Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada Ibnu Mas’ud mengenai akar-akar dosa dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat Alquran. Berikut di antara wasiatnya:
Dosa itu Candu bagi Pelakunya
Rasulullah Saw mengatakan kepada Ibnu Mas’ud: “Hai Ibnu Mas’ud, hati-hatilah dengan mabuk dalam kesalahan. Karena dosa itu seperti minuman keras. Seseorang yang mabuk akan kehilangan daya pencerapannya dan tidak akan bisa melihat sesuatu dengan benar. Ia tidak akan bisa mendengar dan tidak akan bisa berpikir. Inilah perbuatan orang-orang yang melakukan maksiat.”
Kemudian Rasulullah Saw menggunakan ayat ini sebagai dalil: “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali [ke jalan yang benar).” (QS. al-Baqarah: 18).
Orang seperti ini menjadi bisu, buta, dan tidak akan bisa kembali pada fitrahnya sebagai efek dari dosa-dosa. Untuk kembali pada fitrah, ada dua jalan: Pertama, manusia harus bisa belajar kepada bagian dari dirinya yang terdalam. Kedua, ia juga harus belajar dari nasihat-nasihat yang ada di luar dirinya. Dan, dosa itu menutupi dua jalan tersebut. Dengan kata lain, dosa itu menutupi fitrah suci.
Baca: Rasulullah Saw adalah Akal Semua Manusia
Nasihat-nasihat bagus masuk ke telinga kanannya dan keluar dari telinga kirinya. Karena itu, bacaan-bacaan Alquran menjadi tidak berarti baginya. Demikian juga, kata-kata menjadi tidak bermanfaat baginya. Sejauh mana orang-orang yang berdosa memuaskan dirinya dengan dosa, sejauh itu pula ia dijauhkan dari pengetahuan yang benar. Dosa itu seperti air cemar yang akan mengotori hatinya. Ketaatan akan mencuci hatinya dan membersihkan dosa-dosanya. Tobat adalah air jernih yang akan menjernihkan hati dan membersihkan kotoran hati.
Dosa merusak ikhtiar positif, membuatnya menjadi keki dan sensitif dengan teguran orang lain. Rasulullah Saw kemudian mengacu kepada ayat Alquran yang mengatakan: “Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ bangkitlah kesombongan untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka jahanam dan sungguh [jahanam itu] tempat tinggal yang terburuk.” (QS. al-Baqarah: 26)
Azab bagi Si Alim yang Tak Beramal
Kemudian Rasulullah Saw mengatakan kepada Ibnu Mas’ud: “Balasan untuk si ahli ilmu yang tidak mengamalkan ilmunya dan fakih yang tidak bertakwa adalah neraka jahanam, ‘Setiap kali ia ingin menyelamatkan diri dari neraka dan setiap kali mereka hendak keluar darinya [neraka] karena tersiksa, mereka dikembalikan [lagi] di dalamnya dan [kepada mereka dikatakan], rasakanlah azab yang membakar ini!’” (QS. al-Hajj: 22)
Ibnu Mas’ud ra mengatakan: “Aku melihat Rasulullah sedang menangis kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, mengapa Anda menangis?’ Beliau menjawab, ‘Karena aku mengkhawatirkan umatku.’”
Dunia itu Perhiasan
Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan wasiatnya sambil membacakan ayat ini: “Sesungguhnya Kami menjadikan apa yang ada di muka bumi ini sebagai perhiasan.” (QS. Al-Kahfi : 7).
