Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Karakteristik Orang Beriman dalam Al-Qur’an, Tanpa Keraguan dan Siap Berkorban

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. al-Hujurat: 15)

Iman yang kuat merupakan karakteristik utama dari orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Ayat di atas menegaskan bahwa orang yang benar adalah orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak ragu-ragu, dan siap berkorban dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang bagaimana iman yang kuat dan keyakinan atas sesuatu akan menghasilkan kecintaan yang kuat dan kasih sayang dalam diri seseorang.

Iman yang kuat memiliki pengaruh besar pada cara seseorang berpikir dan bertindak. Jika seseorang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap suatu tujuan, maka dia akan menggunakan segala energinya dan mengorbankan apa pun untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, kesadaran seseorang membuatnya bertindak di luar keinginannya karena kekuatan dan dorongan yang tersulut oleh emosi ada dalam kesadaran internal umat manusia dan gelombang rangsangan yang tersulut oleh rasa cinta dan kasih sayang dalam hidup seseorang takkan dapat dijelaskan melalui bukti dan argumen yang logis.

Baca: Iman, Landasan Kesempurnaan Spiritual

Dalam beberapa kasus, perasaan dan naluri dalam diri dapat menggerakkan seseorang untuk mengambil tindakan yang tak terkendali dan tak terarah dengan cara yang baik. Namun, jika emosi dan perasaan ini terkendali dengan baik, maka orang akan mampu mengontrol tindakan mereka dan mencapai tujuan mereka dengan cara yang baik.

Contoh nyata dari kekuatan iman yang kuat dapat dilihat pada kisah Sa’d Rabi, salah satu sahabat Rasulullah Saw yang rela mengorbankan dirinya demi menjaga Rasulullah Saw. Sa’d Rabi gugur di medan perang Uhud dengan dua belas luka yang membuatnya kepayahan, tetapi dia masih rela mengorbankan dirinya bagi Rasulullah Saw.

Dalam kesimpulannya, iman yang kuat adalah kunci utama dalam mencapai tujuan seseorang. Iman ini akan menghasilkan kecintaan dan kasih sayang yang kuat dalam diri seseorang, dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan yang baik dalam mencapai tujuan mereka. Namun, jika iman dan keyakinan ini tidak terkendali, maka seseorang dapat melanggar banyak batas dan mengorbankan apa pun untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk memiliki kendali yang baik atas emosi dan perasaannya, sehingga dapat mencapai tujuan mereka dengan cara yang baik dan benar.

Setiap orang tercipta dengan kecenderungan emosional spesifik. Karunia spiritual ini terdapat dalam diri setiap orang meskipun terdapat variasi berbeda-beda di antara mereka. Di antara tingkatan variatif itu, perempuan ada di titik puncak dalam kecenderungan tersebut dan dalam hati mereka terdapat cinta dan kasih sayang.  Suatu saat, seorang perempuan muslim dari Madinah mendapat kabar bahwa tiga orang yang dia cintai terbunuh dalam perang Uhud. Perempuan ini menunggangi seekor unta dan meneruskan perjalanannya menuju lokasi perang untuk mengambil jenazah orang-orang yang meninggalkannya agar dapat dikuburkan di tempat asal mereka. Dalam perjalanan pulang ke Madinah, dia memasuki kota sambil membawa tiga jenazah itu di atas unta.

Baru setengah jalan ke kota Madinah, dia bertemu dengan salah seorang istri Rasulullah Saw. Istri Rasul menanyakan keadaan Rasulullah Saw. Perempuan sebatang kara itu-dengan wajah tenang tanpa menyiratkan kesulitan sedikit pun, seraya memegang tali kekang unta yang bersimbah darah para martir berkata kepada istri Rasulullah Saw: “Aku punya berita baik untukmu. Rasulullah masih hidup dan selamat karena karunia yang besar. Semua peristiwa kecil dan pengorbanan lainnya menjadi tidak signifikan dan sepele!”

