Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

ABI DAN SENSE OF CRISIS

Oleh: Dr. Muhsin Labib

Dalil dan Inisiasi Mulia

Dulu namanya diberi tambahan “dalil’ karena kecemerlangannya dalam berargumentasi, namun kini ia tidak lagi melihat adu argumen sebagai cara yang efektif dalam menyebarkan cahaya Islam. Lebih dari 10 tahun pria pecandu silaturahmi ini merelakan dirinya memegang tugas yang tak dikehendakinya memimpin ormas yang tak sama dengan organisasi kemasyarakatan pada umumnya hanya demi merespon permintaan banyak pihak akan sebuah payung hukum sekaligus center of excellence yang dapat dijadikan bukti komitmen kebangsaan dan keumatannya dalam partisipasi komunitas Syiah sebagai persembahan bagi Tanah Air.

Usaha dan cita-cita mulia ini tidak secara mendadak diterima dan disambut positif oleh semua pihak dalam komunitas. Meski kesadaran tentang urgensi konsolidasi belum merata akibat pengaruh sisa pemahaman lama yang masih mengendap atau euforia virtual grouping yang mengabaikan asas kompetensi yang merupakan konsekuensi niscaya dari imanensi keyakinan kepada yang transenden dengan gradasinya, komunitas ini sedang berbenah melalui proses natural dan bersiap menanjak dari doktrin historikal sektarian ke paradigma yang relevan, kontekstual dan aplikatif. Inilah transubstansi dari teologi ke ideologi.

Habib Hasan Dalil bersama sedikit orang yang berkomitmen membantunya harus memfokuskan program utamanya, yaitu klarifikasi dengan ketelatenan luar biasa. Berkat ketulusan dan kesabaran beliau dan para perintis, seiring bergeraknya pendulum waktu, ormas ini bertahan dan mulai memperlihatkan prestasi dengan segala keterbatasan dalam segala bidang, terutama SDM dan dana.

Konsolidasi dan Silaturahmi

Sebuah benteng dianggap sempurna bukan hanya saat dibangun namun saat dirawat. Setelah Habib Hasan melakukan suksesi dan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada pelanjutnya demi melanjutkan apa yang telah dirintisnya, organisasi itu, dengan semua tantangan internal dan eksternal yang dihadapinya, makin dinamis dan perlahan tapi pasti mampu menambah akselarasinya. ABI pada fase kepemimpinan Habib Zahir Yahya melanjutkan apa yang telah dibangun oleh sang perintis, Habib Hasan Dalil dan melakukan adaptasi sesuai konteks aktual yang mengiringinya dengan fokus pada konsolidasi internal, penguatan kinerja dan restrukturisasi serta penguatan program-program sosial lintas agama dan mazhab.

Ormas ini bukan yayasan apalagi majelis taklim yang mengurusi penyelenggaran upacara-upacara keagamaan. Ia tidak didirikan untuk mereprsentasi setiap individu penganut mazhab Ahlulbait namun untuk menjadi wadah kerja kolektif bagi individu-individu Syiah yang memahami visi, misi, dan program-programnya dan mengikrarkan diri sebagai partisipan dalam hak dan tanggungjawab keagamaan dan kemanusiaan dengan segala risikonya.

Ketika aksi-aksi kolektif yang dilakukan secara senyap sejumlah orang yang berkomitmen menghadirkan doktrin imamah dan wilayah dalam kepatuhan aktual dalam konteks organisasi banyak mata nalar dan hati yang terbuka. Senyap tapi pasti, akseptabilitasnya kian meluas dan kini menjdi fakta karunia yang tak tergantikan.

Suksesi dan Pengembangan

Pandemi yang nyaris berusia dua tahun menimbulkan efek negatif luar biasa dalam semua sektor bagi individu, komunitas dan bangsa secara umum, demikian pula institusi negara dan lainnya, termasuk ormas.

Banyak program dan rencana yang telah dicanangkan menghadapi kendala. Karena berorganisasi demi kerja kolektif yang rapi dan bertanggungjawab secara spiritual merupakan ejawantah aktual dari prinsip ber-wilayah dan intizhar (penantian), maka tidak ada kata mundur atau istirahat. Diperlukan akselarasi dengan menggandakan semangat pengorbanan termasuk perasaan dan beban psikologis dalam berinteraksi terutama dalam memperkenalkan organisasi ini melalui kerja nyata tanpa pamrih demi melayani komunitas, umat dan bangsa.

Maka diambilllah langkah-langkah responsif dengan menjadikan tantangan sebagai peluang untuk berkhidmat sesuai konteks kesinian dan kekinian.

Pandemi dan ABI Responsif

ABI Responsif yang merupakan lembaga otonom dalam ormas yang bergerak dalam bidang tanggap bencana yang menghimpun banyak relawan terlatih, membentuk ABI Responsif Covid (ARC). Nama Covid ditambahkan sebagai spesialisasi tugas-tugasnya.

Gugus tugas yang dibentuk atas inisiasi DPW ABI Jawa Timur melalui rapat koordinasi dengan DPD-DPD pada 7 Juli 2021 ini muncul demi merespon perkembangan penyebaran Covid-19 yang akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan dengan beragam pelayanan bagi penderita Covid 19 di kalangan komunitas dan masyarakat umum.

Di samping itu, kehadiran Satuan Tugas ini juga diharapkan mampu meringankan beban psikis para pasien yang  menumbuhkan semangat yang kuat untuk segera sembuh.

ABI Responsif Covid

Dalam waktu dua pekan sejak dibentuk, ARC langsung tancap gas bermula dari Jawa Timur kemudian DKI Jakarta dan berlanjut ke semua wilayah di seantero negeri. Tak kurang dari 20 ikhwan/akhwat yang telah mendapat bantuan berupa obat-obatan, tabung oksigen, kebutuhan makan harian dan perujukan pasien ke rumah sakit.

Satuan Tugas ini berusaha hadir bagi pasien yang tak cukup mampu mengakses layanan kesehatan dengan baik akibat beragam faktor yang melatarbekanginya. Tak hanya itu, Satgas yang baru seumur jagung ini juga memberikan edukasi dan pendampingan bagi pasien yang memiliki sudut pandang awam terhadap jenis penyakit yang menular seperti ini.

Pendampingan pasien-pasien tersebut meliputi informasi langkah penanganan awal, penyediaan fasilitas kesehatan seperti obat-obatan yang mulai langka di pasaran, tabung oksigen dan konsultasi dokter selama 24 jam.

Dalam usianya yang sangat muda dengan segala keterbatasan dalam segala bidang, kerja luhur ini langsung menarik perhatian Satgas Covid dan banyak instansi.  Animo dan antusiasme menghujaninya. Banyak yang menawarkan diri menjadI relawan. Seiring dengan itu, banyak individu terutama dalam komunitas Syiah menyumbangkan dana dan menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam kerja kolektif yang nyata ini.

Semoga komunitas yang kecil secara kuantitatif ini menjadi besar secara kualitatif dengan meneguhkan eksistensinya sebagai bagian integral dari mozaik indah bernama Indonesia sekarang dan mendatang dengan pengabdian tanpa pamrih.

No comments

LEAVE A COMMENT