Assalamualaikum adik-adik sholeh dan sholehah yang dirahmati Allah swt…
Masya Allah, adik-adik hari ini rapi sekali, pakaiannya baru, wangi dan wajahnya berseri-seri, sapaku kepada adik-adik.
Benar Kak, nanti kita akan pergi untuk merayakan hari raya terbesar dalam Islam, hari raya Ghadir Khum itu loh…yuk Kakak ikut bersama kita, kita rayakan hari bahagia ini bersama-sama, sahut salah satu diantara mereka.
Oh ya, adik-adik masih ingat kan, pertanyaan yang belum Kakak jawab?
“Jika hari raya Ghadir Khum adalah hari raya terbesar dan hari sempurnanya agama Islam, kenapa kelompok Islam terbesar (Ahlu Sunnah) tidak merayakannya juga?”
Pada Kids Corner sebelumnya Kakak sudah menceritakan tentang kejadian Ghadir Khum, ketika Rasulullah saw mengangkat tangan Ima
m Ali as sambil bersabda:
مَنْ كُنْتُ مَوْلاهُ، فَهذا عَلِىٌّ مَوْلاهُ
“Man kuntu maulahu fa hadza ‘Aliyyun maulahu”.
“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka ia pun harus menjadikan Ali sebagai pemimpinnya.”
Para ulama berbeda pen
dapat dalam mengartikan dan memaknai kalimat “maula”, ulama Ahlus Sunnah meyakini bahwa makna “maula” yaitu teman, sahabat atau kekasih. Sedangkan ulama Syiah dengan beberapa argumentasi di bawah ini meyakini bahwa “maula” bermakna pemimpin:
- Adik-adik masih ingatkan? Rasulullah saw menyampaikan hadis “Man Kuntu Maulahu…” di hadapan ribuan sahabat, tua-muda, laki-perempuan di bawah terik panas matahari yang menyengat, dan di gurun pasir yang tandus selepas manasik haji. Beliau saw memerintahkan jamaah haji yang telah meninggalkan kafilah untuk kembali bergabung bersama beliau, dan mereka yang tertinggal di belakang, supaya segera mempercepat langkahnya untuk menyusul beliau.
Hal itu dilakukan hanya untuk mengatakan bahwa “Siapa yang menjadikan Nabi saw sebagai sahabatnya (kekasihnya) maka dia pun harus menjadikan Ali sebagai sahabatnya (kekasihnya)”?!
Bukankah mereka telah mengetahui bahwa Ali adalah ahlul bait Rasul saw yang harus dicintai dan disayangi? Lalu mengapa Rasul saw hingga perlu bersusah payah mengumpulkan mereka dalam kondisi tersebut hanya untuk menyampaikan masalah ini menjelang akhir hayat beliau?!
- Ayat “alyauma akmaltu…” (Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmatku dan Aku ridhai bagi kalian, Islam sebagai agama) turun setelah peristiwa Ghadir Khum. Apakah agama menjadi sempurna ketika Nabi saw menjadikan Ali sebagai sahabat dan penolongnya?
- Turunnya ayat “iblagh” dalam surat Al-Maidah 67, “Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan agama-Nya.”
Kira-kira hal apa yang secara resmi belum disampaikan Nabi saw, sehingga beliau diancam oleh Allah swt bila tidak menyampaikannya maka seluruh jerih payah dakwah selama 23 tahun akan menjadi sia-sia?! Bukankah perintah shalat, zakat, puasa, haji, jihad dan lain-lain sudah dengan gamblang dijelaskan oleh Baginda Rasul saw?
Apakah Nabi saw diancam oleh Allah swt bila tidak mengatakan kepada umat bahwa mereka harus menjadikan Ali sebagai sahabat dan mencintainya maka agama tidak sempurna dan dakwah beliau sia-sia?
- Sejarah menceritakan bahwa para sahabat termasuk Abu Bakar, Umar, Usman, Thalhah dan Zubair mengucapkan selamat kepada Imam Ali atas terpilihnya beliau sebagai pemimpin umat Islam pasca Nabi saw. Ucapan selamat dikatakan kepada seseorang bila ia mendapatkan maqam yang tinggi, bukan hanya karena ia dikenal sebagai sahabat atau teman.
Dengan beberapa alasan inilah, ulama Syiah meyakini bahwa kejadian Ghadir Khum bukan kejadian biasa, melainkan puncak kesempurnaan Islam dengan terpilihnya Imam Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin pasca wafat Rasulullah saw. Oleh karena itu, mereka merayakannya sebagai hari raya terbesar dalam Islam, berbeda dengan ulama Ahlus Sunnah yang menganggap hal ini biasa dan tidak perlu dirayakan.
Nah adik-adik sampai disini sudah faham kan penjelasan kakak?
Oh ya adik-adik, sebelum Rasul
ullah saw mengangkat Imam Ali sebagai penggantinya, beliau menyampaikan pidato panjang di Ghadir Khum, dimana di antaranya beliau menjelaskan posisi diri beliau sendiri dan ahlul baitnya, khususnya Imam Ali as. Dan di akhir orasinya, Nabi saw mendoakan Imam Ali secara khusus:
Ini adalah kalimat terbaik, terindah dan memiliki makna paling dalam yang diucapkan Nabi saat itu. Rasul saw menjadikan Ali sebagai mizan (timbangan) kebenaran. Dengan kata lain, untuk mengetahui sesuatu itu benar maka harus kita ukur dengan Ali, karena Ali adalah manifestasi kebenaran itu sendiri.
Alhamdulillah, Kakak kira sudah cukup jelas kan? Sebelum terlambat, yuk kita berangkat merayakan hari raya terbesar ini.
Sampai jumpa di Kids Corner berikutnya…
Wassalamu’alaikum…
Syamsir Nadamuddin | 17 July 2022
|
Assalamu Alaikum Wr Wb
Sulton | 4 September 2022
|
wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh