Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

14 Faktor Penyebab terjadinya Penyimpangan Seksual (1)

Sebelumnya telah dijelaskan tentang batasan dan jenis penyimpangan seksual dan urgensi pencegahannya. Dalam upaya pencegahan, sangat disarankan untuk mengenali penyebab yang mendukung munculnya perilaku tersebut. Berdasarkan al-Quran dan riwayat, 14 poin berikut ini  merupakan faktor pemicu masuknya seseorang ke dalam lingkaran aktivtias seksual yang tidak sah (terjemahan salah satu makalah “Jurnal Zanan” terbitan Pazoohesy Nameh Islami Zan wa  Khanewadeh). Perlu disampaikan bahwa faktor-faktor yang disebutkan dalam pembahasan tidak dapat dipastikan telah mencakup semua penyebab.

  1. Mengabaikan ketakwaan

Jika setiap individu dan masyarakat bertakwa, banyak masalah  dan pelanggaran yang dapat tercegah. Allah Swt dalam ayat 78 surah Hud dan surah as-Syu’ara ayat 161 dan 165 menggolongkan homoseksual dan penyimpangan seksual sebagai akibat mengabaikan ketakwaan.

وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ۚ قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي ۖ أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ

ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa?”

أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ

Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia,

Ayat tersebut menekankan penguatan pilar ketakwaan untuk membangun masyarakat dan mengarahkannya pada jalan yang benar. Mengabaikan ketakwaan akan membawa manusia pada perilaku merusakan yang bertentangan dengan akal. Ia juga menjadi pengantar munculnya perilaku yang berbahaya bagi masyarakat seperti ketidaknormalan seksual dan budaya permisif. Mengutip perkataan Marhum Rafi’i: ”Takwa merupakan sumber bagi hadirnya niat kaum mukmin dalam kaitannya dengan Tuhan. Ketika manusia tidak bertakwa ia akan menjadi pelaku kejahatan dan tersesat. Kejahatan ini disebabkan keinginan yang berasal dari syahwat dan penyimpangan psikologis. Tidak takwa memiliki beberapa ciri, antara lain: berpaling dari Tuhan serta meremehkan ancaman dan larangan-Nya. Jika hati setiap orang yang beriman tidak menuju pada ketakwaan, ia tidak akan mengingat Tuhan (Syarbashi, 1379).

Dampaknya dapat dilihat ketika seorang perempuan yang tidak takwa menarik perhatian laki-laki yang lemah iman melalui kelembutan dan kegenitannya. Serta perilaku sensual lainnya. Perempuan seperti ini kadang menyebabkan laki-laki mengabaikan pasangan sah mereka. Bahkan menghasilkan keretakan dan kehancuran satu atau beberapa rumah tangga.

  1. Hubungan bebas sebelum pernikahan

Hari ini kita menjadi saksi akan hilangnya kehangatan dan ikatan kasih sayang dalam keluarga. Salah satu faktor penyebabnya yang paling berpengaruh adalah hubungan bebas sebelum menikah. Syahid Pak Nejad menjelaskan sebagai berikut: “Cinta pertama memiliki pengaruh khusus secara psikologis yang  terus berlanjut dalam kehidupan berikutnya. Pengaruh ini tidak akan hilang baik dalam bentuk pengaruh positif maupun negatif. Pemuda, tidak seharusnya memberikan perasaan tersebut kepada orang yang tidak bersamanya hingga akhir usia. Jika pemuda mengakui ada lebih berharga dari sekedar kenikmatan seksual, seharusnya mereka tidak menjalin hubungan akrab sebelum menikah”( Pak Nejad, ….).

Mengutip pernyataan Syahid Muthahari: “Remaja terpesona dengan kecantikan rupa dan rambut yang indah serta belaian mesra yang diberikan kepadanya. Mereka harus mengetahui hal itu hanyalah pengaruh jiwa muda sesaat saja. Cinta seperti itu akan datang dan pergi dengan cepat, tidak dapat dipercaya dan tidak dianjurkan. Cinta tersebut berbahaya dan berujung pada kematian. Manusia akan memperoleh manfaat hanya dengan memelihara kesucian dan tidak terlena pada hal tersebut di atas” (Muthahari, 1380 HS).

