Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kemenangan Hizbullah dan Alhouthi: Menyongsong Kedatangan Imam Al Mahdi as (1)

Oleh: Ust. Husein Alkaff

Kaum Tertindas yang Saleh

Alquran selain menjelaskan tentang ajaran agama dan berita masa lalu, juga memberikan nubuat tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang sebelum Kiamat. Salah satu dari nubuatnya adalah nubuat tentang keadaan dunia yang akan dipimpin oleh kaum tertindas yang saleh sebelum Kiamat tiba.

Setidaknya ada dua ayat yang menubuatkan hal itu.
Pertama, ayat yang berbunyi, “Dan Kami ingin memberikan anugerah kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan Kami akan jadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin dan pewaris-pewaris” (al Qashash 5). Ayat ini lanjutan dari dua ayat sebelumnya yang menerangkan tentang Nabi Musa as dan para pengikutnya, Bani Israel, yang ditindas oleh Fir’aun. Allah SWT menyatakan bahwa Ia akan memberikan kemenangan kepada Nabi Musa as dan Bani Israel dan akan menjadikan mereka sebagai penguasa di bumi.

Kemudian keinginan Allah SWT itu terbukti. Nabi Musa dan Bani Israel selamat dari kejaran Fir’aun dan mereka mengusai tanah Kan’an atau Palestina hingga beberapa kurun. Namun pada perkembangan berikutnya, oleh karena Bani Israel tidak lagi taat dan tidak mengikuti para Nabi mereka, yang melanjutkan ajaran Nabi Musa as, mereka akhirnya terusir dari tanah Kan’an secara terhina.

Baca: Puisi: Anak-anak Palestina

Dalam beberapa riwayat dari Nabi Muhammad Saw dan para Imam Ahlulbait as disebutkan tentang maksud dari ayat ini. Mereka menjelaskan bahwa Allah SWT berjanji akan memberikan kemenangan kepada para Imam Ahlulbait dan para pengikut mereka, dan mereka akan menjadi pewaris atau penguasa di muka bumi. Sebelum janji itu terwujud, mereka akan hidup dalam keadaan tertindas dan termarjinalkan oleh kebijakan-kebijakan para penguasa dalam waktu yang lama. Janji itu akan terwujud sebelum Kiamat tiba, dan di saat Imam Al Mahdi as muncul.

Kedua, ayat yang berbunyi, ” Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh”(al Anbiya’:105).
Ayat ini bisa dikatakan melengkapi ayat yang pertama sehingga dari dua ayat itu dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang dinubuatkan akan menjadi pewaris dan pemimpin di bumi sebelum Kiamat tiba adalah orang-orang tertindas yang saleh dan benar, bukan orang-orang tertindas yang jahat dan sesat.

Hizbullah dan Alhouthi: Golongan Tertindas yang Saleh

1. Syiah di Lebanon

Menurut sebuah versi, kehadiran Syiah di Lebanon muncul sejak Abu Dzar Alghiffari, seorang sahabat Nabi Saw yang kritis dan vokal terhadap kebijakan Khalifah Utsman bin Affan dan Gubernur Muawiyah di Syam serta seorang terkenal dengan kecintaan dan kepatuhannya kepada Imam Ali bin Abi Thalib as. Beliau dikucilkan dan dibuang di sebuah kampung kecil dan terpencil bernama Rabdzah.

Saat itu, banyak yang tertarik dengan dakwah dan sikapnya yang berani, sehingga mereka mengikutinya. Mereka yang tertarik dengannya adalah bangsa Arab yang tinggal di Jabal Amil, yang sekarang masuk wilayah Lebanon.

Menurut versi lain, asal muasal masyarakat Syiah di Lebanon berasal dari Yaman. Mereka dari keturunan Bani Hamdan Alyamani. Mereka adalah para pengikut setia Imam Ali bin Abi Thalib as dan ikut serta dalam tiga peperangan bersama beliau. Kemudian setelah Muawiyah berkuasa, mereka berhijrah ke Jabal Amil Lebanon.

Baca: Lima Pertanyaan Penting Seputar Palestina

Saya kira dua versi ini benar dan tidak bertentangan. Artinya, masyarakat Syiah di Lebanon berasal dari dua asal-usul; masyarakat asli Jabal Amil dan para pendatang dari Yaman. Keduanya sejak awal bermazhab Syiah.

