Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Imam Khomeini: Para Penyeleweng Agama yang Mengenakan Pakaian Ulama

Sebagian besar yang mempertontonkan sikap kesalehan sekaligus menjadi sumber kesesatan bagi yang lain adalah para ulama. Sebagian mereka menghabiskan waktu untuk belajar di seminari-seminari ilmiah, bahkan ada salah satu pemimpin sekte yang sesat ini pernah belajar di seminari-seminari ilmiah tapi dengan cara belajar yang sama sekali tidak mempertimbangkan akhlak Islam.

Jadi, mereka sedang tidak menapaki jalan yang lurus, shirathul mustaqim. Jika mereka tidak bisa membebaskan diri dari kotoran-kotoran dosa maka mereka akan mendapatkan akibat yang sangat menyengsarakan.

Siapa saja yang tidak bisa menghindar dari kubangan kotoran-kotoran maksiat yang ditekuninya sekalipun memakan waktu yang lama tidak akan memberikan keberkahan padanya. Sebab jika tanahnya tidak bersih maka yang tumbuh juga yang jelek-jelek. Setiap kali ilmunya bertambah maka hatinya akan terus mengandung kotoran dan kebusukan. Sebab, tirai kegelapan di hatinya semakin tebal. Ilmu yang ada di dalam dirinya menjadi hijab yang paling pekat (ilmu adalah hijab yang paling akbar). Karena itu, kejahatan seorang alim yang rusak lebih berbahaya dari kejahatan setiap penjahat, dan bahkan lebih dari itu.

Memang benar, bahwa ilmu itu cahaya tapi itu untuk wadah yang bersih, untuk hati yang suci sementara wadah yang kotor, hati yang kelam tidak bisa membuat ilmu itu menjadi cahaya. Ilmu yang dicari oleh orang-orang yang gandrung dengan karir hanya akan menjauhkan dari Allah Swt.

Baca: Akibat jauh dari Ulama dan orang saleh

Ilmu tauhid yang juga jika tidak dipelajari karena Allah dan bukan digunakan di jalan-Nya maka ilmu itu akan bertransformasi menjadi hijab kegelapan. Begitu juga jika seseorang menghafal Alquran dengan empat belas qiraat namun dengan tujuan bukan untuk Allah Swt maka dia tidak mendapatkan apa-apa dari hafalannya sehingga dijauhkan dari Allah Swt.

Jika kalian belajar dengan keras dan merasa letih, maka kalian bisa mencapai posisi seorang alim. Namun kalian juga wajib menghiasi diri kalian dengan akhlak yang mulia sebab ada jarak yang merentang jauh antara alim yang sekedar tahu dan orang alim yang menyucikan dirinya.

Guru spiritual kami berkata adalah mudah menjadi seorang alim tapi sangatlah sulit untuk menjadi seorang manusia. Menyempurnakan diri dengan akhlak yang mulia adalah kewajiban yang sangat berat seklai dan sekaligus juga harus menjadi impian kalian yang paling utama.

Waspadailah jika Anda sekalian menyangka telah menunaikan kewajiban terpenting yaitu mempelajari ilmu-ilmu syariat dan fikih secara khusus yang merupakan ratunya ilmu. Dan kalian merasa telah menunaikan kewajiban besar dengan studi tersebut. Padahal tidaklah demikian jika jiwa kalian tidak mematutkan diri dengan keikhlasan, maka ilmu-ilmu kalian itu sama sekali tidak bermanfaat.

Jika tujuan mencari ilmu bukan untuk Allah dan untuk kepuasan ego (hawa nafsu), memperoleh posisi, dan status sosial di mata manusia, maka kalian akan mendapatkan bencana. Istilah-istilah yang dikunyah oleh nalar kalian jika tidak dibersihkan dengan ketakwaaan akan menjadi beban bagi umat Islam di dunia dan di akhirat. Pengetahuan istilah-istilah ini tidak ada efeknya. Ilmu-ilmu tauhid yang diperdalam tanpa aktivitas penyucian jiwa juga justru akan menjadi bencana bagi pencarinya.

Tidak sedikit yang giat belajar untuk menguasai ilmu tauhid tapi pada saat yang sama mereka juga menjadi benih bagi kesesatan yang lain. Boleh jadi mereka lebih baik dari kalian dalam ketelatenan dan kesabaran menguasai materimateri seperti ini. Namun lantaran tidak berusaha memurnikan jiwa dari empedu dosa, maka kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat menjadi sumber bencana bagi yang lain.

Baca: Antara Ulama dan Raja, Penguasa dan Hamba Saleh

Istilah-istilah ilmu yang kering jika ditanam di dalam pikiran yang kosong dari ketawadhuan tahzibun-nafs, akan melahirkan ketakaburan dan menjadi manusia pelamun. Seorang ulama sombong tidak akan berhasil menuntun umatnya ke jalan yang benar. Dia malah telah menistakan wajah Islam dan kaum Muslim dengan kepribadian seperti itu. Jadi, tahun-tahun yang panjang untuk menuntut ilmu akan menjadi batu sandungan bagi pencapaian kegemilangan umat Islam. Yang lebih mengerikan lagi adalah keberadaan seorang santri di semininari-seminari ilmiah itu, studi-studi mereka, dan juga termasuk pembahasan-pembahasan, akan menjadi penutup bagi pengetahuan orang lain perihal hakikat Islam yang termaktub dalam Alquran, ilmu-ilmu tentang Islam, dan juga kehidupan para ulamanya.

*Dikutip dari buku Imam Khomeini, Manajemen Nafsu


No comments

LEAVE A COMMENT