Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Belajar Berbakti Kepada Orang Tua Dari Imam Ali Zainal Abidin a.s.

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa’: 36)

Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Imam Ali Zainal abidin a.s. mengenai hak-hak seorang ibu yang harus dilaksanakan oleh putra-putrinya. Beliau a.s. berkata:

Hak ibumu antara lain, engkau harus menyadari bahwa ibulah yang mengandungmu (di suatu tempat) yang tidak ada orang lain bersedia melakukan itu untuk yang lainnya. Dia memberimu makan dari nyawanya pada saat orang lain tidak akan memberikannya kepada selainnya. Dia menjagamu sepenuh jiwa dengan seluruh anggota badannya. 

Dia rela menahan lapar dan dahaga untuk membuatmu kenyang minum. Dia rela tidak memiliki pakaian untuk membuatmu berbaju. Dia rela berjemur di bawah sengatan matahari untuk membuatmu berada di tempat yang teduh. Dia rela terjaga untuk membuatmu tidur nyenyak. Dia menjagamu dari panas dan dingin.

(Semua pengorbanan ini dilakukan seorang ibu) supaya kamu ada untuknya. Sesungguhnya kamu tidak mampu membalasnya kecuali dengan pertolongan dan taufik dari Allah swt.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, Imam Ali Zainal Abidin a.s. berperilaku baik dan sangat menjaga hak-hak ibundanya. Hal ini dicatat oleh Thabarsi dalam bukunya:

“Suatu saat Imam Sajjad a.s. ditanya oleh para sahabatnya, “Kenapa Anda tidak pernah makan satu meja dengan ibunda, padahal Anda adalah orang yang paling baik dalam perilaku terhadap sang ibu?”

Imam Sajjad a.s. menjawab, “Aku khawatir tanganku mengambil makanan yang telah terlebih dahulu dilihatnya (dikehendaki untuk diambilnya). Dengan itu, aku menjadi anak durhaka.””

Dari berbagai riwayat dapat disimpulkan bahwa membalas jerih payah ibu dan memenuhi hak-haknya sangat berat sekali. Namun kita tetap harus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya. Berikut ini adalah hak-hak paling penting seorang ibu:

1- Berbuat baik kepadanya

Dalam Alquran, melalui lisan suci Nabi Isa a.s., Allah swt. menunjukkan betapa tingginya kedudukan ayah dan ibu:

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam: 32)

Berbuat baik kepada ibu adalah tradisi baik para nabi dan wali. Orang-orang yang tidak memenuhi hak-hak ibu, akan menjadi sombong dan celaka.

Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” (yang mengandung penghinaan atau menyakitkan mereka berdua sekecil apa pun) dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23)

Dalam ayat lain, Allah swt. memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua setelah ikrar dengan tauhid:

Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (QS. An-Nisa’: 36)

Ayat-ayat di atas adalah peringatan bagi mereka yang masih belum mengetahui kedudukan kedua orang tua atau bahkan masih menganggap mereka berdua sebagai pelayan atau pembantu.

2- Menghargai dan bersyukur kepada mereka

Allah swt. menempatkan kewajiban bersyukur kepada ayah dan ibu setelah kewajiban bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan:

“Bersyukurlah kepadaku [karena aku sebagai pencipta dan pemberi nikmat kepadamu] dan kepada kedua orang tuamu.” (QS. Luqman: 14)

Maka sudah selayaknya kita semua menghargai dan berterima kasih kepada mereka setiap waktu, terutama saat ada momentum seperti hari ibu atau hari ulang tahun mereka. Kita jadikan kesempatan itu untuk mengagungkan mereka. Jangan sampai kita melupakan kasih sayang tiada batas mereka atau bahkan berperilaku kasar dan tidak sopan.

3- Memandang mereka dengan penuh kasih

Abu Dzar berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Memandang Ali bin Abi Thalib adalah ibadah, memandang kedua orang tua dengan kasih dan sayang adalah ibadah, memandang shahifah (yaitu Alquran) adalah ibadah, memandang ka’bah adalah ibadah.””

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tiada seorang yang memandang kedua orang tuanya dengan kasih sayang kecuali Allah swt. mencatat satu pandangan dengan (pahala) haji mabrur.”

Sahabat bertanya, “Wahai Rasulallah! Bagaimana bila ia memandangnya 100 kali dalam sehari?”

“Meskipun ia memandangnya 100 ribu kali sehari (ia akan tetap menerima pahala setiap pandangan dengan pahala haji mabrur),” jawab Nabi saw.

4- Membuat kedua orang tua ridha (terhadap kita)

Uwais Al-Qarni termasuk salah seorang sahabat terbaik Nabi saw. yang mencapai derajat tertinggi dalam zuhud dan takwa. Ia syahid bersama Imam Ali a.s. di perang Shiffin demi menghidupkan agama dan membela wilayah Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Ia dimakamkan di daerah Shiffin.

Uwais Al-Qarni berasal dari Yaman. Ia memiliki seorang ibu lanjut usia yang dirawatnya. Meskipun Uwais sangat merindukan perjumpaan dengan Nabi saw., ia tidak dapat bertatap muka dan memandang wajah suci penuh cahaya beliau saw.

Ketika kerinduan untuk berjumpa dengan Nabi saw. telah membara, ia meminta izin sang ibu untuk berangkat ke tanah Hijaz dan menemui Sang Nabi saw.

Ibunya berkata, “Puteraku! Pergilah untuk menemui Nabi saw. Bila engkau tidak mendapatinya di Madinah, jangan lebih dari setengah hari engkau di sana (dan segeralah kembali)!”

Setelah mendapat restu sang ibu, Uwais menempuh perjalanan dari Yaman menuju Madinah dengan segala usaha dan jerih payah. Uwais tiba di kota Nabi saw. Namun dengan tidak percaya ia mendengar bahwa Nabi saw. sedang tidak berada di Madinah.

Karena Uwais tidak memiliki waktu lebih dari setengah hari untuk menanti dan bertemu dengan Nabi saw. yang dirindukan, ia menitipkan pesan kepada para sahabat yang ada di Madinah saat itu, “Sampaikanlah salamku kepada Junjunganku, Nabi Muhammad saw. Katakan kepada beliau bahwa seorang lelaki bernama Uwais datang dari Yaman untuk bertemu dengannya. Namun karena ia tidak diizinkan oleh ibunya untuk berlama-lama menunggu lebih dari setengah hari, ia kembali ke negerinya dengan penuh penyesalan.”

Setelah beberapa hari, Nabi saw. kembali ke Madinah dan berkata, “Aroma surga berhembus dari arah wilayah Qarn. Oh… Aku sangat rindu berjumpa denganmu, wahai Uwais Al-Qarni. (Wahai kaum muslimin!) Barangsiapa yang menemuinya, sampaikanlah salamku kepadanya.”

Saat nama Nabi saw. disebut, ia menarik nafas dalam-dalam, butiran air matanya bercucuran dan berkata, “Sangat disayangkan sekali, aku tidak berhasil menemui beliau saw.”

Berkenaan dengan kedudukan Uwais, Nabi saw. bersabda, “Orang-orang seperti suku Rabi’ah dan Mudhir akan masuk (surga) karena syafaat Uwais.”

Latest comments
  • Terimakasih sharing nya.
    Semoga kita termasuk anak yang berbakti kepada kedua orang tua kita

    • Insya Allah, terima kasih doanya.

LEAVE A COMMENT