Oleh: Dr. Muhsin Labib
Mengapa lebih pantas mencari pasangan rumah tangga sekomunitas, mengutamakan mitra bisnis yang terpercaya sekomunitas, membeli produk dan dagangan sekomunitas dan mengutamakan sekomunitas dalam semua interaksi?
Urgensinya adalah fakta logis aksiomatis. Banyak individu dalam komunitas yang menghadapi problema berat terutama dalam ekonomi akibat mempertahankan keyakinan pilihannya. Sebagian dari mereka berada di titik nadir. Tak semuanya terhubung dengan pihak-pihak yang mampu membantu, apalagi nyaris sebagian besar mengalami problema yang sama dalam situasi yang kian berat ini. Mereka adalah elemen penting komunitas ini dan bagian dari keluarga besar pelintas jalan suci ini.
Eksistensi sebuah komunitas kecil yang dikepung oleh kebencian kelompok-kelompok takfiri, intoleransi masyarakat awam dan diskriminasi juga pengabaian elit otoritas tak bisa dipertahankan dengan sekadar saling share tulisan dan konten mengunggulkan keyakinan sendiri di grup sendiri sekomunitas atau lomba pamer mazhab di masing-masing akun platform yang hanya dibaca mutual friend sekomunitas atau menyimak ceramah yang sebagian beaar hanya pengulangan narasi sejarah dalam setiap acara ritual rutin sekomunitas, namun bisa dipertahankan dengan konsolidasi, kerja kolektif sesama profesi dan kesadaran merata tentang urgensi memahami skala prioritas koordinasi sesama anggota sekomunitas dalam segala bidang di semua level seberat apapun hambatan dan kesulitannya.
Dengan mengandalkan kecermatan berbasis pengamatan objektif terhadap kompetensi dan proyeksi terukur dan dengan memperhatikan aspek legal dalam kemiraan profesional antar individu sekomunitas, ajaran suci ini bisa dinikmati oleh generasi selajutnya di tengah bangsa besar yang majemuk ini.
Ragam profesi, keahlian,, produk, dan jasa dalam banyak bidang dalam komunitas ini yang bila diperkuat dan diutamakan dengan mutualisme yang terencana bisa ditransformasi menjadi pilar utama eksistensi komunitas tanpa perlu menanti belas kasihan siapapun di luar komunitas.
Lemah dan kuatnya, bertahan atau pudarnya sebuah entitas sosial ditentukan oleh kualitas individu-individu yang merasa bagian integral darinya seberat apapun badai kebencian dan fitnah yang menerjangnya. Kesadaran sebagai bagian darinya adalah buah iman kepadanya. Tanpa basirah alias kesadaran taklif individual dan komunal yang mestinya melejitkan optimisme dan loyalitas, entitas itu adalah kumpulan para penonton atau penggembira.