Pada tafsir ayat 5 surah al-Hajj sebelumnya telah disebutkan tentang tiga kelompok manusia. Mereka adalah pengikut kesesatan, pemimpin orang-orang sesat, dan lemah iman.
Kelompok yang ketiga ini disebutkan pada beberapa ayat setelahnya:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ
Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata. (Q.S. al-Hajj [2]:11)
Mereka, atau boleh jadi kita termasuk di dalamnya, adalah orang-orang yang menyembah Allah dengan ujung lisan tapi lemah iman.
Baca: Iman itu Ada 4 Perkara
Ungkapan ‘alā harf merujuk kepada kelompok yang hidup di tepi iman dan Islam, bukan di pusatnya. Salah satu makna harf adalah tepi gunung atau lainnya.
Seseorang yang berdiri di tepian tidak memungkinkannya untuk stabil. Dia cenderung gelisah dengan prinsipnya. Sangat mungkin baginya terperosok hanya akibat guncangan yang ringan.
Demikianlah kondisi lemahnya iman. Mereka kehilangan pegangan keyakinan lantaran hal sepele. Mereka merasa tenteram hati saat diliputi kebaikan duniawi. Lalu menganggap hal itu sebagai kebenaran Islam.
Mereka kemudian berubah dan berpaling menjadi kufur saat ditempa ujian aneka kesulitan, kegelisahan dan kemiskinan.
Baca: Sehari Satu Ayat: Membaca dengan Iman
Agama dan iman bagi mereka sekadar media untuk meraih capaian mereka di dunia ini. Saat target tercapai, mereka merasa agama itu benar. Jika berlaku sebaliknya, mereka akan berpaling dan ingkar.
Hal yang perlu disoroti adalah bahwa Al-Quran mengungkapkan pada ayat tersebut dengan predikat khair (kebaikan) sebagai kenikmatan yang diberikan atas kelompok ini. Sementara saat diberikan kepada mereka ujian, Al-Quran tidak memberikan predikat apa pun. Dengan kata lain, ujian dan cobaan yang diterima seorang insan bersifat netral, bukan keburukan, melainkan media ujian semata.
Al-Quran lalu menutup ayat tersebut dengan ungkapan,
خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ
Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Hal itu untuk menegaskan bahwa kerugian yang paling menyeramkan itu kehilangan dunia dan agamanya sekaligus.
Mereka yang menisbatkan kebenaran sebatas raihan duniawi atas mereka, hanyalah melirik agama sesuai kepentingan mereka semata. Kelompok ini terdapat dalam segala lapisan masyarakat.
Baca: Motivasi Iman (2)
Keimanan mereka bercampur dengan kesyirikan dan penyembahan berhala. Hanya saja berhala mereka berbentuk pasangan, anak-anak, harta, dan komoditas mereka.
Keimanan seperti ini lebih rapuh dari sarang laba-laba.
Rujukan:
Al-Amtsal fī Tafsīr Kitābillāh al-Munzal, j. 10, h. 294