Istri Rasul kemudian bertanya, “Jenazah siapakah itu?” Perempuan itu menjawab, “Yang pertama suamiku, yang kedua anakku dan yang ketiga kakak laki-lakiku. Kubawa mereka semua ke Madinah agar dapat dikuburkan di sana!” (Maghazi, 1/265)

Faktor apa yang menyebabkan pengorbanan diri dan ketidak-egoisan semacam ini muncul beserta tujuan yang mengalir dalam diri perempuan ini? Bagaimana mungkin keyakinan dan kuatnya kasih sayang terhadap wajah tauhid yang hadir dalam hati seseorang dengan kecenderungan rasa keibuan yang tinggi dapat sedemikian rupa terkendali?

Salah satu alasan utama atau faktor kemenangan dalam perang adalah keunggulan militer atau setidaknya kekuatan berimbang dengan lawan. Dengan demikian semua pihak yang terlibat dalam konflik akan senantiasa berusaha sebaik mungkin memastikan jumlah pasukan dan pasokan senjata mereka seimbang dengan pihak lawan, sehingga tercipta keseimbangan antar dua pasukan.

Namun berkaitan dengan perang yang diperjuangkan untuk mempertahankan kesucian suatu ideologi dan ajaran agama di mana para pasukan dikuatkan melalui iman yang mendalam, hasrat terdalam, harapan dan rangsangan spiritual saat maju berperang melawan musuh, ada suatu waktu di mana keseimbangan kekuatan militer tidak menjadi penentu kemenangan dalam perang. Sebaliknya ada sekelompok orang dalam jumlah kecil dan tidak signifikan (dari segi kekuatan) mampu menang melawan musuh yang unggul dalam kuantitas, ini karena kekuatan jiwa dan semangat yang mampu menciptakan kemenangan melawan musuh yang dipersenjatai dengan baik.

Baca: Tauhid, Akar Seluruh Keimanan

Sebagai contoh dalam Perang Badar, pasukan kaum musyrikin tiga kali lipat jumlahnya dibandingkan pasukan muslim. Sebagai tambahan seluruh pasukan kafir dipersenjatai dengan lengkap dan memiliki kuantitas cukup untuk memenangkan pertempuran. Sebelum pertempuran terjadi di antara kedua belah pihak, pemimpin Quraisy meminta orang yang paling berani di antara mereka semua untuk pergi dan menghitung jumlah pasukan Nabi Muhammad Saw. Dengan kudanya yang tangkas, dia mengitari kamp pasukan muslim dan kembali dengan laporan berikut:

“Jumlah pasukan Muhammad tidak lebih dari 300 orang dan tidak ada pasukan bantuan di belakang mereka yang dapat menyergap kita. Namun, aku juga coba mempelajari keadaan mental dan spiritualnya dan menyadari mereka menjanjikan kematian dan kehancuran dari Madinah sebagai hadiah bagian kalian semua! Kulihat sekelompok orang yang tidak memiliki apa pun kecuali pedang yang digunakan sebagai alat pelindung, kalau mereka tidak membunuh salah seorang dari kalian, mungkin mereka tak lagi sanggup untuk membunuh. Kalau mereka membunuh orang-orang sejumlah kalian, maka hidup mereka tidak lagi berharga.” (Sirah Ibnu Hisyam, 1/622; Bihar al-Anwar, 19/251)

Orang ini menyaksikan kaum musyrikin terdiam, namun goyahnya keteguhan hati mereka dapat terlihat dari wajahnya dan lidah mereka yang berbisa tetap terlipat dalam mulut-mulut mereka. Karena itu Al-Qur’an menyatakan tanda-tanda terbesar orang yang memiliki keimanan kokoh adalah kerelaan berkorban seperti yang tertera dalam Al-Qur’an. Mereka yang sungguh-sungguh beriman adalah yang memiliki keimanan kuat terhadap Allah dan Rasul-Nya, kepercayaan itu berakar kuat di hati mereka dan mereka rela menyerahkan nyawa dan harta untuk mencapai tujuan. Mereka inilah orang-orang yang sungguh-sungguh beriman.

*Disarikan dari buku karya Ayatullah Jakfar Subhani – Tadarus Akhlak, Daras Etika dalam Surat Al-Hujurat

No comments

LEAVE A COMMENT