEAVE A COMMENT