Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Berharap Kepada Allah SWT (1)

Allah SWT Berfirman;

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”[1]

Dalam tafsir Ali bin Ibrahim diriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Abdurrahman bin al-Hajjaj dari Imam Jakfar as bahwa Rasulullah saw bersabda;

إن آخر عبد يؤمر به إلى النار فإذا أُمر به التفت، فيقول الجبّار : ردّوه، فيردّونه، فيقول له : لم التفتّ فيقول : يا ربّي لم يكن ظنّي بك هذا، فيقول : وما كان ظنّك بيّ ؟ فيقول : يا ربّ كان ظنّي بك أن تغفر لي خطيئتي، وتسكنني جنّتك، قال : فيقول الجبّار : يا ملائكتي لا وعزّتي وجلالي وآلائي وعلويّ وارتفاع مكاني ما ظنّ بي عبدي ساعة من خير قط، ولو ظنّ بي ساعة من خير ما روّعته بالنار، أجيزوا له كذبه، فأدخلوه الجنّة.

“Sesungguhnya ada seseorang yang terakhir diperintahkan masuk ke neraka namun ketika hendak dibawa ke sana dia memandang ke arah sekitar dan tiba-tiba Allah memerintahkan supaya dia dikembalikan sehingga mereka (para malaikat) mengembalikannya. Allah berfirman, ‘Mengapa kamu melihat ke sekitar (apa yang kamu harapkan)?’ Dia menjawab. ‘Ya Tuhanku, aku tidak berprasangka Engkau demikian?’ Allah berfirman, ‘Lantas apa prasangkamu tentang Aku?’ Dia menjawab, ‘Aku berprasangka bahwa Engkau akan mengampuni aku dan menempatkan aku di dalam surgaMu.’

Baca: Safinah Quote: Serahkan Seluruh Urusan kepada Allah

“Sang Maha Kuasa lantas berfirman, ‘Wahai para malaikatku, aku bersumpah demi kemaha agungan, kemaha muliaan, kenikmatan-kenikmatan, kemaha tinggian, dan tingginya kedudukanKu, hambaKu ini tidak pernah barang sesaat berprasangka baik kepadaKu, dan seandainya dia pernah berprasangka baik kepadaKu barang sesaat maka Aku tidak akan mengirimnya ke neraka. Meski demikian, terimalah dia (atas pengakuan prasangka baiknya itu) dan masukkanlah dia ke dalam surga.’”

Rasulullah SAW kemudian bersabda;

ليس من عبد يظنّ بالله خيراً إلاّ كان عند ظنّه به، وذلك قوله : ﴿وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ.

“Tidak ada hamba yang berprasangka baik kepada Allah kecuali dia berada pada prasangkanya itu, sebab Allah SWT berfirman, ‘Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS. Fushshilat [41]: 23).’”[2]

Tafsiran Menyimpang Sebagian Sufi

Sebagian kalangan sufi yang asing dari jalur Ahlul Bait as mengatakan bahwa pengharapan (raja’) di satu sisi merupakan sebentuk perlawanan kepada Allah SWT. Sebab, ketika seorang hamba berharap masuk surga, misalnya, Allah SWT bisa jadi tidak menghendakinya sehingga dia melawan kehendakNya dengan kehendak lain. Sedangkan di sisi lain juga merupakan sebentuk protes kepada Allah karena seorang hamba akan mengatakan kepadaNya, “Engkau tidak membutuhkan penyiksaan terhadap hambaMu maka ampunilah mereka, dan untuk apa menyiksa mereka.”  Dengan berkata demikian maka dia terbawa perasaan dan menyalahi kehendak Allah.

Baca: Safinah Quote: Buah Tulus Menyembah Allah

Namun, kalangan sufi itu kemudian menambahkan bahwa pengharapan ternyata dikehendaki dalam kitab dan sunnah dan menjadi salah satu jalan para pencari hakikat karena dapat mencegah keputus asaan, resiko yang berpotensi muncul akibat rasa takut. [3]

Namun demikian, persepsi kalangan sufi itu tidak tepat, sebab raja’ bukan berarti mengharapkan sesuatu yang berlawanan dengan kehendakNya, yakni bukan mengharapkan rahmat Allah kendati berlawanan kehendakNya berupa kehendak amarah, melainkan bahwa di level angan-angan manusia berharap bahwa kehendak Allah itu adalah kehendak rahmat sehingga tidak menjadi sebentuk protes kepadaNya. Seorang hamba yang beriman tetap akan berpasrah diri kalau memang kehendak Allah adalah azab baginya, namun dia berharap mendapat rahmat antara lain adalah karena dia mengetahui bahwa mengazab tidak menambah sesuatu bagi kebesaran kerajaanNya. Harapan demikian tentu tidak dapat dimasukkan dalam kategori protes kepada Allah SWT.

Baca: Jalinan Ruh Suci Imam Husein a.s. dengan Allah Kekasihnya Lewat Lantunan Doa

(Bersambung)

[1] QS. Al-Zumar [39]: 53.

[2] Tafsir al-Qummi, juz 2, hal. 264 -265.

[3] Lihat Manazilal-Sa’irin, Bab al-Ra’, edisi  Syarah Manzil al-Sa’irin, oleh al-Kasyani, hal. 57 – 58.


No comments

LEAVE A COMMENT