Ibnu Fahd di dalam kitab at-Tahshin meriwayatkan dari kitab al Munabbi’, dari kitab Zuhd an-Nabi karya al-Faqih al-Qummi Ja’far bin Ali bin Ahmad, dengan sanad bersambung (marfu) hingga Nabi Saw. Rasulullah Saw bersabda:
“Tahukah kalian apa yang sedang aku sedihkan, apa yang sedang aku pikirkan, dan apa yang sedang aku rindukan?”
Para sahabat menjawab: “Wahai Rasulullah, kami tidak tahu sedikit pun tentang hal itu. Beritahu kami hai Rasulullah, apa yang sedang engkau sedihkan, apa yang sedang engkau pikirkan, dan apa yang sedang engkau rindukan.”
Rasulullah Saw bersabda: “Insya Allah, aku akan beritahukan.” Kemudian Rasulullah Saw menarik nafas dalam-dalam dan bersabda: “Oh, aku sangat rindu kepada saudara-saudaraku sesudah kalian.”
Abu Dzar bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah kami saudarasaudaramu?”
Baca: Sabda Rasulullah Saw tentang Para Imam Dua Belas sebagai Penerusnya
Rasulullah Saw menjawab: “Tidak, kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudaraku akan datang sesudah kalian. Keadaan mereka seperti para nabi. Mereka lari dari ayah dan ibu mereka, dari saudara-saudara mereka dan dari kaum kerabat mereka. Semua itu mereka lakukan demi mencari keridhaan Allah. Mereka meninggalkan harta karena Allah, merendahkan diri mereka dengan sikap tawadhu karena Allah, dan tidak memperturutkan syahwat dan menginginkan dunia. Mereka berkumpul di salah satu rumah Allah seolah-olah mereka orang asing. Kalian lihat mereka selalu sedih karena takut kepada neraka dan menginginkan surga.
Siapa yang tahu kedudukan mereka yang begitu tinggi di sisi Allah. Di antara mereka tidak ada hubungan kekerabatan dan harta, namun satu sama lain mereka saling memberi dengan penuh kasih melebihi kasih seorang anak kepada ayahnya, kasih seorang ayah kepada anaknya, dan kasih seorang saudara kepada saudaranya.
Oh, sungguh aku sangat rindu kepada mereka. Mereka mengosongkan diri mereka dari dunia dan kesenangannya dengan menyelamatkan diri mereka dari siksa abadi dan masuk surga semata-mata demi mencari keridhaan Allah.
Ketahuilah hai Abu Dzar, seorang dari mereka mempunyai pahala tujuh puluh orang yang ikut dalam perang Badar. Hai Abu Dar, seorang dari mereka lebih mulia bagi Allah dibandingkan seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya di muka bumi. Hai Abu Dzar, hati mereka tertuju kepada Allah dan amal mereka semata-mata untuk Allah. Jika seorang dari mereka sakit maka baginya pahala seribu tahun, di mana siang berpuasa dan malamnya bangun malam. Jika engkau mau, aku tambahkan lagi hai Abu Dar.”
Abu Dzar berkata: “Tentu hai Rasulullah, tambah lagi penjelasannya.”
Rasulullah Saw melanjutkan sabdanya: “Hai Abu Dzar, seandainya seekor kutu yang ada di bajunya mengganggunya maka baginya di sisi Allah pahala tujuh puluh ibadah haji, empat puluh ibadah umrah, empat puluh berperang di jalan Allah, dan pahala memerdekakan empat puluh orang dari keturunan Nabi Ismail, dan seorang dari mereka dapat memasukkan dua belas ribu orang ke dalam syafaatnya.”
Nabi Saw melanjutkan sambil bertanya: “Apakah kalian kaget dengan yang aku katakan. Jika kalian mau, aku tambahkan lagi.”
Abu Dzar menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah Saw.”
Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan sabdanya: “Hai Abu Dzar, seandainya seorang dari mereka memiliki satu keinginan terhadap dunia lalu dia bersabar dan tidak mencarinya maka baginya pahala orang yang berzikir kepada Allah kemudian sedih dan menarik nafas, dimana untuk setiap tarikan nafasnya Allah tuliskan baginya pahala beribu-ribu kebaikan, dihapuskan darinya beribu-ribu kesalahan, dan dia diangkat beribu-ribu derajat. Jika engkau mau, aku tambahkan lagi hai Abu Dzar.”
