Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tak Perlu Alasan Untuk Berbuat Baik

” Tatkala kamu berbuat baik , berarti kamu berbuat baik dan memuliakan dirimu sendiri dan tatkala kamu berbuat jahat, berarti kamu merendahkan dan menzalimi dirimu sendiri”. ( Imam Ali bin Abi Thalib kw).

Di daerah selatan Persia, ada sebuah keluarga miskin yang terdiri dari suami, istri, dan seoarang anak kecil. Suatu hari sang suami sebagai kepala rumah tangga jatuh sakit. Karena tidak mampu berobat, akhirnya sang suami pun meninggal dunia dan kini istrinya menjadi janda.

Semakin hari kehidupan semakin sulit. Akhirnya janda ini membawa anaknya hijrah ke kota lain. Saat itu udara sangat dingin. Mereka berdua tinggal sementara di sebuah masjid untuk menghindari dari udara dingin. Melihat anaknya yang kelaparan, dia keluar berusaha mencari sesuatu untuk dimakan anaknya.

Baca: “Pemimpin Hakiki, Pelayan Sejati

Beberapa langkah dari masjid, ada kerumunan orang. Dia berusaha menerobos kerumunan itu dan bertanya kepada seseorang disebelahnya, “Siapa orang ini? Kenapa orang-orang mengurumuninya?”

“Dia seorang Syeikh, guru besar di daerah ini,” jawab orang di sebelahnya.

Mendengar hal itu, janda ini gembira. Dia berfikir pasti Syeikh tersebut akan menolongnya. Dia segera mendekati Syekh itu untuk meminta bantuan sambil berkata, “Wahai Syekh! Sudilah kiranya Anda bermurah hati. Anak yatimku sedang kelaparan dan aku mohon pertolongan kepada Anda.”

“Mana buktinya kalau kamu miskin dan anakmu seorang yatim?” tanya Syeikh.

Sang janda tersebut berpikir bagaimana harus menunjukkan bukti yang diminta Syeikh itu. Lagi pula di sana tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, ia pergi berlalu dan meninggalkan Syeikh tadi.

Baca: “Zikir Pemberi Syafaat

Tak lama berselang, si janda melihat seorang kakek di sebuah toko yang ramai pembeli. Dia mendekat dan bertanya kepada seorang pembeli, “Siapakah pemilik toko ini?”

“Seorang lelaki Majusi,” sahut pembeli.

Janda itu menarik nafas panjang dan bergumam dalam hati, “Mungkin orang Majusi ini sudi membantuku.”

Ia pun mendekati lelaki Majusi tersebut dan meminta pertolongan kepadanya. Tanpa berpikir panjang, lelaki Majusi itu menyuruh pembantunya untuk memanggil istrinya. Tak lama kemudian datang seorang wanita dan menyapa dengan lembut. Dia mengajak si janda itu ke rumahnya sambil menjemput sang anak yang ditinggalkan di masjid.

Di rumah Majusi itu, si janda dan putrinya diperlakukan dengan sangat baik. Mereka diberi pakaian yang bagus, makanan yang lezat, dan dipersilahkan untuk beristirahat di kamar yang mewah.

Baca: “Si Buta dan Buntung Yang Celaka

Pada malam harinya, Syeikh yang tadi menolak untuk membantu bermimpi melihat Rasulullah saw. sedang didatangi banyak orang. Beliau saw. menyambut orang-orang yang datang dengan senang hati. Ketika tiba giliran Syeikh, Rasulullah saw. mengacuhkannya.

Syeikh tersebut lantas berkata kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, aku juga umatmu dan aku mencintaimu.”

“Apa buktinya kalau kamu umatku dan mencintaiku?” jawab Rasulullah saw.

Syeikh tersebut terdiam. Ia malu karena pertanyaan yang diajukan Nabi saw. sama seperti yang ia ungkapkan saat datang seorang janda meminta pertolongan kepadanya.

Rasul saw. kemudian menunjukkan kepadanya sebuah istana yang sangat megah di dalam surga dan berkata, “Lihatlah ini! Seharusnya, ini menjadi milikmu. Tapi, karena engkau menolak menolong umatku dan anak yatim yang sedang kelaparan, tempat ini menjadi milik orang yang telah menolongnya.”

Di saat yang sama, si Majusi juga bermimpi serupa. Ia sangat bahagia karena akan diberikan tempat di dalam surga, sebuah istana yang sangat megah.

Baca: “Mayat Mempelai Wanita Yang Hidup Kembali

Pada pagi harinya, Syeikh mencari tahu keberadaan  janda itu. Ia mendapatinya sedang berada di rumah orang Majusi. Ia pun memaksa si Majusi untuk menyerahkan janda itu kepadanya, “Serahkanlah padaku janda dan anak yatim itu. Biarlah aku yang menolongnya.

Tapi si Majusi menolak permintaannya, “Tidak, saya tidak akan menyerahkan mereka kepadamu.”

“Berikan saja, nanti aku beri engkau uang dinar yang sangat banyak,” pinta si syeikh.

“Tidak, aku tidak akan menyerahkannya, kendati engkau bayar dengan gunung emas sekalipun,” jawab si Majusi.

“Tapi engkau orang Majusi, tak pantas menolong janda Muslim itu. Seharusnya, orang Muslim juga yang menolongnya,” kata si Muslim.

Orang Majusi itu lalu bercerita, “Tadi malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Beliau mengatakan akan memberikan istana di surga kepadaku. Istana itu semula akan diberikan kepadamu. Ketahuilah bahwa pagi ini, ketika aku terbangun, aku dan keluargaku langsung masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah saw. karena aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang pencintanya.[*]

Baca: “Rahasia Di Balik Salat Awal Waktu (Bag. Pertama)

No comments

LEAVE A COMMENT