Ketika itu cuaca sangat panas sekali. Nabi saw sedang berbincang-bincang dengan para tamu di rumahnya. Tiba-tiba pembantunya masuk dengan tergesa-gesa dan memberitahu Nabi saw bahwa puteri beliau, Sayyidah Fathimah sedang menunggu beliau di luar rumah. Sayyidah Fathimah menangis, sementara keringat membasahi wajah sucinya.
Melihat wajah putrinya yang gelisah dan menangis, Nabi bertanya: Ayahmu menjadi tebusanmu, apa yang terjadi, kenapa engkau menangis?! Sang puteri menjawab: Sudah beberapa lama Hasan dan Husein keluar, aku sudah mencarinya namun tidak tahu mereka di mana.
Nabi memegang pundak Sayyidah Fatimah dan menghiburnya: Berhentilah menangis wahai puteriku, Allah swt lebih mencintai mereka daripada aku dan kamu.
Setelah itu beliau saw mengangkat kedua tangannya seraya berkata: Ya Allah jagalah kedua anak itu dari marabahaya dan jagalah keselamatan mereka. Nabi bergegas kembali ke rumah dan memakai jubahnya. (Baca: Berbahagialah Para Pencinta Fatimah Az-Zahra a.s.)
Ketika para tamu melihat kesedihan Rasulullah, mereka bertanya: Wahai Rasulullah apa yang telah terjadi?! Nabi memberitahukan kejadian hilangnya Hasan dan Husein. Para tamupun bersiap-siap untuk membantu mencari keduanya.
Setiap orang pergi ke satu arah dan sudut mencari Hasan dan Husein. Nabi melewati gang-gang hingga sampai ke perkebunan di sekitar Madinah.
Udara sangat panas dan menyengat. Keringat Nabi membasahi wajahnya, Nabi hanya memikirkan kedua cucunya. Hati beliau tidak tenang. Beliau saw berlari memeriksa setiap penjuru.
Tiba-tiba beliau saw melihat Hasan dan Husein di pinggir kebun, di bawah rindangnya pohon. Keduanya saling berangkulan dan tertidur. Nabi menarik nafas lega dan duduk di samping keduanya. Beliau menatap mereka dengan penuh kasih sayang. Air mata mengalir dari kedua mata beliau. Nabi saw menunduk dan pelan-pelan mencium pipi mereka. (Baca: 2 Kisah Karamah Fatimah Zahra a.s.)
Mereka berdua terjaga karena ciuman sang kakek. Ketika melihat sang kakek mereka langsung memeluknya. Nabi saw sekali lagi mencium mereka. Anak-anak bergembira dan tertawa. Nabi menaikkan Hasan ke pundak kiri dan Husein di pundak kanan beliau.
Nabi mengetahui bahwa putrinya Fatimah sangat khawatir. Beliau segera bergegas kembali ke rumah. Di tengah jalan Beliau melihat salah seorang sahabat dan berkata: Wahai Rasulullah, udara panas sekali, berikan salah satu anak itu kepadaku supaya aku gendong.
Nabi menjawab: Tidak, tunggangan kedua anak ini adalah tunggangan yang bagus dan para penunggangnya adalah para penunggang yang baik.
Siti Fatimah berada di dekat rumah Nabi saw, saat melihat anak-anaknya beliau menangis dan berlari ke arah mereka. Beliau mengambil anak-anak itu dari Nabi dan menciumi mereka.
Nabi saw menengadahkan kedua tangan ke langit kembali dan bersyukur kepada Allah swt. (Baca: Sayidah Fatimah Harus Diagungkan dan Diteladani)
Inilah kecintaan Sayyidah Fathimah as kepada putranya, apakah kita bisa membayangkan bagaimana jika beliau menyaksikan putra kesayangannya seorang diri, dihantam dengan tombak, ditusuk dengan pedang dan dihujani anak panah? Cucu-cucunya dibantai bak hewan dalam keadaan kehausan?
Karbala…oh Karbala
Duhai debu Karbala
Datanglah kuasai jiwa
Penuhi hati dengan cinta
Cinta Husein
Rindu Husein
Jerit hati memanggilmu
Kan kusebut namamu dalam dzikirku
Ya Husein…..
Salam sejahtera atasmu wahai Aba Abdillah saat engkau lahir dan saat engkau syahid.
[*]
Baca: “Prinsip-Prinsip Islam dalam Pidato Fathimah Az-Zahra“