Sepanjang sejarahnya, masyarakat Syiah di Lebanon berada dalam pengucilan bahkan penindasan. Hal itu terjadi sejak Bani Umayyah berkuasa sampai dengan penjajahan Prancis kecuali saat Fathimiyyah berkuasa di Afrika Utara (910 – 1171).

Pada masa kekuasaan Dinasti Fathimiyyah, mereka sedikit mengalami kejayaan sehingga pada masa itu banyak ulama Syiah yang berasal dari Jabal Amil. Namun setelah Ayyubiyun mengalahkan Fathimiyyah tahun 1171, mereka kembali dalam penekanan yang sangat berat, sehingga banyak dari mereka yang bertaqiyah bahkan ada yang menjadi Kristen.

Penindasan dan tekanan sosial dan politik terhadap mereka juga terjadi pada masa Khilafah Utsmaniyyah (1517–1924) yang mengusai wilayah Jabal Amil dan seluruh wilayah Syam.

Setelah Khilafah Utsmaniyyah runtuh pada Perang Dunia Pertama, Lebanon diduduki Prancis dari tahun 1920 sampai tahun 1943. Pada masa pendudukan Prancis, kaum Muslimin (Syiah dan Sunni) mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari penjajah. Prancis berpihak kepada kaum Nasrani dan memberikan fasilitas pendidikan dan ekonomi kepada mereka.

Baca: Imam Ali Khamenei: Soal Palestina, Kalian Akan Ditanya oleh Rasulullah SAW

Pada tahun 1943, Lebanon merdeka. Kondisi kelompok Syiah yang mengalami penindasan dan tekanan berabad-abad menjadi masyarakat yang terbelakang di Lebanon, baik dari sisi ekonomi maupun pendidikan dibandingkan dengan kelompok Kristen dan kelompok Muslim Sunni. Banyak dari mereka yang buta huruf, menjadi kuli kasar dan gelandangan di kota Beirut.

Pada tahun 1959, Sayyid Musa Sadr, seorang ulama karismatik asal Iran menetap di Lebanon untuk menggantikan posisi Sayyid Syarifuddin Almusawi yang wafat pada tahun 1957 atas permintaan kelompok Syiah di Lebanon dan atas restu Ayatullah Muhsin Alhakim.

Kedatangan Sayyid Musa Sadr ke Lebanon membawa keberkahan tersendiri bagi kelompok Syiah. Di bawah kepemimpian beliau dan melalui berbagai kegiatan sosial dan pendidikan bahkan perlawanan terhadap Israel yang didirikannya, mereka lambat laun mulai membangun masa depan yang cerah, dan mengejar ketinggalan mereka dari kelompok-kelompok lainnya. Kehadiran mereka mulai diperhitungkan di Lebanon dan negara-nagera Arab.

Pada tahun 1978, saat beliau hendak berkunjung ke Libya dari Italia, pemberitaan tentang kunjungannya ke Libya hilang dari pemberitaan media, dan hingga saat ini tidak ada kepastian tentang keberadaan beliau.

Pada tahun 1982, Israel mencaplok wilayah Lebanon Selatan. Tidak lama kemudian atas inisiasi Imam Khomeini didirikanlah sebuah perkumpulan yang disebut dengan Hizbullah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkumpulan ini dari waktu ke waktu menjadi kekuatan yang paling ditakuti oleh Israel. Berbagai prestasi telah mereka capai dalam berbagai bidang; politik, ekonomi, pendidikan, dan militer.

Baca: Surat Edaran Dewan Syura AHLULBAIT INDONESIA tentang Dukungan kepada Rakyat dan Pejuang Palestina

Kini Hizbullah hadir di negerinya tidak hanya sebagai partai politik, namun ia telah menjadi benteng kuat yang melindungi negerinya dari kejahatan Israel dan Amerika.

Gerakan Hizbullah adalah gerakan sosial dan politik yang agamis. Para anggotanya adalah orang-orang yang patuh dalam agama. Tentu perlu dicatat bahwa ajaran agama yang diikuti mereka bermuara dari ajaran Ahlulbait yang humanis, toleran, religius dan pro keadilan global, yang akan diwujudkan oleh Imam Mahdi as.


No comments

LEAVE A COMMENT