Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kerumunan Umat Islam di Indonesia

Oleh: Ustaz Husein Alkaff

Secara umum, masyarakat Indonesia menyukai kumpul-kumpul untuk saling bagi cerita, bercanda, melepas rindu antar sesama dan lain sebagainya. Ketika perkumpulan itu diikuti oleh jumlah orang yang banyak, maka perkumpulan itu biasa disebut dengan kerumunan.

Umat Islam di Indonesia mempunyai banyak cara untuk mengadakan perkumpulan dari jumlah yang kecil; puluhan orang hingga ratusan orang, hingga jumlah yang banyak; ribuan orang, bahkan lebih dari satu juta, dengan berbagai nama seperti arisan, reuni, silaturahmi, majlis, dan lainnya.

Oleh karena kerumunan yang diadakan itu bernuansa agama, maka ia disebut dengan “majlis“. Setidaknya terdapat dua bentuk majlis yang biasa dihadiri oleh ribuan Umat di Indonesia; Majlis Sholawat; dan Majlis Dakwah danTabligh.

1. Majlis Sholawat dan sejenisnya
Yaitu majlis yang menghimpun ribuan orang dengan tujuan membaca solawat dan pujian kepada Nabi Muhammad saw. Sama dengan majlis sholawat adalah majlis zikir-istighotsah, majlis ‘aza (memperingati hari wafat manusia suci di kalangan Syiah) dan majlis haul (memperingati wafat ulama-wali Allah di kalangan Ahlu Sunnah).

Majlis-majlis semacam ini, pada dasarnya baik dan dianjurkan dalam Islam demi meningkatkan cinta kepada Nabi saw, Ahlul bait dan orang-orang soleh, serta demi mendekatkan diri kepada Allah swt. Tetapi disayangkan sebagian besar dari mereka yang hadir dalam majlis-majlis itu hadir hanya sekedar ingin berkumpul dan bersilaturahmi semata dengan kawan yang datang dari tempat yang berjauhan dan yang jarang berjumpa.
Oleh karena tujuan dari menghadiri majlis seperti itu, maka pesan mulia yang ada dalam majlis-majlis itu tidak ditangkap oleh mereka dengan baik, dan ketika mereka pulang ke rumah masing-masing, maka tidak ada perubahan yang berarti dalam pola hidup mereka.

Baca: Kesempurnaan Pengetahuan Imam tentang Ilmu-ilmu Pengetahuan Islam (Bagian 2)

Selain itu, mohon maaf, seringkali majlis-majlis itu bercampur dengan hal-hal yang tidak dibenarkan dalam agama. Misalnya, bersholawat (qasidah) dengan irama dan musik yang berbeda tipis dengan “dangdut” sehingga tidak sedikit dari yang hadir menggerak-gerakan badannya (maaf, berjoget).

2. Majlis Dakwah dan Tabligh

Agar majlis Dakwah dan Tabligh dihadiri oleh orang kerumunan, maka panitia penyelenggara biasanya mengundamg mubaligh yang pandai “melucu” atau muballig yang keras dan “berani”.

Majlis semacam ini jauh dari tujuan utama dakwah dan tabligh. Karena tujuan panitia dan orang yang hadir dalam mengadakan dan menghadiri majlis itu tidak untuk mencari ilmu apalagi berusaha memperbaiki diri. Mereka hanya ingin berkumpul dan menyaksikan mubaligh kondang yang terkenal dengan canda guraunya atau terkenal dengan orasinya yang agitatif.

Kalau mubaligh itu lucu, maka mereka tertawa terpingkal-pingkal dan jika mubaligh itu berteriak-teriak, maka mereka pun ikut berteriak dengan penuh semangat, sementara isi ceramahnya, jika bermuatan ilmu dan pesan moral, tidak lagi menjadi perhatian mereka sama sekali.

Baca: Islam dan Tanda-tanda Pokoknya

Boleh jadi, mereka mengadakan dan menghadiri majlis-majlis itu sekedar ingin melepaskan keletihan dan kejenuhan sehingga dengan tertawa terpingkal-pingkal keletihan dan kejenuhan itu hilang. Atau mereka ingin melampiaskan kekesalan atas kondisi sosial dan ekonomi sehingga dengan teriak-teriak, kekesalan yang menumpuk di dada mereka termuntahkan.

Di negeri ini, Majlis Maulid Nabi saw begitu meriah dan berlangsung dalam waktu yang lama. Jika majlis ini diadakan dan diikuti dengan seksama dan penghayatan, maka kondisi umat Islam di Indonesia tidak seperti sekarang ini, kondisi yang carut marut; kekerasan, intoleransi, indisipliner, kejorokan, kemalasan, dan lain sebagainya. Demikian pula, majlis ‘aza, haul, dan majlis zikir tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi kerumunan yang hadir.

Dari dua macam majlis tersebut, majlis sholawat dan semacamnya masih lebih baik karena dalam majlis itu terdapat zikir, sholawat, dan mengenang orang-orang soleh. Namun manfaat majlis-majlis itu terbatas pada saat berlangsung saja. Setelah itu, majlis-majlis itu tidak berefek dalam kehidupan mereka.

Dalam konteks Umat Islam di Indonesia, saya kira yang namanya kerumunan apapun namanya kalau hanya untuk berkumpul bukanlah sesuatu yang harus dipertahankan karena selain tidak menghasilkan apapun dalam hubungannya dengan peningkatan kesadaran diri dan perbaikan umat, malah dalam kerumunan mereka ini terdapat sisi negatif, seperti menyebabkan kemacetan, mengganggu lalu lalang orang, meninggalkan sampah berserakan, bahkan terkadang merusak fasilitas umum dan pribadi. Lebih dari itu, dikhawatirkan kerumunan itu dimanfaatkan pihak atau oknum yang tidak bertanggung jawab demi menciptakan keributan dan kegaduhan, atau untuk meraih keuntungan politis dan ekonomis.

Baca: Peran Wilayah dalam Islam

Majlis-majlis yang kecil dan dihadiri oleh puluhan hingga ratusan orang dan diadakan secara berkesinambungan dengan target materi yang jelas jauh lebih baik ketimbang majlis yang dihadiri kerumunan massa yang banyak. Biasanya yang menghadiri majlis-majlis kecil seperti ini adalah orang-orang yang serius menimba ilmu dan ingin memperbaiki diri, dan tentu dengan penceramah yang tidak suka melucu dan marah-marah.

No comments

LEAVE A COMMENT