Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Ibnu Hibban: “Semoga Allah Wafatkan Kita dalam Kecintaan kepada Al-Mustafa dan Ahlul Baitnya.”

Ulama bergelar Syekh Khurasan ini adalah Abu Hatim Muhammad bin Hibban bin Ahmad At-Tamimi Al-Busti (270 – 354 H). Mengingat Ibnu Hibban tinggal dalam jangka waktu lama di Khurasan, dia senang menghabiskan waktunya menziarahi Imam Ali bin Musa Ar-Ridha a.s.

Ibnu Hibban sendiri yang mengisahkan perburuan spiritualnya di peristirahatan Imam Ali bin Musa Ar-Ridha dalam salah satu karyanya berjudul Al-Tsiqat. Kitab ini berisi tentang biografi singkat para perawi hadis yang terpercaya, dia mencatat ribuan nama-nama periwayat hadis lintas zaman yang salah satu entrinya adalah nama Imam Ahlul Bait, Ali bin Musa Ar-Ridha a.s.

Ibnu Hibban berkata, “Ali bin Musa Ar-Ridha, dialah Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang bergelar Abul Hasan. Dia salah satu Ahlul Bait dan yang terpandai, keturunan Bani Hasyim yang terkemuka…. Ali bin Musa Ar-Ridha wafat di Thus, akibat minuman yang dituangkan Al-Makmun, dan wafat setelah itu di pengujung hari Sabtu tahun 203 H. Pusaranya di Sanabaz Nuqan (sekarang disebut Masyhad – red) yang terkenal dan banyak diziarahi. Letaknya di sisi pusara Al-Rasyid. ”

Ibnu Hibban menyatakan terus terang, “Sungguh aku seringkali menziarahinya, terutama di saat kesulitan menimpaku ketika tinggal di Thus. Aku menziarahi Ali bin Musa Ar-Ridha shalawat atas datuknya dan atasnya. Aku memohon kepada Allah agar mencerabut kesusahan tersebut dariku. Kontan saja dikabulkan permohonanku dan segera lenyap kesusahanku. Hal ini merupakan sesuatu yang aku alami berulang kali.”

Ibnu Hibban kemudian menutup pernyataannya dengan sebuah doa, “Semoga Allah mewafatkan kita dalam kecintaan kepada Al-Mustafa dan Ahlul Baitnya shalawat Allah atasnya dan mereka semua.”

Untuk pengecekan lebih lanjut, silakan merujuk Kitab Al-Tsiqat, jilid 8, h. 456-7, cet. 1, Heidarabad, India, Dairah Al-Ma’arif Al-Utsmaniyah, 1973.

Ibnu Hibban tidak hanya pandai dalam urusan pencatatan hadis dan ilmu biografi perawi, sehingga menghasilkan buah karya Shahih Ibnu Hibban dan Al-Tsiqat ini, namun juga pandai dalam beberapa bidang lain. Di antara ilmu yang digelutinya adalah sejarah, geografi, astronomi, kedokteran, teologi dan filsafat.

Meskipun lahir di sebuah dusun kecil bernama Bust, Sijistan, wilayah Afganistan kini, Ibnu Hibban adalah keturunan Bani Tamim sehingga memiliki kecenderungan pada bidang bahasa Arab. Beliau juga seorang pengembara terkenal dan pernah menjadi hakim di Samarkand.

Al-Manawi berkata, “Ibnu Hibban telah berjasa besar dalam merumuskan ilmu hadis yang tak sanggup dirumuskan oleh imam-imam lain.” Menurut Al-Hakim, “Dia adalah salah seorang bendaharawan ilmu di bidang fikih, bahasa dan dakwah.”

No comments

LEAVE A COMMENT