Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Gambaran Kesempurnaan Karakter pada Diri Sayyidah Fathimah a.s.

Fathimah a.s. adalah makhluk penuh kehormatan, luhur tabiatnya, suci jiwanya, agung perasaannya, cepat pemahamannya, tajam akalnya, murah hatinya, mulia perangainya, dermawan, gagah berani, tabah hati, mulia,  menjauhi segala bentuk ujub (merasa bangga diri), tidak dibatasi oleh kesombongan materi, serta segala keagungan dan kebesaran tidak membuatnya berpaling.

Beliau adalah manusia paling dermawan dalam pemberian, lemah lembut, lapang dada, sangat penyabar, berwibawa, tenang, ramah, teguh, iffah (kesucian harga diri), dan ketat menjaga kehormatannya. Beliau hidup sebelum wafat ayahnya penuh dengan pancaran kemuliaan, wajah yang elok, kulit yang lembut, mulut selalu terhias senyuman, dan senyumnya tidak pernah pudar kecuali sepeninggal ayahnya. Tidak pernah lisannya mengucap kata selain kebenaran. Tidak bertutur selain kejujuran. Beliau tidak pernah menyebut kejelekan orang lain, tidak pernah bergunjing, dan tidak pernah melakukan namimah (ucapan adu domba), tidak pernah memfitnah, selalu menjaga rahasia, menepati janji, suka memberi nasihat, menerima maaf, dan memaafkan kesalahan.

Betapa sering beliau memaafkan kesalahan orang lain dan membalas kesalahan dengan kelembutan disertai sikap penuh maaf. Beliau sangat menjauhi kejelekan, selalu condong pada kebaikan, terpercaya dan jujur dalam perkataan, tulus dalam niat dan kesetiaan. Beliau telah mencapai puncak tertinggi dari kesucian, tidak ternoda, suci tubuhnya, dan hawa nafsunya tidak lagi membuatnya berpaling karena beliau termasuk salah satu dari Ahlulbait Nabi saw yang telah Allah Swt hilangkan noda dari mereka dan telah Allah Swt sucikan mereka sesuci-sucinya.

Ketika beliau berbicara pada manusia atau menyampaikan khotbah dihadapan laki-laki, selalu ada tabir terulur menutupi pandangan antara beliau dan mereka sebagai penjaga kehormatannya. Di antara keunikan beliau dalam menjaga kehormatannya, beliau menganggap buruk kebiasaan meletakkan kain (pakaian) di atas jenazah perempuan seperti sering dilakukan para wanita. Beliau adalah figur perempuan yang zuhud, selalu merasa cukup karena meyakini bahwa kerakusan hanya akan membelah hati dan mencerai-beraikan urusan. Beliau berpegang teguh pada apa yang disabdakan sang ayah padanya, “Wahai Fathimah, sabarlah engkau terhadap kepahitan dunia untuk memperoleh kenikmatan yang abadi.”

Baca: Siti Fatimah Zahra as : Hababah dan Sayyidah

Beliau selalu merasa puas dengan kehidupan sederhana, sabar menghadapi kesulitan, mencukupkan diri dengan yang halal walau sedikit, selalu ridha dan diridhai, tidak ambisius terhadap apa yang dimiliki orang lain, tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan tidak pernah meminta pada selain Allah Swt. Beliau adalah lambang kekayaan hati sebagaimana sabda ayahnya Saw, “Sesungguhnya kekayaan sejati adalah kaya hati.

Sungguh, beliau adalah Sayidah al-Batul yang terputus  dari godaan dunia demi menuju Allah Swt, menjauhi segala keindahan dunia, berpaling dari tipu dayanya, mengenal malapetakanya, sabar melaksanakan tanggung jawab. Walaupun kesulitan hidup datang menerpa, lisannya tidak pernah kering dari zikir pada Maulanya.

Tujuan dan cita-cita Fathimah Zahra a.s. adalah akhirat. Beliau tidak memperhatikan keindahan-keindahan duniawi. Beliau belajar dari ayahnya Saw yang selalu berpaling dari rayuan dunia dan isinya. Menepiskan segala kenikmatan, kelezatan dan bujukan syahwat. Beliau terkenal dengan kesabarannya menghadapi derita, rasa syukurnya dalam kelapangan hidup dan keridhaannya terhadap qada (keputusan Allah). Beliau mengamalkan ucapan ayahnya Saw, “Sungguh apabila Allah mencintai hamba-Nya, Dia akan mengujinya. Jika hamba tersebut sabar, Allah akan memilihnya. Jika dia ridha, Allah pun akan memilihnya.”

Beliau menyesuaikan diri dengan tuntunan ayahnya dalam kedermawan. Beliau telah mendengar ayahnya Saw bersabda, “Penderma dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari api neraka.

Allah Swt adalah Maha Dermawan dan mencintai para dermawan. Beliau menyadari bahwa pengorbanan adalah  satu di antara syiar al-Musthafa saw. Sebagian istri-istri Rasulullah Saw menuturkan, “Beliau kelaparan selama tiga hari berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.” Beliau juga bersabda, “Jika kami menghendaki niscaya kami tidak kelaparan namun kami mengutamakan orang lain dari diri kami sendiri.

Baca: Aktivitas Sosial Sayidah Fatimah

Sebaik-baik orang yang mengutamakan orang lain atas  dirinya adalah Fathimah Zahra a.s, beliau senantiasa mengikuti jejak ayahnya dalam kedermawanan. Pengorbanannya sangat terkenal sampai-sampai baju pengantinnya sendiri disedekahkan pada malam pengantinnya.

*Dikutip dari buku Teladan Abadi Biografi Sayyidah Fathimah – Penerbit Al-Huda

No comments

LEAVE A COMMENT