Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Imam Ali a.s. Seorang Perkasa yang Penuh Welas Asih

Zakhair Al-Uqba, seorang penulis populer menceritakan segala sifat-sifat Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dalam karyanya. Ia menuliskan ciri-ciri fisik Imam Ali dan keberaniannya di medan pertempuran, serta sikapnya yang penuh welas asih. Dari ciri fisiknya Imam Ali memiliki tinggi badan sedang-sedang saja tidak terlalu tinggi atau pendek. Warna kulitnya seperti warna gandum, janggutnya panjang dan putih. Kedua bola matanya hitam dan besar. Wajahnya cerah ceria. Lehernya panjang bak piala yang terbuat dari perak. Bahunya lebar dan besar. Tulang sendi tangannya keras bagaikan singa yang meraung. Kedua tangan dan pergelangannya benar-benar saling menguatkan dan sulit dibedakan. Tangan dan jari-jarinya kuat, agak sintal. Kedua betisnya kekar dan montok dan bagian bawahnya kecil, demikian pula dengan lengannya yang padat dan berisi.

Cara berjalannya tenang, seperti halnya Nabi Saw. Namun ketika berperang, dia berjalan dengan cepat tanpa banyak menoleh. Badannya mempunyai kekuatan yang amat sulit dibayangkan. Dia selalu membanting lawannya dengan mudah, seolah-olah mengangkat dan melemparkan anak kecil. Ketika ia memegang musuhnya, maka musuhnya tak akan bisa bernapas. Ia tak pernah bertempur dengan pasif (tidak menyerang) walaupun orang itu sangat kuat dan gagah perkasa. Terkadang ia menarik pintu gerbang besar yang tidak dapat dibuka dan ditutup orang lain, lalu menggunakannya sebagai perisai.

Baca: Pemikiran Imam Ali a.s. Mengenai Hak Asasi Manusia

Pada kesempatan lain ia mampu melemparkan batu yang tidak dapat digoyangkan barang sedikit pun meskipun oleh beberapa orang. Pada kesempatan lain, ia berteriak di medan pertempuran dengan teriakan yang amat nyaring sehingga orang-orang berani pun menjadi luluh, meskipun jumlah mereka banyak. Dia mempunyai kekuatan yang begitu besar untuk menghadapi kesulitan sehingga ia tidak pernah takut terkena panas atau dingin. Dia biasa mengenakan pakaian musim panas ketika musim dingin dan mengenakan pakaian musim dingin ketika musim panas.

Namun, di satu sisi di tengah segala keperkasaannya, Imam Ali sangat penyayang kepada anak-anak, terlebih lagi pada anak yatim. Jika beliau melihat seorang anak yatim menangis, beliau segera menghentikan apa pun yang sedang beliau kerjakan. Beliau akan membungkukkan badannya dan memberikan salam kepadanya. Menghapus air mata si yatim, dan meletakkan tangan di atas pundaknya sambil berkata lembut: “Anakku, mengapa kamu menangis? Apakah ada orang yang menyakitimu? Mari ikut ke rumahku.”

Imam Ali akan membawa anak yatim itu ke rumahnya dan merawatnya dengan lebih baik ketimbang ayah mana pun. Beliau akan memberikan anak itu manisan, kue, dan madu. Bahkan Imam Ali sendiri yang menyuapi si anak yatim itu. Imam Ali selalu menasihati pengikutnya untuk mencintai dan menyayangi anak yatim piatu, khususnya anak yatim yang ayahnya mati syahid karena perang di jalan Allah. Beliau biasa menasihati: “Mereka kehilangan kasih sayang ayah mereka. Oleh karena itu gembirakanlah mereka dan asuhlah mereka layaknya seorang ayah. Ayah mereka mati syahid berjihad demi membela Islam dan mereka, anak-anak yatim, mempunyai hak atas kalian. Buatlah jiwa mereka (orang-orang tua mereka yang syahid) menjadi senang kepada kalian dengan menghibur anak-anak mereka dan mengasuh mereka.”

Imam Ali selalu penuh perhatian kepada anak-anak yatim, selalu mengunjungi mereka, duduk, bercanda dan bermain dengan mereka. Beliau sangat memperhatikan pendidikan mereka. Beliau selalu berusaha membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan mereka dan memberi petunjuk dan saran kepada mereka. Beliau sering memberi mereka hadiah, dan jika mereka adalah anak yatim yang miskin, dengan takzim beliau menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka.

Baca: Keteraniayaan yang Dialami Imam Ali a.s.

Sedemikian besar perhatian dan kasih sayang Imam Ali kepada anak yatim sehingga beliau sangat menekankan hal ini dalam ajaran-ajarannya sampai-sampai salah seorang sahabat beliau mengatakan, “Betapa inginnya aku menjadi seorang anak yatim saat itu agar aku bisa memperoleh kasih sayang dan cinta langsung dari Imam Ali.”

*Disarikan dari buku Gold Profil of Imam Ali – Syed Askari Jafari


No comments

LEAVE A COMMENT