Pemuda yang telah berhubungan sebelum menikah, setelah pernikahannya akan mengira setiap perempuan telah berhubungan dengan sejumlah pemuda. Sehingga perempuan tadi tidak lagi dianggapnya suci. Seringnya, seseorang yang terbiasa menjalin hubungan bebas sebelum pernikahan, akan meneruskan kebiasaannya meskipun telah menikah. Kerusakan yang terjadi dalam perkawinan sebagian besar dihasilkan dari kebiasaan sebelum menikah. Hal ini terselubung dalam beberapa faktor yang muncul di permukaan. Seperti: perceraian, tidak mau memiliki anak dan kecenderungan untuk berganti pasangan (Muqimi Haji, 1380 HS). Keluarga seperti ini tidak akan menjadi tempat yang aman dan tidak memberikan ketenangan bagi kehidupan.

Karena itu, aturan Islam perlu diperhatikan dengan serius. Jika kita bertujuan mencapai dan mewujudkan kehidupan yang baik, hendaknya memperhatikan pola pertemanan sebelum menikah. Tidak ada alasan kuat yang membolehkan hubungan tersebut. Bahkan justru merupakan ancaman bagi kelanggengan dan ketahanan keluarga.

  1. Kurangnya peran ibu

Kurangnya peran ibu merupakan dilema yang berperan dalam berbagai kasus kriminal, baik secara terselubung ataupun tidak. Secara tidak langsung, kurangnya peran ibu juga memberi andil dalam masalah penundaan perkawinan. Sedangkan dalam kemunculan dan maraknya pelacuran , kurangnya peran ibu menjadi penyebab langsung. Para ibu yang memiliki atau tanpa suami menjadi pekerja dengan alasan ekonomi atau untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka menyerahkan begitu saja anak-anaknya  kepada masyarakat. Anak-anak ini kemudian berperilaku menyimpang. Meskipun saat ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan, namun perempuan lebih mudah memasuki dunia kerja. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan perempuan telah mengurangi mereka di dunia kerja.  Karenanya, mereka pasrah dengan segala bentuk pekerjaan  dan menjadi korban pengambil keputusan. Dari sisi lain, kurangnya peran ibu juga memberi andil bagi penyimpangan seksual yang dilakukan pemuda. Kurangnya peluang menikah bagi pemuda berarti tersedianya konsumen yang banyak dalam bisnis pelacuran (Syafii Surostani, 1385 HS)

  1. Kurangnya cinta dan kasih sayang

Cinta dan kasih sayang merupakan kekuatan paling penting bagi keluarga yang sedang menuju kehancurannya. Jika hati perempuan tertawan dalam cinta kepada suami, tidak ada yang dapat mengeluarkannya dari jalan kesucian. Sebagian besar penyimpangan yang dilakukan perempuan dan anak dimulai dari kurangnya cinta dari laki-lali yang diharapkan. Imam Shadiq as menggolongkan cinta kepada pasangan sebagai sifat dan akhlak para Nabi.

[1] من أخلاق الأنبياء صلى الله عليهم حب النساء

Alvin Toffler penulis buku “Gelombang Ketiga” menyatakan: “Saat ini manusia memiliki karakter bagaikan kulit telur yang mudah hancur. Tidak seperti zaman dahulu, kerusakan hari ini bersumber dari kehancuran keluarga, bukan ekonomi. Hal ini menunjukkan krisis cinta dalam peradaban baru yang telah menyempitkan ruang gerak manusia (Toffler, 1364 HS).

Bersambung…

 

Catatan Kaki:

[1] Syaikh Kulaini, Al Kafi jil. 5 ; 230.

No comments

LEAVE A COMMENT