Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tafsir Surat al-Layl

Terjemah Ayat 1 – 11

“Demi malam bila menutupi. Demi siang bila tampak. Demi Yang Menciptakan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kalian berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan dan bertakwa, serta membenarkan surga maka Kami akan persiapkan untuknya jalan yang mudah. Adapun orang yang kikir dan angkuh serta mendustakan surga, maka Kami akan persiapkan untuknya jalan yang sulit. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya jika dia binasa.”

Sebab Turun Ayat

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra. bahwa seseorang memiliki pohon kurma yang rantingnya masuk ke pekarangan rumah seorang miskin yang mempunyai banyak keluarga. Orang itu hendak mengambil kurma, maka masuk ke pekarangan rumah itu lalu memanjat pohon. Terkadang kurma itu jatuh ke pekarangan lalu diambil anak-anak orang miskin itu. Maka orang itu turun dari pohon untuk merebut kurma dari tangan mereka, bahkan jika kurma itu berada di mulut mereka maka akan diambilnya dari mulut mereka. Orang miskin itu pun akhirnya mengadukan kejadian itu kepada Rasulullah Saw.

Lalu beliau Saw berkata kepadanya: “Pergilah!”. Lalu beliau mendatangi pemilik pohon kurma itu dan berkata: “Apa kamu mau memberiku pohon kurmamu yang rantingnya masuk ke pekarangan orang itu, maka imbalannya adalah pohon kurma di surga?”. Orang itu berkata: “Aku mempunyai banyak pohon kurma, tetapi tiada yang lebih aku sukai dari kurma pohon ini”. Lalu orang itu pergi.

Ada seorang yang mendengar ucapan Rasulullah Saw tadi, lalu orang berkata kepada beliau: “Ya Rasulullah, Apakah Anda akan memberiku imbalan seperti yang akan Anda berikan kepada orang itu, yakni, pohon kurma dari surga, jika aku membelinya.”

Beliau menjawab: “Ya, benar.” Maka orang itu pergi menjumpai pemilik pohon kurma itu dan menawar harga pohon. Pemilik kurma itu berkata: “Coba Anda bayangkan, sungguh Muhammad akan memberiku pohon kurma di surga, jika aku memberinya pohon itu. Lalu aku berkata kepada beliau: “Kurma pohon itu sangat aku sukai. Dan aku memiliki banyak pohon, tetapi tiada yang lebih aku sukai dari kurma pohon itu”. Orang itu lalu berkata: “Apa kamu mau menjualnya?”. Dia menjawab: “Tidak, kecuali aku diberi sesuatu yang tidak aku perkirakan”. Orang itu berkata: “Apa keinginanmu?”. Dia menjawab: “Empat puluh pohon kurma”. Orang itu berkata: “Kamu meminta sesuatu yang besar. Kamu meminta empat puluh pohon kurma sebagai imbalan satu pohon itu?”

Kemudian orang itu diam sejenak lalu berkata: “Aku berikan kepadamu empat puluh pohon”. Kemudian pemilik pohon itu berkata: “Datangkan saksi jika kamu benar”. Maka dipanggillah sejumlah orang yang lewat untuk menyaksikan transaksi itu.

Lalu orang itu pergi menghadap Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulullah, pohon itu telah menjadi milikku. Sekarang ia untukmu”. Rasulullah Saw pergi kepada orang miskin pemilik rumah itu. Beliau bersabda: “Pohon itu untukmu dan untuk keluargamu”. Maka turunlah surat ini. (al-Durr al-Mantsur)

Tafsir

Dalam surat ini juga, Allah Swt bersumpah dengan malam yang menutupi bumi, dengan siang yang jelas dan dengan dua jenis kelamin pada ciptaan-ciptaan-Nya. Kemudian Allah Swt menegaskan bahwa manusia dengan kemampuannya berpikir dan memilih (ikhtiyar) apa yang diinginkannya, telah menempuh jalan yang berbeda-beda sesuai dengan cara berpikir dan pilihan mereka. Surat ini mengisyaratkan banyaknya pandangan dunia manusia atau cara pandang mereka terhadap kehidupan.

Secara garis besar terdapat dua pandangan dunia manusia; 1) pandangan dunia materialis, 2) pandangan dunia agama. Pandangan dunia materialis melihat dunia sebagai awal dan akhir dari kehidupan. Pandangan ini menolak eksistensi dan kehidupan yang non-materi sehingga mengingkari akhirat. Sedang pandangan dunia agama meyakini materi bukanlah segala-galanya. Selain materi, ada eksistensi lain yang bahkan lebih nyata, yaitu kehidupan akhirat yang lebih mulia dan bersifat kekal. Perbedaan cara pandang di atas akan mempengaruhi manusia dalam bertindak dan berperilaku.

