Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

I’tisham dan Farar, Apa Itu?

Dalam beberapa ayat suci al-Quran al-Karim terdapat kata “i’tisham” yang lazim diartikan “berpegang teguh”, dan kata “farar” yang berarti “bergegas/lari.” Dalam artikel ini mari kita coba memahami makna dua ungkapan ini dalam hubungannya dengan tazkiyah nafs (penyucian diri). Sebelumnya, mari kita simak beberapa firman Allah SWT sebagai berikut;

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاط مُّسْتَقِيم * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ * وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَة مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.

“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan RasulNya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”[1]

إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلّهِ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ.

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh kepada Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman.”[2]

وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ.

“Dan berpeganglah kamu kepada Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.”[3]

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَة مِّنْهُ وَفَضْل وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً.

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepadaNya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.”[4]

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ.

“Maka bergegaslah kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.”[5]

Arti I’tisham

Sebagian kalangan menafsirkan “is’tisham kepada tali Allah” sebagai keberlindungan dengan ketaatan kepada Allah, dan inilah yang berlaku pada kebanyakan orang. Sedangkan “i’tisham kepada Allah” ialah keterhubungan dengan Allah sehingga terputus hubungan dengan segala yang ilusif dan semu. Jika keterhubungan ini berarti keberpalingan dari selainNya dan keberpegangan teguh kepadaNya semata maka ini merupakan keberpegang teguhan yang spesial (i’tisham al-khashshah), sedangkan jika berarti ketercapaian pada tingkat “syuhud al-Haq” maka disebut keberpegang teguhan yang lebih spesial (i’tisham khashshar al-khashshah).[6]

Baca: “Makna Al-Ghadir dalam Penjelasan Imam Khamenei

Namun demikian, pada prinsipnya, i’tisham berati masuknya hamba ke dalam naungan dan benteng perlindungan Allah, namun dengan gradasi atau tingkatan-tingkatan yang variatif sesuai jenjang dan kualitas makrifat masing-masing hamba.

Dalam al-Quran, ungkapan “i’tisham bi hablillah” (keperpegangan teguh kepada tali Allah) hanya disebutkan di satu ayat, sedangkan di ayat-ayat lain ungkapan yang dipakai adalah “i’tisham billah” (keberpegangan teguh kepada Allah). Perbedaan antara keduanya tampaknya terletak pada konteks. “I’tisham billah” menjelaskan bahwa benteng satu-satunya yang melindungi hamba dari semua bahaya hanyalah Allah SWT semata. Karena itu, manusia harus berlindungan kepadaNya semata dengan bertauhid atau bersaksi secara tulus atas kemaha esaanNya dengan segala konsekuensinya.

Sedangkan “i’tisham bi hablillah” adalah ungkapan yang konteksnya adalah penyatuan barisan umat dan seruan agar mereka tidak berpecah belah sehingga kata “tali” menjadi ungkapan yang relevan karena dengan talilah sesuatu yang berserakan dapat dipersatukan. Karena itu, ungkapan “i’tisham bi hablillah” berarti bersatulah dengan berpegang kepada tali Allah dan janganlah bercerai berai.

Arti Farar

Sedangkan “farar” (segera kembali/lari) artinya juga tidak jauh dari “i’tisham billah”. Hanya saja, i’tisham terfokus pada aspek yang positif, yaitu keberlindungan kepada Allah, sedangkan “farar” terfokus pada aspek negatif di mana hamba bergegas kembali kepada Allah dan berlari menjauh dari segala yang mengancam keselamatan dirinya.

Baca: “Makna Alhamdulillah Lebih dari Sekedar Pujian bagi-Nya

Alhasil, keberlindungan dan lari kepada Allah merupakan satu keharusan dalam tazkiyah nafs, karena tak ada dan upaya melainkan dengan daya dan kekuasaan Allah SWT;

وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَد أَبَداً ..

Sekiranya tidaklah karena kurunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya.[7]

Referensi:

[1] QS. Ali Imran [3]: 101 – 103.

[2] QS. Al-Nisa’ [4]: 146.

[3] QS. Al-Hajj [22]: 78.

[4] QS. Al-Nisa’ [4]:  175.

[5] QS. Al-Dzariyat [51]: 50.

[6] Manazil al-Sa’irin, Bab al-I’tisham, Bab ke-17 al-Bidayat.

[7] QS. Al-Nur [24]: 21.

Baca: “Makna Syiah (1)

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT