Suatu saat Ummu Fadhal isteri Abbas bin Abdul Muthalib mendapati Rasulullah saw menangis. Dia lalu bertanya kepada Rasulullah saw, “Mengapa engkau menangis wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab, “Baru saja Jibril datang kepadaku. Dia memberitahuku, bahwa umatku akan membunuh anakku (al-Husain) ini.” (Al Malhuf, Ibn Thawus).
Betul, hari syahadahnya Al Husain as, adalah hari kesedihan bagi semesta. Peristiwa ini telah dikenang jauh hari sebelum kejadiannya. Tak ketinggalan para pencinta Ahlul Bait. Mereka bersedih dan meninggalkan urusan duniawi mereka. Tangisan kesedihan ditumpahkan untuk pengorbanan Al Husein as. Untuk hari seperti ini, ada beberapa amalan yang bisa dilakukan.
- Hari Kesembilan
Inilah yang dikenal dengan ‘Hari Tasu’a’. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Hari Tasu’a adalah hari ketika Imam Husain as dan sahabat-sahabat beliau dikepung di Karbala. Pasukan Syam berkumpul untuk memerangi beliau. Anak Marjanah dan Umar bin Saad bersuka ria bersama pasukan Syam yang kuat untuk menghadapi Imam Husain as dan sahabatnya. Mereka yakin bahwa tidak akan ada penolong Imam Husain as dan penduduk Irak tidak akan membantunya. Oh… Ayahku yang lemah dan terasing.” Untuk mengenang para Ahlul Bait ini, bacalah Ziarah Asyura, Ziarah Waris dan ziarah lainnya.
- Malam Kesepuluh
Inilah malam duka terbesar dalam sejarah umat Islam yang dikenal dengan Asyura. Amalan dan ibadah yang dianjurkan pada malam ini.
a. Menghidupkan malam ini dengan ibadah. Diriwayat dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa barang siapa yang menghidupkan mala mini dengan ibadah, seolah-olah ia telah melakukan ibadah seperti ibadah yang dilakukan oleh para malaikat.
- Shalat empat rakaat pada akhir malam Asyura.
Pada rakaat pertama membaca Alfatihah kemudian ayat kursi, surah al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas masing-masing 10 kali. Setelah shalat, dianjurkan membaca surah al-Ikhlash 100 kali.
c. Melakukan empat rakaat (dua kali shalat).
Pada rakaat pertama dan kedua membaca Al-Fatihah lalu membaca surah al-Ikhlas 50 kali. Shalat ini dikenal dengan Shalat Imam Ali.
d. Melakukan shalat 100 rakaat.
Pada setiap rakaat membaca al-Fatihah, membaca surah al-Ikhlas tiga kali. Sesuai itu dianjurkan membaca
سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Mahasuci Allah, segala sesuatu bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, tidak ada kekuatan kecuali dari Allah Yang Mahatinggi.
- Hari Kesepuluh
Untuk hari kesedihan semesta ini dianjurkan untuk membaca sejarah pembantaian Keluarga Nabi di Karbala dan menyebarkannya kepada masyarakat. Ibnu Abbas berkata, “Aku bertemu dengan Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib as di Dzi Qar, beliau mengeluarkan shahifah yang ditulis dengan tulisan tangannya yang dicatat dari ujaran Rasulullah saw. Beliau membacanya untukku, ternyata tulisan itu adalah sejarah terbunuhnya Imam Husain as (maqtal) yang menceritakan bagaimana beliau dibunuh, siapa pembunuhnya, siapa penolongnya dan siapa yang syahid bersamanya. Beliau menangis terharu. Aku pun menangis.” (lihat Tangisan Sayidah Fatimah)
Salah satu bentuk kesedihan adalah mengucapkan takziah ini :
أَعْظَمَ اللَّهُ أُجُوْرَنَا بِمُصَابِنَا بِالْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَ جَعَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ مِنَ الطَّالِبِيْنَ بِثَارِهِ مَعَ وَلِيِّهِ الْإِمَامِ الْمَهْدِيِّ مِنْ آلِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِمُ (عَلَيْهِ) لسَّلاَمُ
Semoga Allah membalas kami karena berduka atas musibah Imam Husain as dan menjadikan kami dan kalian penuntut darah beliau bersama wali-Nya, Imam Mahdi dari keluarga Muhammad.