Abu Dzar berkata: “Duhai kekasihku, Rasul Allah, tambahkan lagi.”
Rasulullah Saw melanjutkan sabdanya: “Jika seorang dari mereka bersabar bersama sahabatnya dalam lapar dan kesedihan mereka, maka baginya pahala tujuh puluh orang yang berperang bersamaku pada perang Tabuk. Jika engkau mau, aku tambahkan lagi. Jika seorang dari mereka meletakkan keningnya ke tanah kemudian mengatakan ‘Ah’ maka para malaikat tujuh lapis langit menangis karena mengasihi mereka. Kemudian Allah Swt bertanya, ‘Hai para malaikat-Ku, kenapa kalian menangis?’ Para malaikat menjawab, ‘Duhai Tuhan kami bagaimana kami tidak menangis sementara kekasih-Mu berkata ah dalam deritanya.’ Lalu Allah berkata, ‘Hai para malaikat-Ku, saksikanlah oleh kalian sesungguhnya Aku ridha kepada hamba-Ku yang sabar dalam kesengsaraan dan tidak meminta kelapangan.’
Para malaikat berkata, ‘Wahai Tuhan kami, kesengsaraan tidak akan lagi membahayakan hamba dan kekasih-Mu setelah dia mengatakan perkataan ini.’ Kemudian Allah Swt berkata, ‘Wahai para malaikatku, kedudukan kekasih-Ku di sisi-Ku seperti kedudukan nabi-Ku. Jika kekasih-Ku berdoa kepada-Ku dan memberi syafaat kepada makhluk-Ku maka Aku terima syafaatnya untuk tujuh puluh ribu orang. Untuk hamba dan kekasih-Ku surga mana saja yang dia inginkan. Wahai para malaikatKu, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan mengasihi kekasihKu dan Aku akan menjadi lebih baik baginya dibandingkan harta bagi pedagang dan keuntungan bagi pencari keuntungan, dan kelak di akhirat tidak akan ada siksa dan ketakutan bagi kekasih-Ku.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh beruntung mereka hai Abu Dzar. Jika seorang dari mereka salat dua rakaat di tengah sahabatnya maka di sisi Allah itu lebih utama dari seorang laki-laki yang beribadah kepada Allah di gunung Lebanon selama umur Nabi Nuh. Jika engkau mau, aku tambahkan lagi hai Abu Dzar. Jika seorang dari mereka bertasbih sebanyak satu kali maka itu lebih baik baginya dari seluruh gunung yang ada di dunia menjadi emas baginya. Memandang salah seorang mereka lebih Aku cintai dari memandang ke Baitullah al-Haram. Jika seorang dari mereka mati dalam kesulitan di tengah sahabatnya maka baginya pahala ibadah haji yang diterima (maqbul) yang dilakukan di antara rukun (Yamani) dan maqam (Ibrahim) dan baginya pahala orang yang mati di tanah haram Allah. Dan siapa yang mati di tanah haram Allah maka Allah akan memberinya keamanan dari ketakutan terbesar dan memasukkannya ke dalam surga. Jika engkau mau biar aku tambahkan lagi hai Abu Dzar.”
Baca: Wasiat Rasulullah Saw untuk Berpegang Teguh kepada Tali Allah
Abu Dzar berkata: “Ya, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Saw bersabda: “Kaum yang bersalah dan dipenuhi dosa jika duduk bersama mereka maka mereka tidak bangkit berdiri dari hadapannya kecuali Allah pasti memandang kepada mereka, menyayangi mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka disebabkan kemuliaan yang dimilikinya di sisi Allah Swt.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang lalai di antara mereka lebih utama di sisi Allah dari seribu orang mujtahid selain mereka. Wahai Abu Dzar, tawa mereka ibadah, kebahagiaan mereka tasbih, tidur mereka sedekah, dan tarikan nafas mereka jihad, dan Allah melihat mereka sebanyak tiga kali dalam sehari. Hai Abu Dzar, aku rindu kepada mereka.”
Kemudian Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya lalu menangis karena menahan rindu. Setelah itu Rasulullah Saw berkata: “Ya Allah, jaga dan tolonglah mereka atas orang-orang yang menentang mereka, jangan telantarkan mereka, dan gembirakanlah aku dengan perantaraan mereka pada Hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada ketakutan pada diri mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
*Syaikh Musa Zanjani – Madinah Balaghah, Kumpulan Khotbah, Surat dan Ucapan Nabi Muhammad Saw