Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Keadaan Bangsa Arab Sebelum Kedatangan Ajaran yang Dibawa Nabi Muhammad Saw

Untuk mengetahui keadaan Arabia sebelum datangnya Islam, kita dapat menggunakan sumber-sumber berikut:

  1. Kitab Perjanjian Lama (walaupun telah terdapat perubahan-perubahan di dalamnya).
  2. Tulisan para ahli Yunani dan Romawi selama Abad Pertengahan.
  3. Sejarah Islam yang ditulis oleh para ulama.
  4. Peninggalan kuno, yang diperoleh melalui penggalian para orientalis, yang mengungkapkan fakta-fakta hingga ukuran tertentu.

Walaupun ada sumber-sumber tersebut, banyak hal yang berhubungan dengan sejarah tanah Arab, belum sepenuhnya jelas; sebagiannya masih merupakan teka-teki yang tak terpecahkan. Sejak zaman dahulu kala, Jazirah Arab telah dihuni oleh banyak suku, yang sebagiannya telah punah dalam perjalanan waktu. Namun, dalam sejarah negeri ini, tiga induk suku -yang kemudian terbagi-bagi lagi menjadi berbagai suku- telah mencapai kemasyhuran lebih besar ketimbang yang lainnya.

Baca: Untuk Apa Nabi Muhammad Saw Diutus?

Suku Ba’idah, yang berarti punah. Dinamakan demikian karena suku ini telah punah dari muka bumi karena pendurhakaannya yang terus-menerus, mereka tertimpa bencana langit dan bumi. Mungkin mereka adalah suku ‘Ad dan Tsamud yang disebutkan berkali-kali dalam Alquran.

Suku Qahtani, adalah keturunan Ya’rab bin Qahtan. Mereka tinggal di Yaman dan bagian-bagian Arabia selatan. Orang Yaman sekarang, juga suku ‘Aus dan Khazraj yang merupakan dua suku besar di Madinah di masa awal Islam adalah keturunan Qahtan. Kultur dan peradaban pra-Islam Arabia, semuanya berhubungan dengan kelompok orang Arab ini, dan terbatas di Kawasan Yaman.

Suku Adnani, adalah keturunan Ismail putra Nabi Ibrahim a.s. Ismail kawin dengan perempuan suku Jarham yang telah membangun kemahnya dekat Mekah. Keturunannya banyak, seorang darinya ialah Adnan, beberapa generasi setelah Nabi Ismail. Keturunan Adnan terbagi menjadi banyak suku. Yang termasyhur di antaranya adalah suku Quraisy, di mana Baniy Hasim merupakan anak sukunya.

Moral Umum Bangsa Arab

Moral yang dimaksud di sini alalah adat istiadat masyarakat yang berlaku di kalangan orang Arab pra-Islam. Sebagian adat ini diikuti oleh semua orang Arab. Orang Arab di zaman Jahiliah, terutama keturunan Adnan, berwatak pemurah dan ramah. Jarang mereka pelanggar amanat. Pelanggaran janji dianggap dosa yang tak dapat diampuni. Mereka sangat taat kepada kepercayaannya dan sangat fasih berbicara. Ingatan mereka tajam; dengan mudah mereka menghapal syair-syair. Keberanian mereka sudah menjadi peribahasa. Dalam hal berkuda dan memanah, mereka terampil. Bagi mereka, melarikan diri dari musuh amatlah aib dan memalukan, serta masih ada lagi beberapa sifat baik mereka.

Baca: Benarkah Nabi Muhammad Saw Seorang yang Ummi?

Tetapi, berlawanan dengan ini, serangkaian kebiasaan imoral dan keji yang hingga ukuran tertentu, hingga menghapus semua kecemerlangan mereka itu. Sekiranya Islam tidak diturunkan kepada mereka, lembaran kehidupan manusiawi mereka niscaya sudah tergulung, dan mereka telah jatuh terjerumus ke dalam jurang kemusnahan. Dengan kata lain, sekiranya surya Islam yang memupuk jiwa tidak bersinar ke hati mereka pada abad keenam Masehi, kita tak akan melihat bekas jejak orang Arab saat ini; sejarah kaum Arab Ba’idah pasti sudah berulang.

Tak adanya bimbingan dan pendidikan yang patut, serta merajalelanya perbuatan asusila dan takhayul, telah membuat orang Arab menjalani kehidupan seperti hewan. Sejarah mencatat riwayat peperangan mereka selama 50 tahun dan 100 tahun, dan itu pun hanya karena sebab-sebab yang sangat kecil dan sepele.

Tidak adanya hukum dan tata tertib, serta tidak adanya pemerintahan yang berwenang yang dapat mengontrol situasi dan menangani kedurhakaan, menyebabkan orang Arab menjalani kehidupan nomaden, berpindah setiap tahun bersama hewan ternak mereka ke tempat-tempat di gurun yang terdapat air dan rumput. Di mana saja mereka menemukan air dan tumbuhan, di situ mereka mendirikan kemah. Namun, segera setelah mereka menemukan tempat lain yang lebih baik, mereka melanjutkan pengembaraannya.

Baca: Tahapan-tahapan Risalah Rasulullah Saw

Alquran mengatakan: “…dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana..” (QS. Ali Imran: 103)

Halaman-halaman Nahjul Balaghah meriwayatkan kondisi orang Arab pra-Islam, mengandung bukti hidup bahwa dari segi jalan hidup, kemunduran intelektual, dan kebusukan moral, keadaan mereka sangat menyedihkan. Dalam salah satu khotbahnya Amirul Mukminin Ali a.s. mengemukakan keadaan di Arabia pra-Islam sebagai berikut:

 “Tuhan menunjuk Muhammad untuk mengingatkan penduduk dunia dan bertindak sebagai pengemban amanat wahyu-Nya dan Kitab-Nya. Dan kamu orang Arab melewatkan waktumu dengan kepercayaan terburuk di tempat-tempat terburuk. Kamu tinggal di tempat berbatu dan di antara ular-ular tuli (yang tidak bergerak karena bunyi apa pun). Kamu minum air berlumpur dan makan makanan kasar (misalnya, kadal dan tepung dari biji kurma). Kamu saling menumpahkan darah dan berusaha memisahkan diri dari sanak keluargamu. Kamu telah menempatkan berhala di antara kamu. Kamu tidak menahan diri dari dosa.” (Nahjul Balaghah, Khotbah 26)

*Dikutip dari Kitab Ar-Risalah karya Profesor Ja’far Subhani


No comments

LEAVE A COMMENT