Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Bagaimana AlQuran Menjelaskan Ciri-ciri Ibu? (2)

  • Mengandung

Selain haidh, AlQuran juga mengisyaratkan kesulitan saat mengandung sebagai salah satu ciri-ciri ibu dalam surah Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Kata (وَهْنٍ) bermakna lemah. Merujuk pada kamus artinya adalah lemahnya kondisi ibu bersamaan dengan perkembangan janin di dalam rahim. Raghib Isfahani menyatakan kata (وَهْنٍ ) digunakan untuk wanita yang mengandung. Pernyataan dalam ayat AlQuran menunjukkan bagaimana Allah Swt menggambarkan kesulitan yang dialami seorang ibu ketika mengandung, sehingga anak harus mengeahui kedudukan ibu. Dalam ayat ini disebutkan bahwa berterimakasih kepada ibu dipadankan dengan ungkapan syukur kepada Allah Swt.

Baca: Fikih Quest 127: Hak Waris Istri dari Suami yang Meninggal tanpa Anak

Ayat 189 surah al A’raf Allah Swt mengisahkan beratnya beban perempuan pada akhir masa kehamilannya:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.

Allamah Thabathabai menyatakan “beban yang ringan” dalam ayat tersebut mengisyaratkan pada nutfah yang hadir pada diri perempuan saat awal kehamilan. Ketika nutfah berkembang di dalam rahim maka beratnya akan bertambah. Ayatullah Qiraati menafsirkan ayat ini bahwa ketika istri Nabi Adam as merasakan beban yang berat, beliau mengingat Allah. Dalam keadaan demikian beliau kemudian berdoa dan memohon bantuan. Mungkin dapat ditarik kesimpulan bahwa demikian sulitnya masa tersebut bagi perempuan hingga tak seorangpun yang dapat menolong. Tidak pula seseorang mampu meringankan beban atau menggantikan membawanya untuk beberapa waktu atau menjaga janinnya dari bahaya. Pada masa itu beliau mengingat Allah dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya. Riwayat berikut yang dikutip dari “Risalah al-Huquq” Imam Ali Zainal Abidin alaihi salam mengisyaratkan masa kehamilan:

وأما حق الرحم : فحق أمك أن تعلم أنها حملتك حيث لا يحمل أحد أحدا ، وأطعمتك من ثمرة قلبها ما لا يطعم أحد أحدا ، وأنها وقتك بسمعها وبصرها ويدها ورجلها وشعرها وبشرها وجميع جوارحها ، مستبشرة فرحة محتملة لما فيه مكروهها وألمها وثقلها وغمها ، حتى دفعتها عنك يد القدرة وأخرجتك إلى الارض فرضيت أن تشبع وتجوع هي

Inilah tentang hak rahim. Ketahuilah hak ibu bahwa ketika ia mengandung dirimu tak seorangpun bersedia menggantikannya mengandung. Ketahuilah bahwa ia memberimu makan dari sari pati jiwanya sedemikian hingga tak seorangpun mau melakukannya. Kalian dipahaminya dengan telinga, tangan, kaki, rambut, kulitnya sendiri. Meskipun demikian, seluruh anggota badannya bergembira atas keadaan tersebut. Demi janin yang di dalam perutnya, seorang ibu menahan segala kesulitan dan kesedihan. Dengan ketentuan Ilahi, kalian tiba-tiba dilahirkan ke dunia dan ia mengenyangkan kalian dengan air susunya. Sementara itu, ia sendiri menahan rasa lapar.

Baca: Kisah Nabi Muhammad saw. dan Nabi Musa as. Tentang Ibu

Pada riwayat ini terdapat pengulangan kata ( أحد أحدا ). Hal ini menunjukkan bahwa tidak seorang pun yang melakukan pengorbanan terhadap orang lain (anak) selain ibu. Dari sini dapat dipahami bahwa seorang ibu lebih utama dibanding ayah karena ayah pun tak mampu membantu ibu. Seorang ayah tidak pula mampu mengandung dan memberi makan anaknya saat itu. Berdasarkan hal tersebut, sisi biologis keibuan seperti mengandung, melahirkan, menyusui memiliki nilai  tinggi dalam AlQuran. Karena itulah, perempuan layak mendapat penghargaan dan pahala. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan kaum feminis yang mengingkari ibu biologis dan menolak keniscayaan kodrat tersebut.  Kondisi seperti mengandung dan melahirkan dianggap mereka tak lain sebagai fungsi hewani yang bertentangan dengan perkembangan spiritual perempuan. Kelompok ini menghendaki bebasnya perempuan dari keterikatan biologis perempuan. Penerimaan metode pencegahan kehamilan, surrogate mother dan kelahiran anak melalui laboratorium diharapkan dapat menjadi pembuktian hal tersebut.

  • Melahirkan

Melahirkan merupakan pengantar bagi janin untuk keluar dari badan. Kehamilan berlangsung selama 9 bulan. Ketika janin siap untuk dilahirkan ia mengeluarkan kepalanya dari rahim untuk kemudian pelan-pelan diambil. Mulut rahim perlahan-lahan menjadi lebih lembut sehingga terjadi proses lewat dan lahirnya janin. Lalu selaput yang menyelimuti janin akan terbuka dan keluarlah cairan ketuban. Dinding rahim mulai membuka dan berkontraksi yang menyebabkan rasa sakit saat melahirkan. Kontraksi yang kuat merupakan kekuatan yang diperlukan bagi keluarnya janin dan proses melahirkan. Setelah kelahiran bayi, dimulailah tahapan lainnya dari peran ibu. Dalam AlQuran kisah persalinan Sayyidah Maryam diceritakan pada ayat 23 surah Maryam:

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

Ketika melahirkan Nabi Isa as Sayyidah Maryam mengambil jarak dari orang saat merasakan sakit dan mengharapkan kematiannya. Salah satu sebab mengapa beliau mengharapkan kematiannya adalah kehamilan dan persalinannya dalam keterasingan. Sulitnya persalinan menyebabkan pribadi mulia seperti Sayyidah Maryam mengharapkan kematiannya.

Bersambung …

Baca: Bagaimana AlQuran Menjelaskan Ciri-ciri Ibu? (3)


No comments

LEAVE A COMMENT