Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tafsir Surat an-Nasr

“Jika datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia masuk ke agama Allah berbondong-bondong, maka sucikan dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.”

Allah Swt dalam surat ini berjanji kepada Rasulullah Saw bahwa suatu waktu pertolongan Allah Swt yang besar dan kemenangan yang menyeluruh akan datang sehingga banyak manusia yang akan menerima ajaran Islam. Pertolongan Allah Swt dan kemenangan yang disebutkan dalam surat ini bukan sembarangan pertolongan dan kemenangan, karena beliau dan para sahabatnya sering mendapatkan pertolongan dan kemenangan dalam berbagai peperangan dengan kaum musyrikin dan Yahudi. Pertolongan dan kemenangan di sini disertai dengan masuknya manusia berbondong-bondong ke agama Islam.

Alamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pertolongan dan kemenangan dalam surat ini adalah pada peristiwa Fathu Mekkah (pembebasan Mekkah) yang merupakan puncak kemenangan Rasulullah Saw dalam masa hidupnya. Dalam Fathu Mekah ini, beliau menghancurkan fondasi-fondasi kemusyrikan di semenanjung (jazirah) Arab. Sejak saat itu, Islam tersebar secara signifikan dan intensif melampaui jazirah Arab. Penjelasan ini sesuai dengan janji Allah Swt dalam surat yang turun pada peristiwa Hudaibiyah,

Baca: Tafsir Surat al-Kafirun

“Sesungguhnya Kami akan membuka untuk kamu kemenangan yang nyata agar Allah dapat menutupkan untukmu dosamu yang terdahulu dan yang akan datang, juga untuk melengkapi karunia-Nya atasmu, dan memberimu petunjuk ke jalan yang lurus. Dan Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat.” (QS. al-Fath: 3)

Setelah dua tahun dari turunnya ayat ini, atau dua tahun setelah peristiwa Hudaibiyah terjadilah Fathu Mekah. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan telah datang ahli Yaman.” Para sahabat bertanya: “Ya Nabi Allah, SiapakaH ahli Yaman?” Beliau menjawab: “Hati mereka halus, watak mereka lembut, jiwa mereka pemurah dan ketakutan mereka (kepada Allah) besar. Mereka rasuk agama Allah berbondong-bondong. Keimanan di Yaman dan hikmah Yamaniyah.” (al-Qurthubi, ath-Thabari)

Kemudian Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw untuk menyucikan dan memuji-Nya serta meminta ampun kepada-Nya sebagai ungkapan syukur atas pertolongan dan kemenangan yang diberikan oleh-Nya.

Syukur kepada Allah Swt terdiri dari; 1) Tasbih, menyucikan dan melepaskan Allah Swt dari sifat-sifat negatif dan buruk, 2) Tahmid, memuji Allah Swt dengan sifat-sifat positif, 3) Istighfar, menyadari keterbatasan dan kekurangan yang ada pada diri manusia.

Perintah syukur ini untuk menghilangkan perasaan-perasaan negatif yang sering menghinggapi orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan dan keberhasilan seperti, sombong, ujub dan ghurur (lupa diri).

Para kekasih Allah Swt ketika mendapatkan keberhasilan dan kemenangan, mereka selalu mengembalikan sebab keberhasilan dan kemenangan itu kepada Allah Swt, dan bukan kepada diri mereka sendiri. Keberhasilan dan kemenangan menambah kerendahan hati mereka (tawadhu). Nabi Sulaiman a.s. yang telah mendapatkan karunia Allah Swt yang banyak dan besar berkata dalam surat an-Naml ayat 40: “Ini merupakan bagian dari karunia Tuhanku agar aku bersyukur atau kufur”. Juga Nabi Yusuf a.s. berkata dalam surat Yusuf ayat 101: “Tuhanku, Engkau telah memberikan kepadaku kekuasaan dan mengajarkanku takwil mimpi. Engkau Pencipta langit dan bumi. Engkau pemimpinku di dunia dan akhirat. Matikanlah aku sebagai muslim dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh.”

Diriwayatkan bahwa ketika surat ini turun, Rasulullah Saw membacakannya di hadapan para sahabat. Mereka senang dan gembira. Tetapi Abbas menangis setelah mendengarkannya. Lalu Rasulullah Saw berkata: “Apa yang membuatmu menangis, hai pamanku?” Dia menjawab: “Aku yakin bahwa surat ini mengucapkan duka kepadamu tentang dirimu, ya Rasulullah” Lalu Rasulullah saw bersabda: “Benar, seperti yang kamu katakan.” Lalu beliau hidup setelah itu dua tahun. (al-Qurthubi dan al-Kasysyaf)

Baca: Tafsir Surat al-‘Ashr

Dalam Durr al-Mantsur dikutip sebuah riwayat, bahwa ketika surat ini turun, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali masa hidupnya di tengah umatnya setengah dari masa hidup nabi sebelumnya. Sesungguhnya Isa bin Maryam hidup empat puluh tahun di tengah Bani Israil. Dan masa hidupku dua puluh tahun dan aku akan mati tahun ini”. Lalu Sayyidah Fathimah menangis. Kemudian Nabi Saw bersabda: “Kamu adalah keluargaku yang pertama kali menyusulku”. Maka Fathimah a.s. pun tersenyum.

*Dikutip dari Tafsir Quran Juz Amma, yang disusun oleh Ustadz Husein Alkaff

No comments

LEAVE A COMMENT