Al-Qur’an menjelaskan bahwa hawa nafsu selalu menyuruh kepada keburukan, dan kerendahan moral merupakan hijab yang menjauhkan manusia dari Tuhan-Nya. Pertanyaannya, bagaimana cara mengalahkan hawa nafsu dan meningkatkan moralitas yang lebih baik? Dan bagaimana kita dapat mempertahankan diri agar tetap berada di atas jalan yang benar?
Kita harus memulai jihad an-nafs (perang melawan hawa nafsu) dengan niat yang tulus dan ikhlas. Hanya dengan niat yang tulus, kita dapat memperbaiki diri. Semua tabiat atau sifat dapat diperbaiki dengan sedikit kerja keras pada langkah awalnya. Setelah dimulai, langkah berikutnya tidak begitu sulit. Hal terpenting adalah membangun niat atau tekad untuk membersihkan dan memperbaiki diri.
Azam atau tekad untuk bangkit dari tidur yang melelahkan dan terminal pertama untuk menjadi manusia sejati adalah kesadaran. Bangkit dari tidur yang melelahkan dan senantiasa mawas-diri agar tidak terperangkap oleh cinta dunia yang memabukkan dan terbelenggu oleh alam jasmani. Penting juga untuk memahamkan kepada hati yang lemah bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, dan manusia hanyalah seorang musafir.
Setiap musafir memerlukan bekal, dan bekal seorang musafir adalah watak-watak mulianya. Kemauan baja yang tidak kenal menyerah merupakan kendaraan untuk menempuh perjalanan yang berbahaya dan jauh; jalan-jalan yang gelap dan sempit. Dalam perjalanan itu, terdapat jembatan yang harus kita lintasi yang lebih halus dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang.
Iman dan moral yang terpuji merupakan pelita yang akan menerangi jalan-jalan yang gelap. Jika kita malas dan tidak bersemangat, kita tidak akan dapat melintasi jalan-jalan sulit tersebut dan dapat dipastikan jatuh ke neraka serta terjerumus ke jurang kebinasaan. Siapa pun di dunia ini yang tidak dapat melalui jalan tersebut, tidak akan dapat melintasi shirat (jembatan di akhirat kelak).
Jangan mengira bahwa tabiat atau sifat rendah tidak dapat diobati. Itu adalah anggapan yang salah dari bisikan hawa nafsu dan setan yang ingin menghalangi Anda menapaki jalan spiritual dan penyucian diri. Selagi manusia berada di alam dunia yang identik dengan perubahan ini, pintu untuk mengubah tabiat dan sifat masih terbuka lebar. Walaupun tabiat buruk tersebut sudah sangat kokoh, tetapi masih dapat disingkirkan. Jumlah kerja keras untuk menghilangkan dan mengubah sifat buruk itu bergantung pada tingkat keburukan sifat atau tabiat itu sendiri.
Manusia hendaknya memperhatikan setiap gerak dan tingkahnya dengan cermat, serta benar-benar mawas diri terhadap perbuatannya. Janganlah patuhi angan-angan dan impian yang tidak jelas, dan segera lakukan jihad an-nafs untuk memperbaiki perbuatan dan ucapan, baik lahir maupun batin, serta singkirkan sifat munafik. Seiring dengan itu, manusia perlu memohon taufik dari Allah Swt agar dimenangkan dalam melawan hawa nafsu dan setan yang selalu memerintahkan keburukan. Berdoa agar Allah Swt menyertai upaya kita dalam menyucikan dan membersihkan hati. Anugerah dan rahmat Tuhan kepada hambanya tidak terbatas.
“Ya Allah, bangkitkan kami dari tidur panjang yang melelahkan. Lindungilah kami dari kelalaian dan ketidakberdayaan. Bersihkan hati kami dengan cahaya iman dan belas kasih. Kuatkan kami dalam memerangi setan dan hawa nafsu. Bimbinglah kami, dan selamatkan kami dari jeratan setan dan hawa nafsu. Bihaqqi auliya’ika, Muhammad wa alihiththahirin, wa salawatullahi ‘alaihim ajma’in.”
Wahai saudaraku! Berjalanlah kalian di atas jalan Allah Swt dan jalan Islam, itulah jalan kemanusiaan yang lurus (shiratal-mustaqim). Jalan yang selalu Anda baca dalam surah Al-Fatihah dalam salat, “Ihdinas-siratal mustaqim, siratal ladzina ‘alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladh-dhaalliin.” Definisi jalan lurus adalah jalan Islam itu sendiri, yang merupakan jalan kemanusiaan dan jalan kesempurnaan menuju Tuhan.
Di dunia ini hanya terdapat tiga jalan: pertama adalah jalan yang lurus, kedua adalah jalan timur (yang dimurkai oleh Allah), dan jalan barat (yang menyesatkan). Jalan lurus akan berakhir kepada Allah. Apabila di dunia ini Anda berjalan di jalan lurus, maka otomatis Anda akan selamat dan dijauhkan dari jalan yang membawa Anda ke neraka. Batin dunia ini adalah neraka itu sendiri. Jika Anda berjalan lurus di jalan ini dan tidak tergelincir ke kanan dan ke kiri, maka Anda akan berjalan di dunia ini dengan lurus dan tidak condong ke kiri atau kanan. Sebaliknya, bila Anda condong ke kiri, maka Anda berarti menuju ke neraka, sama halnya bila Anda condong ke kanan, Anda juga menuju neraka, karena jalan Allah adalah jalan yang lurus. Semoga Allah membimbing kita kepada jalan yang lurus, menyelamatkan kita sehingga tidak tergelincir ke kanan atau ke kiri.
Bila manusia sudah sesat baik dari segi perbuatan atau segi spiritual dan intelektual, maka ketika ia kembali ke jalan yang lurus, artinya ia mewujudkan keadilan dalam dirinya. Ketika manusia kembali ke jalan yang lurus dan seimbang, jalan dari penyelewengan moral, maka itulah perwujudan keadilan. Apabila terdapat penyelewengan dalam akidah, maka perbuatan meluruskan akidah yang menyeleweng tersebut kepada akidah yang benar dan jalan yang lurus sama dengan menciptakan keadilan pada akal manusia.
Apakah belum tiba saatnya untuk kita berupaya memperbaiki diri dan mengobati penyakit-penyakit hati? Modal berharga yang dimiliki manusia tiada lain adalah umur. Namun, sering kali modal berharga ini kita habiskan untuk membeli neraka bagi diri kita sendiri. Bahkan, di saat usia telah menginjak senja, banyak di antara kita yang belum berupaya memperbaiki diri, sehingga sia-sialah modal berharga tersebut. Dikhawatirkan kita meninggalkan dunia ini dengan kerugian yang besar, serta dalam kesesatan yang luar biasa. Adakah kerugian yang lebih besar daripada menghabiskan usia guna menggali lubang kebinasaan yang abadi dan kehancuran bagi diri kita sendiri sementara kita mabuk tidak sadarkan diri.
*Disadur dari buku Cahaya Sufi – Imam Khomeini