Orang-orang yang berdosa tidak mampu melihat perhiasan hakiki. Mereka tidak memahami keindahan yang sebenarnya. Mereka malah terbisu dengan keindahan-keindahan palsu. Yang ada di muka bumi adalah keindahan-keindahan bumi. Manusia-manusia yang memiliki hati yang buta tidak memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi yang baik. Mereka tidak bisa memandang kebenaran. Yang akan menjadi perhiasan manusia adalah sesuatu yang indah, yang akan selalu menyertainya pada masa sebelum kematian dan pasca kematian: “Dan Kami benar-benar akan menjadikan [pula] apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering,” (QS. al-Kahfi: 8). Orang-orang yang tidak mempercantik dirinya dengan ilmu dan takwa atau hanya memikirkan kebun dan rumah artinya ia hanya memperindah tanah saja.
Kemudian Rasulullah Saw meneruskan nasihatnya dengan membacakan ayat ini: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkannya, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah itu tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14-15)
Tadabbur Alquran
Rasulullah Saw berkata: “Alquran bukan hanya sering dibaca tapi juga ditafakuri. Ketika engkau sampai di ayat amar ma’ruf nahi munkar, bacalah berulang-ulang kemudian tadabburilah karena perintahnya akan mengajakmu kepada kebaikan dan larangannya akan menghentikanmu dari hal-hal yang merusak. ‘Setiap jiwa akan dibalas atas apa yang mereka perbuat dan mereka tidak akan dizalimi.’” (QS. al-Jatsiyah : 22)
Tangisan Penyesalan
Rasulullah Saw berkata lagi; “Hai Ibnu Mas’ud, ingatlah pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan [balasan] atas kebajikan yang telah dikerjakan dan dihadapkan [begitu juga] kepadanya atas kejahatan yang telah dia kerjakan, ‘Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan hari itu.’” (QS. Ali Imran: 30)
Kualitas Siksaan Sesuai dengan “Mutu” Dosa
Kemudian Rasulullah Saw meneruskan nasihatnya dengan mengacu pada ayat, “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. an-Nisa: 56). Kepekaan kulit lebih kuat dibandingkan dengan anggota badan yang lain. Tentang pergantian kulit para penghuni neraka, Allah Swt berfirman: “Bahwa api neraka jahanam terus-terus dinyalakan agar siksaan itu semakin menyakitkan mereka.” (QS. al-Isra : 97)
Mengapa nyala api neraka itu kembali dinyalakan? Jawabnya, agar orang-orang yang berdosa kembali merasakan siksaan yang baru, karena mereka juga selalu memperbaharui dosa-dosanya. Pada Hari Kiamat siksaan yang bermacam-macam disiapkan untuk dosa-dosa yang bermacam-macam.
Salah satu yang menyebabkan nyala api neraka dinyalakan kembali karena konon orang-orang yang melakukan dosa itu kadang-kadang tersentak oleh nasihat-nasihat yang baik, sehingga timbul keinginan mereka untuk meninggalkan dosa tapi entah mengapa mereka kembali melakukan dosa itu. Bahkan yang lebih buruk lagi. Maka itu, perbuatan yang buruk itu muncul kembali di Hari Kiamat [dalam bentuk kobaran api yang lebih panas].
Rasulullah Saw kemudian membacakan ayat ini: “Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka [tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik napas dengan merintih.” (QS. Hud: 106)
Baca: Sabda Rasulullah Saw tentang Keutamaan Para Imam Ahlulbait
Manusia dalam kondisi yang normal mengeluarkan napas secara teratur. Setiap tarikan napas, artinya setiap kali itu ia menarik kehidupan. Namun kala sulit bernapas maka napasnya menjadi tidak biasa lagi. “Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapatkan azab jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.” (QS. al-Mulk: 6-7)
Orang-orang yang melakukan dosa hakikatnya meracuni jiwanya sendiri. Karena itu, jeritan akan keluar dari dalam jiwa mereka. Itulah jeritan yang menyakitkan diri mereka namun dosa-dosa telah membuat mereka mabuk, lupa diri sehingga mereka tidak mendengarkan jeritan-jeritan tersebut.
“Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka), dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.” (QS. al-Anbiya: 100)
*Dikutip dari buku Nabi Saw dalam Alquran – Ayatullah Jawadi Amuli