Orang-orang mengetahui bahwa Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq sebagai seorang alim dan pemikir serta madrasahnya telah melahirkan ribuan ulama.
Sebuah peristiwa terjadi pada seorang pengikut Imam, yang menyingkap keberanian dan pengayoman beliau bagi para sahabat dan pengikutnya. Juga penegakan hukum terhadap pengawal si penguasa, yang telah membunuh al-Mu’alla bin Khunais seorang pengikut Imam. Seorang kepercayaan Imam dalam mengurus harta benda yang ia terima dari para pengikut Imam.
Gubernur Madinah menangkapnya dan hendak membunuhnya. Sebelum itu dia telah menginterogasinya, dari mana ia mendapatkan harta benda itu?
Al-Mu’alla mengajukan permohonan agar dirinya dibawa ke pasar. Tiba di sana dengan pengawalan, setelah orang-orang berkumpul ia berkata: “Hai orang-orang, siapa yang mengenalku sungguh dia telah mengenal diriku. Aku adalah al-Mu’alla bin Khunais. Aku tidak pernah meninggalkan harta benda, hutang, budak perempuan maupun laki-laki seorang pun, atau rumah, walau sedikit atau banyak, itu adalah milik Imam Ja’far bin Muhammad.”
Imam menindak perlakuan si gubernur terhadapnya. Pengawal Daud setelah mengikat al-Mu’alla lalu membunuhnya. Ketika berita ini sampai kepada Imam, beliau bergegas pergi dengan dikawal oleh Ismail. Sesampai di hadapan gubernur Daud, Imam berkata, “Hai Daud, kau telah membunuh pengikutku dan merampas hartaku.” (Baca: SafinahQuote: Harta dan Kehormatan)
“Aku tidak membunuh pengikut Anda dan tidak merampas harta Anda”, bantahnya.
“Sungguh akan aku doakan orang yang telah membunuh pengikutku dan merampas hartaku”, ucap Imam.
Daud ketakutan. Karena doa Imam Shadiq mustajab, dan orang-orang percaya akan hal itu. Maka dia berusaha untuk menisbatkan kejahatan itu kepada si pengawal. “Aku tidak membunuh dia. Tetapi kepala pengawal lah yang telah membunuhnya!”
“Dengan atau tanpa izinmu?”, tanya Imam.
“Tanpa izinku”, jawabnya.
“Hai Ismail”, perintah Imam. “Urusanmu terhadapnya (si pembunuh)!”.
Maka Ismail pergi dengan membawa pedang, hingga ia membunuhnya di ruang pertemuannya, saat itu dia menjerit: “Hai para hamba Allah, aku disuruh membunuh orang kemudian aku dibunuh!”
Demikianlah sikap berani yang ditunjukkan Imam terhadap penguasa yang menakut-nakuti orang-orang dengan pembunuhan dan perampasan. Tetapi Imam telah menegakkan hukum terhadap kepala pengawal, dan mengeksekusinya atas pembunuhan dia terhadap seorang pengikutnya. Sikap beliau ini menjadi pelajaran bagi penduduk Madinah tentang Imam Shadiq as, bahwa beliau bukanlah seorang yang ketika dianiya lalu diam, ataupun ketika diserang takut.[*]
Baca: Mutiara Hadis Maksumin as: “Lisan”