Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kisah Nabi Musa vs Fir’aun: Bukti Kemenangan Ilahi, Saat si Tertindas Tumbangkan Tiran

فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلۡجَمۡعَانِ قَالَ أَصۡحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدۡرَكُونَ
قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ
فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٖ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ

Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah para sahabat Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.”

Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”

Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar. (QS. as-Syu’ara’ [26]: 61-3).

Beberapa ayat mulia ini mempertontonkan babak puncak kisah perseteruan antara Nabi Musa a.s. dan Fir’aun.

Beberapa ayat selanjutnya juga menerangkan proses kematian Fir’aun beserta kaumnya dan keselamatan Nabi Musa a.s. beserta para pengikutnya.

Kemenangan yang terwujud itu berkat kepercayaan diri, keimanan dan tawakal kepada Allah Swt.

Padahal Fir’aun telah mengerahkan seluruh sarana, kekuatan dan bala tentaranya. Dia menggerakkan seluruh kekuatan itu untuk memberangus Nabi Musa a.s. dan kaumnya. Pada saat yang sama, Nabi Musa a.s. dan kaumnya justru menghadapi lautan penuh gelombang dan di belakang mereka adalah bala tentara Fir’aun yang sedang mengejar untuk membasmi mereka. Inilah detik-detik pelik yang dihadapi Nabi Musa a.s.

Namun demikian, di tengah ketakutan kaumnya, Nabi Musa a.s. tetap tenang dan penuh kepercayaan diri. Dia meyakini bahwa janji Allah Swt pasti, yaitu kematian Fir’aun.

Nabi Musa a.s. menyampaikan kepada kaumnya dengan percaya diri dan ketenangan seraya bersabda, “Sesungguhnya Tuhanku bersamaku.” Ini adalah penegasan janji Allah Swt kepadanya dan Harun a.s. sebelumnya ketika Allah memerintahkan mereka berdua agar memperingatkan kaum mereka, “Sesungguhnya Aku bersama kalian berdua. Aku mendengar dan melihat.” (Q.S. Thaha [20]: 46)

Kemenangan yang diraih Nabi Musa a.s. lantaran keyakinannya yang kokoh bahwa Allah Swt bersamanya itu telah mendatangkan perintah Allah Swt kepadanya agar memukul lautan dengan tongkatnya lalu membelah lautan itu menjadi dua bagian. Dia pun menyeberanginya beserta kaumnya menuju keamanan dan keselamatan. Sementara Fir’aun dan bala tentaranya yang ikut menyeberanginya untuk mengejar Nabi Musa a.s. justru mengakhiri episode kematian mereka saat gelombang lautan menutup belahan itu dan menenggelamkan mereka semua.

Inilah keimanan dan kepercayaan diri kepada Allah Swt yang telah memutarbalikkan keadaan sepenuhnya lalu meluluhlantakkan arogansi dan kepongahan. Peristiwa itu menorehkan lembaran sejarah titik kemenangan Ilahi, yang mengubah si tertindas menjadi pemenang.

Selain itu, peristiwa ini mempertontonkan terkalahkannya kekuatan materil dan militer.

Demikianlah akhir kezaliman dan si penindas terwujud. Ketentuan Allah Swt senantiasa bersama kaum beriman yang tertindas.

Hasil kepercayaan diri kepada Allah Swt yang terpatri pada pernyataan Nabi Musa a.s., “Sesungguhnya Tuhanku bersamaku,” telah menuntaskan kepongahan para tiran yang membangga-banggakan kekuatan militer dan persenjataan mereka.

Di masa kita, contoh nyata keberadaan kaum atau golongan yang berlaku pongah dalam menindas dengan cara membunuhi bangsa-bangsa lain adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya.

Sesungguhnya Allah Swt memuliakan atau menghinakan orang-orang yang dikehendaki. Dia-lah Allah yang menyelamatkan Nabi Muhammad Saw saat kaum durjana memeriksa goa, lalu beliau bersabda, “Usah bersedih! Sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. at-Taubah [9]:40)

Baca: Kisah Sepasang Pengantin


No comments

LEAVE A COMMENT