Bayangkan bahwa suatu waktu Anda bertamu kepada seseorang. Lalu, Anda disuguhi makanan yang paling Anda sukai. Akan tetapi, tuan rumah menyajikannya dengan raut muka cemberut. Apa yang terjadi? Hilanglah selera kita akan makanan favorit tersebut.
Atau, bayangkanlah bahwa Anda sekeluarga mau pergi ke luar untuk makan di restoran. Akan tetapi, dalam proses keberangkatan, terjadi perdebatan dan pertengkaran mengenai restoran yang akan dituju. Setelah berdebat, katakanlah Anda menang, dan di restoran pilihan Andalah keluarga Anda makan. Yakinlah bahwa meskipun Anda makan di restoran yang menjadi favorit Anda, selera makan Anda akan hilang.
Di sisi lain, bayangkan bahwa saat bertamu, tuan rumahnya menyediakan hidangan makanan yang sederhana dan biasa-biasa saja. Akan tetapi, si tuan rumah adalah sahabat dekat Anda yang sangat baik kepada Anda. Anda lalu terlibat dalam obrolan yang menyenangkan dengan sahabat Anda itu. Yakinlah bahwa makanan yang sederhana itu akan terasa enak dan nikmat. Itulah efek dari cara penyajian yang sangat berpengaruh kepada cita rasa dan kenikmatan makanan yang kita santap. (Baca: Berkah Makanan Sayyidah Khadijah a.s.)
Menarik untuk diketahui bahwa dalam Al-Quran, deskripsi mengenai kenikmatan surgawi tidak langsung menceritakan jenis makanan yang disediakan. Kenikmatan surgawi itu didahului dengan penjelasan mengenai suasana dan pelayanan di surga sana. Di dalam surah Al-Waqi’ah ayat 17 dan 18, dikatakan bahwa para bangsawan surgawi (Al-Muqarrabuun) akan mendapatkan kenikmatan yang lengkap. Sebagai para bangsawan surgawi, mereka dilayani oleh para pelayan surgawi, yaitu makhluk-makhluk yang selalu dalam keadaan muda.
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,” (ayat 17)
Baru setelah itu dikatakan bahwa para pelayan surgawi itu membawa cawan dan piring berisikan makanan dan minuman yang nikmat.
“Dengan membawa gelas, cerek dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir.” (ayat 18)
Makanan dan minuman adalah sebuah kenikmatan. Akan tetapi, pelayanan juga merupakan kenikmatan yang lain, yang bisa jadi lebih penting. Kenikmatan makanan dan minuman bisa hilang manakala disajikan dengan cara yang buruk. (Baca: Semuanya Tentang Fatimah Zahra a.s. – Bag 1)
Pesan penting yang bisa kita ambil dari ayat tentang keberadaan para pelayan di atas adalah: perhatikan dan jaga suasana di saat makan, agar tetap tenang dan bahagia. Karena itu akan sangat berpengaruh kepada kenikmatan saat menyantap makanan.
Dalam sejarah diceritakan betapa makanan dan minuman yang disantap oleh keluarga Imam Ali sangatlah sederhana. Akan tetapi, kesederhanaan itu sama sekali tidak mengurangi rasa nikmat mereka saat menyantap makanan tersebut. Rahasianya sangat sederhana: keluarga tersebut mampu menghadirkan ketenangan, cinta, dan kasih-sayang di dalam rumah. Dengan ketiga hal tersebut, makanan sesederhana apapun yang mereka santap terasa sangat nikmat.
Ternyata kita saat ini bisa menghadirkan suasana surgawi di rumah kita sendiri. [*]
Baca: “Imam Ali Khamenei: Jangan Pernah Gentar Hadapi Tantangan Hidup“