Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Faktor-faktor Pembelotan Warga Kufah (Bag 1)

Pembelotan, Warga, Kufah

Sekitar dua belas ribu surat telah dikirim warga Kufah kepada Imam Husain as. Mereka menyatakan janji untuk membantu perjuangan beliau. Namun, warga Kufah membelot dan mengingkari janji setia mereka.

Inilah yang memunculkan pertanyaan: bagaimana bisa dari sedemikian banyak surat dukungan, hanya beberapa gelintir saja yang menepati janji dan tetap membela Imam Husain?

Untuk menjawabnya, ada dua poin yang mesti dicamkan:

  1. Motif-motif penduduk Kufah menulis surat kepada Imam Husain as dan mengundang beliau.
  2. Metode yang digunakan Ubaidilah bin Ziyad untuk meredam kebangkitan penduduk Kufah.

Motif Warga Kufah Mengirim Surat

ashoraPenduduk Kufah mulai menulis surat kepada Imam Husain as ketika beliau bermukim di Makkah (sepuluh Ramadhan tahun 60 H)[1] dan jumlahnya sangat berlimpah. Dalam jangka waktu beberapa hari setelahnya, rata-rata enam ratus surat sampai ke tangan Imam as setiap harinya hingga jumlahnya mencapai dua belas ribu pucuk surat.[2]

Dengan sekilas mengkaji nama-nama dan  tanda  tangan yang tertera dalam surat-surat itu, bisa disimpulkan bahwa para penulis surat itu tidak berasal dari satu kalangan tertentu, bahkan mereka berasal dari berbagai macam kelompok. Sebagian mereka adalah para Syiah dan pecinta Ahlul Bait as sejati seperti Sulaiman bin Shard Khazza`i, Musayyib bin Najbah Khazzari, Rafa`ah bin Syidad dan Habib bin Madhahir.[3] Di sisi lain, ada orang-orang dari kelompok pendukung Bani Umayah yang tinggal di Kufah seperti Syabats bin Rab`i, Hajjar bin Abjar, Yazid bin Harits bin Yazid, `Azrah bin Qais, dan Amr bin Hajjaj Zubaidi (yang bersama lima ratus prajurit berkuda lainnya bertugas menghalangi Imam as mengambil air dari sungai Furat[4]). Kebetulan, mereka adalah orang-orang yang menulis surat kepada Imam as dengan berapi-api dan menyatakan bahwa pasukan siap tempur telah tersedia untuk membantu beliau![5]

Namun, tampaknya sebagian besar surat ditulis oleh kalangan yang hanya mencari keuntungan materi belaka. Orang-orang semacam ini hanya mengikuti arus dan ke mana angin membawa mereka. (Baca: Ahlul Bait Milik Semua)

Meski mereka bukan tipe orang-orang yang teguh dalam menghadapi krisis, bagaimana pun juga mereka ibarat ombak besar yang bila mampu dijinakkan oleh peselancar mahir, maka mereka bisa dijadikan sarana mencapai tujuannya.

Besar kemungkinan bahwa kebanyakan delapan belas ribu orang yang berbaiat kepada Muslim bin Aqil berasal dari kelompok ini. Begitu mereka melihat bahwa kepentingan duniawi mereka terancam (dengan siasat bin Ziyad), mereka segera mengundurkan diri dan meninggalkan Muslim sendirian di jalan-jalan Kufah. (Baca: Tidakkah Sayyidah Zainab as Pasca Tragedi Karbala Kembali ke Madinah, Lalu Mengapa Makam Beliau di Suriah?)

Sebab itu, sangat lumrah bila kita melihat orang-orang ini berada di barisan pasukan Umar bin Sa`ad di hari Asyura, karena janji-janji (dan ancaman) Ibnu Ziyad bisa memenuhi hasrat duniawi mereka. Sedikitnya jumlah pembela Imam Husain as (yang memperbesar kemungkinan kemenangan pasukan Ibnu Ziyad) juga memberi motivasi tersendiri bagi mereka, walau dalam hati mereka juga mencintai Imam Husain as sebagai cucu Rasul saw dan putra Ali bin Abi Thalib as! Merekalah yang disebut oleh Majma` bin Abdullah `Aidzi dalam ucapannya kepada Imam as:”…hati mereka bersamamu, namun pedang mereka terhunus untuk melawanmu.”[6]

Pada peristiwa Asyura, sebagian dari mereka hanya berdiri dan memandang pembunuhan Imam Husain as seraya meneteskan air mata dan berdoa,” Ya Allah, tolonglah Husain!”[7]

Setelah mukadimah ini, bisa disimpulkan bahwa motivasi para penulis surat kepada Imam Husain as tidak sama. Bahkan, dengan melihat kelompok-kelompok yang berbeda, kita harus menyebutkan motivasi-motivasi yang berbeda:

  1. Para Syiah sejati seperti Habib bin Madhahir dan Muslim bin `Ausjah mengirim surat kepada Imam Husain as disebabkan keyakinan mereka bahwa kekhilafahan adalah hak Ahlul Bait as. Sebab itu, motivasi mereka menulis surat dan mengharap kedatangan Imam as adalah mengembalikan hak Ahlul Bait as. Tentunya, ini adalah kelompok minoritas. (Baca: Ahlul Bait Nabi saw., Penjaga Ajaran Islam)
  2. Kebanyakan penduduk Kufah-khususnya orang-orang berusia lanjut yang mengalami masa pemerintahan Imam Ali as dan melihat kezaliman Bani Umayah selama dua dekade ini-bertekad untuk membasmi kezaliman penguasa dan mendukung putra Ali as dengan harapan beliau dapat membebaskan mereka dari Bani Umayah.
  3. Sebagian orang yang bertujuan menjadikan Kufah sebagai ibu kota Islam mencari seorang pemimpin yang bisa mewujudkan tujuan mereka. Dalam pandangan mereka, di zaman itu, figur yang paling menonjol dan berpengaruh adalah Imam Husain as. Dari satu sisi, beliau memiliki kapasitas memimpin penduduk Kufah dan dari sisi lain, beliau menganggap pemerintahan Bani Umayah tidak sah. Sebab itu, mereka mengundang beliau datang ke Kufah. (Baca: Hiriz Ahlul Bait -1)
  4. Ketika para pemuka kabilah seperti Syabats bin Rab`i, Hajjar bin Abjar dan selain mereka-yang pada dasarnya hanya memikirkan menjaga kekuasaan mereka dan di lain pihak, tidak bersimpati kepada keluarga Imam Ali as- melihat sambutan luas penduduk Kufah terhadap Imam Husain as, mereka berpikir bahwa pemerintahan Imam as akan berdiri di Kufah dalam waktu dekat. Supaya mereka tetap bisa menjaga pengaruh dan kepentingan pribadi di masa kekuasaan Imam as, mereka ikut-ikutan menulis surat kepada beliau.
  5. Ketika kalangan yang hanya suka mengikuti arus melihat ‘trend’ penulisan surat ini, mereka pun tidak mau tertinggal menyemarakkan suasana! (BT)

* Referensi: Porsheshha va Pasokha

[1]  Waq`ah ath-Thaff 92.

[2]  Bihar al-Anwar 44/344.

[3]  Waq`ah ath-Thaff 90-91.

[4]  Waq`ah ath-Thaff 93-95.

[5]  Ibid 95.

[6]  Tarikh Thabari 4/306.

[7]  Abdul ar-Razaq Muqrim, Maqtal al-Husain as 189.

Baca Selanjutnya: “Faktor-faktor Pembelotan Warga Kufah (Bag 2)


No comments

LEAVE A COMMENT