Shalat subuh berjamaah telah usai dilaksanakan. Rasulullah saw. menghadap ke arah jamaah shalat seraya bersabda, “Wahai Muslimin! Aku telah menerima wahyu bahwa terdapat tiga orang kafir yang bersumpah atas nama berhala Latta dan Uzza untuk membunuhku. Siapakah di antara kalian yang dengan suka rela siap menghadapi mereka dan membunuh mereka sebelum tiba di Madinah?”
Masing-masing hadirin saling bertatapan dan diam seribu bahasa. Mereka tidak menjawab seruan Rasulullah saw.
Rasulullah saw. melanjutkan, “Aku yakin Ali bin Abi Thalib tidak ada di tengah-tengah kalian.”
Salah seorang dari mereka yang bernama Amir bin Qutadah berdiri seraya menjawab, “Malam ini, Ali demam, karena itu ia tidak ikut serta dalam shalat berjamaah ini. Ijinkan saya menemuinya dan menyampaikan seruan Anda.”
Rasulullah saw. mengizinkannya. Lalu Amir menemui Imam Ali a.s. dan menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi di masjid.
Baca: “Sekilas Keistimewaan Imam Ali di Mata Nabi“
Mendengar hal itu, Imam Ali a.s. bergegas menemui Rasulullah saw. dan menanyakan peristiwa yang sebenarnya terjadi.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Rasulullah saw., Imam Ali a.s. berkata, “Saya siap menghalangi kedatangan mereka. Saya mohon izin beberapa saat untuk memakai baju perang saya.”
Rasul saw. bersabda, “Ini baju dan pedangku, ambil dan pakailah!”
Kemudian Rasul memakaikan baju perang beliau ke badan Imam Ali a.s., melilitkan sorban beliau ke kepala Imam Ali a.s., menyerahkan pedang beliau, dan menyiapkan kuda yang akan ditunggangi Imam Ali a.s.
Setelah itu, Imam Ali as pamit untuk berangkat. Beliau keluar Madinah dan mencari tiga orang teroris yang berniat untuk membunuh Rasulullah saw.
Tiga hari berlalu, tak ada kabar sedikitpun tentang keberadaan Imam Ali a.s. Sayyidah Fatimah a.s. sangat khawatir. Lalu beliau menggandeng Imam Hasan dan Imam Husain pergi menemui ayahandanya. Di hadapan Nabi saw., Sayyidah Fatimah berkata, “Saya kira dua anak ini sudah menjadi yatim.”
Tanpa sadar Rasulullah saw. menangis mendengar ucapan sang putri.
Baca: “Tangisan Sayyidah Fathimah as“
Rasulullah saw mengumumkan di hadapan kaum Muslimin, “Barang siapa yang membawa berita tentang keadaan Ali, aku akan memberinya imbalan surga.”
Mendengar pengumuman ini, kaum Muslimin berlomba-lomba mencari berita tentang Imam Ali a.s., hingga akhirnya Amir bin Qutadah menyampaikan berita bahwa Imam Ali a.s. dalam keadaan baik dan sehat. Beliau sedang kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.
Setelah Imam Ali a.s. tiba di Madinah, Rasulullah saw. adalah orang pertama yang menyambut kedatangannya. Beliau saw. menyaksikan Imam Ali a.s. datang membawa dua tawanan, sepenggal kepala, tiga ekor unta, dan tiga ekor kuda.
Saat itu Rasulullah saw. bersabda kepada Imam Ali a.s., “Mana yang lebih engkau sukai, aku yang akan menceritakan peristiwa yang engkau alami ataukah engkau sendiri?
Kemudian beliau saw. bersabda, “Sebaiknya engkau sendiri yang menyampaikan supaya disaksikan kaum yang ada.”
Kemudian Imam Ali a.s. memulai kisahnya, “Di tengah padang pasir, saya melihat tiga orang penunggang kuda menuju ke arah saya. Setelah dekat, mereka berteriak, “Siapa kamu?”
“Ali bin Abi Thalib, putra paman Rasulullah (utusan Allah),” jawabku.
Mereka berkata, “Kami tidak mengenal utusan Allah dan bagi kami tidak ada beda membunuh utusan Allah atau kamu.”
Baca: “Kartun Anak: Imam Ali as. Blusukan di Kota Kufah“
Imam Ali a.s. melanjutkan, “Orang yang kepalanya terpenggal ini langsung menyerang saya. Saat itu pula, berhembus angin merah, lalu saya mendengar suara, “Baju besinya di bagian leher telah aku singkap, tebaslah urat lehernya.” Saya langsung menebas lehernya.”
Setelah itu, dua tawanan ini menghampiri saya dan berkata, “Teman kami yang engkau bunuh ini berkemampuan membunuh seribu pasukan berkuda. Sekarang kami menyerahkan diri kepadamu. Kami mendengar Muhammad adalah orang yang pemurah dan berhati lembut. Janganlah engkau bunuh kami! Bawalah kami ke hadapan Muhammad hidup-hidup agar ia memutuskan hukuman yang layak kami terima!”
Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Ali! Suara itu adalah suara Jibril. Sekarang bawalah kepadaku salah seorang tawanan itu.”
Imam Ali membawa seorang tawanan menghadap Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Ucapkanlah “Tiada Tuhan selain Allah” (La ilaha illallah).”
Tawanan itu menjawab, “Memindahkan gunung Abu Qubais lebih aku sukai dari pada harus mengucapkan kalimat itu.”
Rasulullah saw. bersabda, “Bawalah dia dan hukumlah.”
Kemudian Imam Ali melaksanakan perintah Rasulullah saw.
Lalu Rasulullah saw. meminta kepada Imam Ali untuk membawakan tawanan kedua. Imam Ali membawa tawanan itu ke hadapan Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Ucapkanlah “Tiada Tuhan selain Allah”.
Ia menjawab, “Gabungkan saja aku dengan temanku.”
Rasulullah saw. bersabda kepada Imam Ali, “Bawa dan hukumlah orang ini”.
Malaikat Jibril turun dan berkata, “Wahai Muhammad! Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Janganlah engkau bunuh orang itu, karena ia memiliki dua sifat mulia; di antara kaumnya ia adalah orang dermawan dan juga memiliki budi pekerti yang baik.”
Baca: “Tafsir: Segera Minta Ampun Saat Menyadari Kekeliruan“
Rasulullah saw. kembali meminta kepada Imam Ali untuk menghentikan hukuman karena kabar yang dibawa oleh Jibril.
Tatkala tawanan kafir itu mengetahui soal pembatalan hukuman matinya, ia berkata, “Ya, aku bersumpah demi Tuhan, selama aku hidup bersama saudara-saudaraku aku tak pernah memegang uang sedirham pun (maksudnya, ia tidak menabung uang yang diperolehnya, melainkan selalu diserahkan kepada sanak kerabatnya). Dan aku sama sekali tak pernah melarikan diri dari medan perang. Sekarang aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Rasulullah saw. bersabda, “Ia adalah orang yang ditarik menuju surga yang penuh kenikmatan oleh kedermawan dan budi pekertinya yang mulia.”
Baca: “Kisah Teladan Sayidah Fathimah Az-Zahra as Penghulu Wanita Alam Semesta“