Timbulnya pertengkaran dan KDRT sebagian besar disebabkan dampak dari kurangnya pengetahuan cara berinteraksi antara suami-istri. Selain itu, keduanya juga tidak berupaya memenuhi saling kebutuhan dan harapan pasangan. Berikut 6 prinsip interaksi pasutri dalam perspektif Islam yang dapat mencegah terjadinya KDRT:
- Prinsip fokus pada perbedaan psikologis yang dimiliki laki-laki dan perempuan.
Penerimaan perbedaan psikologis akan memudahkan pasutri untuk menerima karakter masing-masing. Hal ini dapat mendorong keduanya untuk saling berbagi dalam kehidupan keluarga. Karena itulah Islam mendukung pembagian peran dalam keluarga berdasarkan gender. Peran gender yang diajarkan Islam berdasarkan pada karakteristik laki-laki dan perempuan. Ada peran yang tetap tidak bisa berubah dan ada peran yang bisa disesuaikan dengan kondisi dan waktu tertentu. Penyesuaian pasutri berdasarkan pemahaman kondisi psikologis satu sama lain berdampak pada penerimaan perbedaan dan memperbaiki kekurangan dirinya secara perlahan alih-alih mempertentangkan perbedaan.
- Prinsip ma’ruf dalam keluarga.
Al-qur`an menjadikan ‘bergaul dengan baik’ sebagai tolok ukur hubungan yang ideal dengan keluarga, khususnya antar pasangan. Berkaitan dengan relasi suami dan istri, kata ma’ruf lebih dari 20 kali digunakan dalam Al-qur`an, antara lain:
- surah Al-baqarah ayat 180, 228, 229, 231, 234
- surah An-Nisa: 19, 25
- surah Al-Mumtahanah: 20
- surah Talaq: 2, 6.
Kewajiban pasutri di keluarga ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi sosial serta prinsip ma’ruf:
- Al-Baqarah: 228 (وَلَهُنَّ مِثۡلُ الَّذِىۡ عَلَيۡهِنَّ بِالۡمَعۡرُوۡفِ)
- Al-Baqarah: 229 (فَاِمۡسَاكٌ ۢ بِمَعۡرُوۡفٍ)
- An-Nisa: 19 ( وَعَاشِرُوۡهُنَّ بِالۡمَعۡرُوۡفِ)
Prinsip ma’ruf meliputi: kebutuhan ekonomi, kebutuhan afeksi, penghormatan terhadap perempuan, pengambilan keputusan dan penyelesaian perselisihan, komunikasi verbal antara suami dengan istri.
- Prinsip keadilan dalam urusan rumah tangga.
Menjalankan prinsip keadilan merupakan tolok ukur penting dalam Islam. Jika hal ini dipraktekkan dalam keluarga, terutama oleh suami, dapat mengantisipasi terjadinya segala bentuk kezaliman termasuk kekerasan.
- Prinsip toleransi.
Teks Islam sangat menganjurkan sikap toleran sebagaimana para Nabi melaksanakannya. Hadis Rasulullah Saw:
“إنا أمرنا معاشر الأنبياء بمداراة الناس كما أمرنا بأداء الفرائض [1] ”.
عيشك على كل حال وأحسن الصحبة لها فدارها فيصفو [2]
Bersikaplah toleran kepada mereka dalam segala hal serta berbicaralah dengan baik.
المداراة غير مهموزة ملاينة الناس وحسن صحبتهم واحتمالهم [3]
Mudara yaitu bersikap lembut dan tenang ketika berinteraksi, berbicara dengan baik dan menjauhkan diri dari berkata kasar.
ومن صبر على خلق امرأة سيئة الخلق واحتسب في ذلك الاجر أعطاه الله ثواب الشاكرين [4]
Seorang suami yang bersabar dan berjiwa besar atas perangai istri diberi ganjaran seperti orang yang bersyukur.
خير نسائكم الخمس ، قيل : وما الخمس ؟ قال الهينة اللينة المؤاتية[5]
Toleransi istri yaitu berinteraksi dengan lembut, memudahkan, menghindari perselisihan.
وأيما امرأة لم ترفق بزوجها وحملته على ما لا يقدر عليه وما لا يطيق لم يقبل الله منها حسنة وتلقى الله وهو عليها غضبان [6]
Istri sebaiknya tidak menuntut hal di luar batas kemampuan suami
Seorang perempuan yang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang siapa yang paling berhak atas seorang perempuan dan jawaban Rasulullah Saw adalah suaminya
أعظم الناس حقا على المرأة ؟ قال : زوجها [7].
Hadis ini bermakna tidak ada kewajiban yang lebih tinggi selain menjalankan kewajiban kepada suami setelah kewajiban kepada Allah Swt dan agama. Menariknya, makna upaya untuk menjadi istri yang baik golongkan sebagai kewajiban agama yang paling berat yaitu jihad:
جهاد المرأة حسن التبعل [8]
- Prinsip suami sebagai pengayom keluarga.
