Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tafsir: Proses Penciptaan Menepis Keraguan atas Hari Kebangkitan

Surah al-Hajj menggambarkan tiga kelompok manusia: pengikut kesesatan, pemimpin kesesatan, dan lemah iman.

Terhadap kelompok pertama, Allah mengajukan bukti kepada mereka yang meragukan Hari Kebangkitan dengan membeberkan proses penciptaan manusia jauh sebelum masa penemuan alat pendeteksi rahim.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّنَ ٱلۡبَعۡثِ فَإِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٖ ثُمَّ مِن مُّضۡغَةٖ مُّخَلَّقَةٖ وَغَيۡرِ مُخَلَّقَةٖ لِّنُبَيِّنَ لَكُمۡۚ وَنُقِرُّ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى ثُمَّ نُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلٗا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوٓاْ أَشُدَّكُمۡۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرۡذَلِ ٱلۡعُمُرِ لِكَيۡلَا يَعۡلَمَ مِنۢ بَعۡدِ عِلۡمٖ شَيۡـٔٗاۚ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةٗ فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجِۭ بَهِيجٖ

Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya (pikun). Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)

Baca: Imam Mahdi yang Dijanjikan dan Kegaibannya Menurut Al-Quran (Bagian 1)

Jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan atau adanya kehidupan setelah kematian, renungkanlah masa lalu kalian. Perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan kalian dalam beberapa fase sebelum kalian berupa sebagai apa pun.

Empat belas abad lalu, Al-Quran menjelaskan proses penciptaan manusia sebagai bukti tak terbantahkan bahwa ia berasal dari Sang Pencipta alam semesta.

Al-Quran bukanlah karya imajinatif seorang nabi, Muhammad Saw.

Dulu, setelah nutfah disembulkan ke dalam rahim seorang ibu, ia berproses setelah sekian lama menjadi gumpalan daging. Ia menempel dalam rahim ibu ( ‘alaqah ). Kemudian ia menjadi gumpalan daging, baik yang berbentuk, seperti dua mata, kepala, kaki dan tangan, maupun yang tidak berbentuk, sehingga tidak gugur dari rahim sebelum waktunya.

Baca: Sayid Ali Khamenei Sambut Pengelola Mawkib dan Lembaga Huseiniyah Irak

Semua proses yang digambarkan itu semua sebagai penjelasan bagi manusia agar memahami fase perkembangan yang penuh ketelitian. Ini bukti bahwa Al-Quran berasal dari Sang Pencipta Yang Mahateliti dalam penciptaan.

Gumpalan daging ini terus berproses di dalam rahim hingga waktu yang dikehendaki Allah dan izin dari-Nya kapan bayi itu lahir.

Janin di dalam rahim tidak terbatas selama sembilan bulan. Ada kalanya ia lahir sebelum waktu itu. Sebab itu, Allah Swt berfirman,

وَنُقِرُّ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى
dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan.

“Kemudian Kami mengeluarkan kalian.”

Seorang insan mewujud bayi mungil hingga menjadi kuat dan mencapai dewasa.

وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ
Di antara kalian ada yang diwafatkan.

Apakah ia akibat sakit, kecelakaan atau pun terbunuh. Bagi manusia tidak ada yang dapat berkilah dari kematiannya.

Kematian hanyalah urusan dan ketetapan Allah. Ada kalanya manusia hidup berusia panjang lalu kembali lemah seperti permulaannya.

Baca: MENGAPA MANIFESTO?

Kenyataannya, masa tidak selalu demi kepentingan manusia. Manusia tidak selamanya berproses kepada kesempurnaan fisik. Bagaimana mungkin manusia berproses menuju kesempurnaan fisik jika ia mencapai usia renta?

وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرۡذَلِ ٱلۡعُمُرِ
Di antara kalian ada yang dikembalikan kepada usia renta.

Dia kembali seperti bayi. Jika memang proses manusia menuju kesempurnaan dalam wujud fisik, niscaya manusia akan senantiasa meningkat tidak merosot.

لِكَيۡلَا يَعۡلَمَ مِنۢ بَعۡدِ عِلۡمٖ شَيۡـٔٗاۚ
sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.

Hal terpenting bagi manusia yang hilang saat berusia renta adalah ilmu. Ilmu pengetahuan adalah karunia Allah terbesar yang digapai manusia yang berusaha untuk dilestarikan sebagai pembeda dari makhluk lainnya.

Ketika ingatannya dan ilmunya lenyap, ia tidak lagi memiliki kemuliaan di mata keluarga, anak-anak dan masyarakatnya.

Lagi-lagi ini bukti bahwa kesempurnaan seorang insan terletak bukan pada fisiknya.

وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةٗ فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ

Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur.

Jika pada bagian sebelumnya disebutkan tentang proses penciptaan manusia, potongan ayat selanjutnya semakin menguatkan kembali Mahakuasanya Allah untuk membangkitkan makhluk yang tiada atau yang mati menjadi hidup.

Raghib berkata, hamida bermakna padam untuk api, tapi untuk bumi, hamida bermakna tiada tetumbuhan padanya, rusak atau tandus. Sementara hazz bermakna gerakan atau guncangan yang keras. Lalu kata rabā bermakna bertambah dan meningkat.

وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجِۭ بَهِيجٖ

dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah.

Maksudnya, menumbuhkan pada bumi dari setiap jenis tumbuhan yang indah warna dan tampilannya. Sementara pasangan yang dimaksud berbeda dengan individu, tetapi dualisme pada tumbuhan yang menguatkannya untuk hidup.

Lebih dari itu, tanah atau bumi dalam proses penciptaan tumbuhan memiliki keserupaan peran dengan rahim dalam menumbuhkan kehidupan nutfah, ‘alaqah, mudgah, menjadi manusia sempurna.

Walhasil, melalui ayat ini, Allah Swt hendak menegaskan kepada manusia tentang Zat-Nya yang Mahakuasa untuk menghidupkan makhluk-Nya di dunia, maka apatah lagi di akhirat? Agar kiranya tidak ada lagi keraguan dalam hal kebangkitan, dan Hari Pembalasan atas setiap yang dilakukan manusia. Wallāhu a’lam.

Rujukan:
1. Min Hudā al-Qur’ān
2. Al-Mīzān fī Tafsīr al-Qur’ān

No comments

LEAVE A COMMENT