Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Fikih Quest 87: Keinginan Orang Tua yang Telah Meninggal

Keinginan, Orang Tua, Meninggal, Ziarah

TANYA: 

Assalamu’alaikum.

Ibu saya sakit kanker payudara hampir 3 tahun. 9 bulan terakhir terkena syaraf terjepit sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur. Selama itu pula beliau mulai mempelajari ajaran Ahlulbait. Alhamdulillah, beliau menerima.

Beliau telah meninggal, dan sebelum meninggal beliau berkeinginan jika sembuh ingin berziarah kepada Rasulullah dan Sayyidah Fatimah, sebelum sakratul maut dan dalam keadaan drop saya masih bisa menuntunnya menziarahi Rasulullah tapi tidak sempat ke Sayyidah Fatimah. Apa yang harus saya perbuat perihal keinginan beliau?

Dan bagaimana saya mengadha (menggantikan) salat & puasa beliau selama drop (tidak mampu)? Beliau belum sempat memilih marja’, tapi saya pribadi bermarja’ kepada Sayyid Ali Khamenei

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak.

JAWAB:

’Alaikumussalam warahmatullah.

Semoga ibu saudara diterima seluruh amalnya dan diampuni segala kesalahannya serta dibangkitkan bersama pribadi-pribadi mulia yang dicintainya, khususnya sayyidah Fatimah Az Zahra AS, amiin.

Jika almarhumah meninggalkan warisan yang bisa untuk menjadi ongkos saudara (sebagai ahli waris) atau orang lain untuk melaksanakan umrah dan sekaligus ziarah kepada Rasulullah SAW dan Sayyidah Fatimah Az Zahra AS atas nama almarhumah, tentunya dengan izin ahli waris yang lain. Maka itu adalah amalan mulia yang pahalanya akan diperoleh oleh alamarhum ibu dan anak-anak almarhumah.

Mengenai salat yang ditinggalkan oleh almarhumah selama hidupnya, jika ada anak laki-laki tertua, maka dialah yang berkewajiban untuk melaksanakan (qadha’) nya. Dia bisa melaksanakannya sendiri atau bersama-sama dengan anak-anak almarhum yang lain atau meminta orang lain untuk melakukannya dengan sukarela atau dengan upah.

Apabila almarhumah tidak memiliki anak lelaki tertua, maka tidak ada yang wajib untuk melaksanakannya. Namun bila almarhumah meninggalkan warisan yang bisa untuk mengupah seseorang menggantikannya maka wajib dilakukan. Sebagaimana boleh juga dan sangat bagus bila anak-anaknya menggantikannya.

Berkenaan dengan puasa bulan Ramadhan yang ditinggalkan oleh almarhumah di tahun ini maka kewajiban Anda adalah membayar fidyah, yaitu memberi makan satu orang miskin pengikut Ahlul Bait per-hari yang ditinggalkan (satu kali makan) atau memberikan beras kepada seorang miskin atau lebih dari pengikut Ahlul Bait sebanyak 750-800 gram per-hari dengan jumlah sebanyak hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan oleh almarhumah.

Begitu pula puasa yang ditinggalkannya pada dua tahun sebelumnya dimana penyakitnya bersambung dan tidak ada kesempatan untuk mengadha’nya (bagi almarhumah). Adapun puasa yang ditinggalkan sebelum sakit dan belum di-qadha’ (jika diketahui, maka hukumnya seperti masalah shalat yang telah dijelaskan sebelumnya) dan ditambah dengan sanksi keterlambatan qadha yaitu memberi fidyah dengan ketentuan seperti disebut di atas, sejumlah hari yang almarhumah tinggalkan.

[*]

Baca Fikih Quest 79: Amalan bagi Anak yang Orang Tuanya Meninggal Dunia

Written by
No comments

LEAVE A COMMENT