Dalam surat ini dijelaskan dua cara pandang manusia berikut konsekuensi praktisnya;

1) “Adapun orang yang memberi dan bertakwa serta membenarkan surga”. Orang ini adalah orang yang siap berkorban dengan hartanya atau apa pun yang dimilikinya; waktu maupun tenaga, demi mendapatkan imbalan di akhirat, karena dia meyakini adanya kehidupan akhirat. Maka manusia ini akan mendapatkan bimbingan dari Allah Swt dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, sehingga dia dengan mudah memasuki surga-Nya.

2) “Adapun orang yang kikir dan angkuh serta mendustakan surga”. Orang ini adalah orang yang mengutamakan dunia dari akhirat, sehingga dia kikir dengan hartanya dan enggan berkorban demi akhirat. Sikap ini muncul karena dia mengingkari akhirat, meskipun lisannya mengimani akhirat, tapi hatinya terlalu cinta dengan dunia. Manusia semacam ini akan dipermudah melakukan kemaksiatan dan akan dipersulit melakukan ketaatan dan kebaikan, sehingga akibatnya akan digiring ke neraka.

Kemudian Allah Swt menyatakan bahwa harta yang dicintai oleh manusia itu telah membuatnya kikir, dan bahwa menyimpan harta tidak akan berguna sama sekali ketika dia mati. Yang berguna bagi manusia di alam kubur dan akhirat adalah keimanan dan kebaikannya.

Terjemah Ayat 12 – 21 

“Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk. Dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia. Maka Kami ingatkan kalian akan neraka yang menyala-nyala. Tiada yang memasukinya kecuali orang yang paling celaka. (Yaitu) orang yang mendustakan dan berpaling. Dan (neraka) akan dijauhkan dari orang yang paling takwa. (Yaitu) orang yang memberikan hartanya dalam usaha membersihkan. Dan tidaklah karena seseorang dia memberi kenikmatan yang dibalas, melainkan karena mengharapkan rida Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan Dia akan rela kepadanya.”

Tafsir

Kemudian Allah Swt menegaskan bahwa karena ke-Maha Bijaksanaan-Nyalah Allah berkewajiban memberi petunjuk kepada manusia dengan dua macam petunjuk; petunjuk internal (akal dan fitrah) dan petunjuk eksternal (para nabi dan kitab). Meskipun Allah Swt memberi petunjuk, namun manusia tetap mempunyai hak pilih (ikhtiyar) untuk menentukan jalan yang diinginkannya.

Manusia tidak terpaksa (mujbar) dalam menentukan pilihannya. Oleh karena itu, manusialah yang akan menanggung risiko atas pilihannya. Keimanan dan kebaikan manusia akan berguna baginya di akhirat dan tidak sedikit pun memberikan manfaat kepada Allah Swt. Sebaliknya, kekufuran dan kejahatan yang membuat menyebabkan manusia rugi di akhirat, dan tidak sedikit pun merugikan Allah Swt, karena dunia dan akhirat semuanya milik Allah Swt.

Salah satu bentuk petunjuk Allah Swt adalah memberikan peringatan kepada manusia akan siksaan yang pedih, jika mereka tidak mengikuti perintah dan larangan-Nya. Dalam ayat ini Allah Swt mengingatkan manusia akan neraka yang apinya menyala-nyala. Neraka itu akan diisi oleh orang yang paling celaka dan dihindarkan darinya orang yang paling takwa. Orang yang paling celaka menurut ayat di atas adalah, orang yang mendustakan kebenaran yang datang dari Allah Swt dan yang berpaling darinya. Menurut tafsir al-Amtsal, kalimat “yang mendustakan dan berpaling” mengisyaratkan pada makna kufur atau kafir.

Sedangkan kata yashla, menurut Alamah Thabathabai mengandung arti masuk terus menerus sehingga bermakna kekal. Jadi ayat ini tidak berarti bahwa orang yang tidak kafir tidak masuk neraka. Orang yang tidak kafir pun akan masuk neraka, tapi tidak kekal di dalamnya.

Lalu siapakah orang yang paling takwa itu? Yaitu orang yang memberikan hartanya sebagai upaya membersihkan jiwanya dari cinta dunia. Dia melakukan itu semata-mata karena mengharap rida Allah Swt. Selain masuk surga, dia juga akan mendapatkan rida Allah Swt, dan rida-Nya merupakan puncak kenikmatan.

Beranjak dari kasus yang telah disebutkan dalam sebab turunnya surat, surat ini hanya menceritakan dua macam manusia; yang satu masuk neraka selamanya karena kekafirannya, dan yang lain masuk surga karena keikhlasannya kepada Allah Swt. Dan itu tidak menafikan adanya macam ketiga, yaitu orang yang takwa tapi berdosa. Mereka juga akan masuk neraka, tapi tidak selamanya.

*Disadur dari Tafsir Juz Amma karya Ustaz Husain Alkaff

No comments

LEAVE A COMMENT