Ajaran Islam meletakkan peran pengayom di keluarga kepada suami. Al-quran menyatakan dalam surah An-Nisa: 34 “Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)”. Menerima keputusan suami dengan syarat tidak mengajak kepada keburukan dapat mengurangi terjadinya kekerasan.
- Prinsip kemitraan dalam keluarga.
Al-quran menganjurkan kerjasama “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa” (QS al-Maidah:2). Hal ini juga berlaku bagi pasutri dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Hadis berikut menyatakan penghargaan terhadap pekerjaan rumah tangga yang dilakukan perempuan menyebabkan membuka pintu surga dan menutup pintu neraka baginya:
الامرأة الصالحة خير من ألف رجل غير صالح وايما امرأة خدمت زوجها سبعة أيام اغلق الله عنها سبعة أبواب النار وفتح لها ثمانية أبواب الجنة تدخل من ايها شاءت [9].
Hadis Rasulullah Saw yang disampaikan kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib tentang penghargaan seorang suami yang membantu pekerjaan rumah istrinya:
رجل يعين امرأته في بيتها إلا كان له بكل شعرة على بدنه عبادة سنة، صيام نهارها وقيام ليلها وأعطاه الله من الثواب مثل ما أعطاه الصابرين داود النبي ويعقوب وعيسى عليهم السلام، يا علي من كان في خدمة العيال في البيت ولم يأنف كتب الله اسمه في ديوان الشهداء، وكتب له بكل يوم وليلة ثواب ألف شهيد، وكتب له بكل قدم ثواب حجة وعمرة، وأعطاه الله بكل عرق في جسده مدينة في الجنة، يا علي ساعة في خدمة البيت خير من عبادة ألف سنة وألف حجة، وألف عمرة، وخير من عتق ألف رقبة، وألف غزوة، و ألف مريض عاده، وألف جمعة، وألف جنازة، وألف جايع يشبعهم، وألف عار يكسوهم وألف فرس يوجهه في سبيل الله، وخير له من ألف دينار يتصدق بها على المساكين، وخير له من أن يقرأ التوراة والإنجيل والزبور والفرقان، ومن ألف أسير أسر فأعتقهم، وخير له من ألف بدنة يعطي للمساكين، ولا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه من الجنة. يا علي من لم يأنف من خدمة العيال فهو كفارة للكباير و يطفي غضب الرب ومهور الحور العين وتزيد في الحسنات والدرجات، يا علي لا يخدم العيال إلا صديق أو شهيد أو رجل يريد الله به خير الدنيا والآخرة[10]
Rasulullah Saw bersabda: “Wahai Ali, seorang laki-laki yang membantu istrinya di rumah lebih baik daripada ibadah yang dilakukan selama setahun, berpuasa di siang hari dan shalat malam. Allah memberikan pahala sebagaimana pahala orang-orang sabar seperti Nabi Daud as, Nabi Yakub as dan Nabi Isa as. Wahai Ali, barangsiapa yang berkhidmat kepada keluarganya di rumah maka Allah Swt menuliskan namanya pada lembaran syuhada dan menuliskan baginya pahala seribu syahid, seribu haji dan umrah dan lebih baik dari pahala orang yang membebaskan budah, seribu perang dan seribu dinar yang disedekahkan kepada orang-orang miskin. Dan dia tidak akan mati kecuali telah mnelihat tempatnya di surga. Wahai Ali, barang siapa yang membantu keluarganya hal itu menjadi kafarah atas dosanya dan memadamkan kemarahan Tuhannya serta menambah kebaikan dan meninggikan derajatnya. Wahai Ali, tidak membantu keluarganya kecuali shiddiqin atau orang yang syahid atau orang yang mengharap kebaikan dunia dan akhiratnya dari Allah Swt”.
Pasutri yang menjadikan agama sebagai tolok ukur dalam segala tindakan akan berusaha untuk meningkatkan kondisi spiritual di keluarga. Alih-alih menjadikannya ajang persaingan, mereka akan berinteraksi sesuai dengan anjuran tersebut di atas. Upaya ini akan mengokohkan keluarga dan menjadikannya tempat untuk saling memenuhi harapan dan tuntutan sehingga dapat mengantisipasi terjadinya KDRT.
Catatan Kaki:
[1] Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, jil. 72, hal. 53
[2] Syaikh Saduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 4, hal.
[3] Ibid, bab. 72, hal. 438
[4] Hurr Amili, Wasail al-Syiah, jil. 20, hal. 174
[5] Ibid, hal. 29
[6] Ibid, hal. 212
[7] Ibid, hal. 185
[8] Ibid, hal. 163
[9] Ibid, hal. 172
[10] Allamah Majlisi, Bihar Al-Anwar, j. 101, h. 132
(Sumber: Buku ” Khusyunat khanegi alaihi zanan baresi elal wa darman ba negaresy be manabi’ Islami”)