Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Konsep Takdir dalam Akidah Syiah (2)

Artikel yang lalu meninggalkan sebuah soal, bahwa perbuatan manusia jika bersifat ikhtiari (atas kehendaknya) bagaimana bisa tergantung pada kehendak Allah dan qadha`-Nya? Dan jika tergantung pada qadha`-Nya, bagaimana bisa tergantung pada kehendak dan ikhtiar manusia?

Syaikh Misbah Yazdi dalam menjawab soal itu, melalui penjelasan tentang macam-macam sebab yang berpengaruh bagi suatu fenomena atau realitas sebagai akibat darinya. Dengan tujuan untuk mencapai pemahaman tentang kebergantungan atau penisbatan perbuatan ikhtiari manusia kepada dirinya dan kepada Allah swt. Bahwa, efektifitas sejumlah sebab bagi suatu akibat dapat digambarkan sebagai berikut:

  1. Sejumlah sebab secara bersamaan memberi pengaruh terhadap sesuatu, misalnya, himpunan suatu biji, air, cuaca dan lainnya, yang menjadi sebab terbelahnya biji itu dan keluar sebagai tumbuhan.
  2. Sebagian sebab memiliki pengaruh secara bergiliran. Tiap-tiap sebab ini berefek pada sesuatu sedemikian rupa sehingga masa efektifitasnya terbagi sesuai jumlah sebab. Tiap bagian merupakan akibat dari sebab-sebab yang pada gilirannya memberi pengaruh juga. Dimisalkan, beberapa mesin yang hidup secara bergiliran dan menjadi sebab bergeraknya sebuah pesawat.
  3. Tiap-tiap sebab mempengaruhi sebab lainnya secara beruntun, seperti benturan sejumlah bola ketika tiap bola membentur bola lainnya. Dalam hal ini sebab yang satu menjadi sebab yang lain, mempengaruhi dan menggerakkan secara beruntun. Misal lainnya, kehendak seseorang mengggerakkan tangannya, sehingga sebuah pena tergerak olehnya dan gerakan pena mengadakan tindakan dia, yaitu menulis.

Sebab-sebab Vertikal dan Horisontal

Gambaran lainnya, yaitu yang keempat ialah efektifitas yang muncul oleh sejumlah sebab vertikal, bahwa wujud tiap-tiap sebab itu bergantung pada wujud lainnya. Berbeda dengan gambaran yang ketiga di atas bahwa wujud pena tidak bergantung pada wujud tangan dan wujud tangan tidak bergantung pada kehendak manusia.

Dalam semua gambaran tersebut berbagai macam sebab dapat bahkan musti- terhimpun atas satu akibat. Tetapi pengaruh kehendak ilahiah dan kehendak manusia pada perbuatan ikhtiari merupakan ekstensi bagi gambaran yang keempat. Karena, eksistensi manusia dan kehendaknya bergantung pada kehendak ilahiah. Inilah yang mungkin dapat disebut dengan sebab-sebab vertikal.

Baca: Salat Salman di Bulan Rajab: Titik Temu Ritual Sunnah dan Syiah

Gambaran yang mustahil ialah terhimpunnya sebab-sebab yang mungkin dapat disebut dengan sebab-sebab horisontal- pada satu akibat. Bahwa, dua sebab sebagai pengada atau pencipta, yang keduanya sejajar dalam memberikan pengaruh pada satu akibat. Hal ini sebagaimana asumsi satu kehendak yang muncul dari dua pelaku yang sama-sama berkehendak, atau sebuah fenomena yang bergantung pada dua pihak sebab yang masing-masing sebagai illah tâmmah (sebab yang lengkap). Dua Tahap Secara Vertikal.

Dengan memperhatikan penjelasan di atas akan menjadi jelas bahwa penisbatan perbuatan ikhtiari manusia itu kepada Allah swt, tidaklah bertentangan dengan penyandarannya kepada si pelakunya, yaitu manusia itu sendiri. Karena dua penyandaran ini, yang satu adalah kepanjang bagi yang lainnya, tanpa ada benturan di antara keduanya.

Atau katakanlah bahwa penisbatan perbuatan kepada manusia sebagai pelaku berada di satu posisi, sementara bila dinisbatkan kepada Allah, penisbatan ini berada di posisi di atasnya yang lebih tinggi. Pada posisi atau tahap yang kedua inilah keberadaan manusia dan semua yang terlibat dalam kejadian perbuatannya serta sarana-sarana yang mewujudkannya, semuanya bersandar kepada Allah swt.

Dengan demikian, pengaruh kehendak manusia yang merupakan bagian akhir dari sebab sempurna terhadap perbuatannya itu, tidaklah meniadakan penyandaran seluruh bagian sebab sempurna kepada Allah swt. Karena, Dialah Dzat yang memiliki segala kekuatan. Bagi-Nya lah kekuatan dalam mewujudkan alam dan manusia dengan berbagai macam kondisi wujudnya. Dialah Yang menganugrahkan wujud kepada manusia secara berkesinambungan.

Seluruh makhluk itu tak pernah terlepas sesaatpun dari-Nya, dalam bagaimanapun. Karena, semua makhluk tidaklah bersifat mandiri. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan ikhtiari manusia itu senantiasa bergantung kepada Allah swt, dan tak mungkin keluar dari wilayah kehendak-Nya. Semua sifat makhluk, ciri khusus dan keistimewaanya serta batasan-batasannya selalu berhubungan dengan qadha` dan qadar-Nya.

Baca: Infografis Ulama Syiah: Syekh Al-Kulayni

Demikian itu berbeda dengan pemahaman bahwa semua perbuatan manusia ini hanya bersandar kepada kehendak manusia, atau hanya bersandar kepada kehendak Allah semata. Karena, dua kehendak yang berbeda ini tidak berada pada satu tahap sehingga keduanya tak mungkin bertemu. Juga tak berpengaruh dalam mewujudkan berbagai tindakan secara bergiliran.

Pada hakikatnya, kehendak manusia sebagaimana hakikat wujud dirinya senantiasa bergantung pada kehendak Allah, dan kehendak-Nya memastikan kehendak hamba-Nya. Allah swt berfirman:

وَما تَشاؤُونَ إِلاَّ أَنْ يَشاءَ اللهُ رَبُّ الْعالَمينَ
“Dan kamu tidak dapat berhendak kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” (QS: at-Takwir: 29).

Artikel sebelumnya: Konsep Takdir dalam Akidah Syiah

Referensi: Durus fil Aqidah al-Islamiyah


Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT