Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Lailatulqadr, Malam Imam Zaman

Sejumlah ulama berkeyakinan bahwa keagungan dan kemuliaan bulan Ramadhan terletak pada malam-malam Lailatul Qadr. Karenanya bulan Ramadhan memiliki kedudukan khusus nan istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan filter, sehingga dengan melewatinya, dosa dan kesalahan-kesalahan manusia akan terpisahkan. Apabila seseorang bermunajat dan meminta kepada Allah dari lubuk hati yang paling dalam, maka akan terkoneksi dengan sumber keagungan-Nya. Karenanya bulan Ramadhan, terkhusus malam Lailatul Qadr memiliki amalan tersendiri dan bahkan keagungan malam ini dianggap lebih baik dari seribu bulan.

Lailatul Qadr adalah malam takdir. Qadr secara bahasa berarti ukuran dan mizan. Lailatul Qadr adalah malam dimana permasalahan yang terkait dengan masa depan ditentukan dan diukur pada malam ini.

Sebagian takdir tersebut terkait dengan alam eksitensi, namun banyak sekali ketentuan-ketentuan yang tidak bagus dapat dirubah lewat berdo’a dan dengan memohon kepada Allah, itupun pada malam Lailatul Qadr. Karenanya malam Lailatul Qadr disebut juga dengan malam pembentuk manusia dan penentu masa depan.

Memasuki Malam Lailatul Qadr

Rahasia tidak diketahuinya malam Lailatul Qadr padamasa ghaibnya Imam Zaman  harus terus dicari, dikarenakan Allah (swt) menyembunyikan masa terjadinya hari Kiamat dan kemunculan Imam Zaman (af).Sehingga para ahli maksiat tidak mempunyai dalih untuk melaksanakan niat buruknya.Dari sisi lain juga seorang mukmin, akan lebih berhati-hati dalam menjaga dirinya, dan kapanpun dirinya dapat terlihat oleh Imam Zaman dan pada malam ini, dengan menghidupkan malam-malam tersebut beban dosanya akan menjadi ringan, serta merupakan bekal bermanfaat yang berguna untuk menyiapkan akhiratnya.

Malam Lailatul Qadr adalah surga. Untuk memasuki surga memiliki syarat dimana syarat tersebut juga melalui perintah-perintah yang ada Al-Qur’an dan hadis-hadis yang diajarkan oleh para Aimmah (as).

Salah satuamalan penting pada malam ini adalahmandi.Mandi pada malam ini berarti melakukankesucian lahiriah dan berniat untuk memasuki kesucian batin secara kontinu dan untuk selama-lamanya. Dari satu sisi juga dapat dikatakan bahwa malam Lailatul Qadr merupakan malam kecintaan kepada kitab al-Qur’an, yakni jika seseorang hendak memasuki surga malam Lailatul Qadr serta ingin menggapai fadhilah tak terhingga malam ini maka diharuskan untuk meletakkan perintah-perintah al-Qur’an di atas kepalanya dan mengamalkan hal tersebut serta mengosongkan hati dan jiwa dari segala kotoran-kotoran yang ada. Setelah pengosongan secara sempurna, maka seketika itu juga hati dan jiwa serta eksistensi dirinya akan tersucikan dari rasa dendam, hasud, permusuhan, congkak, sombong, riya’, kemunafikan dan sifat-sifat buruk lainnya, karena falsafah adanya bulan Ramadhan dan malam Lailatul Qadr adalah penyuling dan filter ruh, jiwa, dan raga manusia.

Malam Lailatul Qadr merupakan kesempatan emas untuk meninggalkan dosa dan maksiat serta beristighfar kepada Allah. Allah (swt)padamalam ini memperhatikan seluruh manusia.Para hamba yang telah memilih jalan kesucian, tidak diragukan lagi beban-beban dosanya akan terangkat, bahkan dalam riwayat disebutkan,Pada malam Lailatul Qadr dosa-dosa para hamba akan diampuni meskipun sebanyak bintang-bintang di langit dan seberat gunung serta seluas lautan. Karenanya Bulan Ramadhan terlebih Malam Lailatul Qadr dapat disebut bulan penambahan gizi. Karenaselama 11 bulan, manusia baik sengaja maupun tidak, kesehatan pahalanya akan semakin keropos dan terkikis, dengan demikian dibutuhkan makanan dan minuman untuk mengembalikan kesehatannya. Dan bulan Ramadhan inilah, terkhusus malam Lailatul Qadr merupakan makanan yang tepat yang sehat yang dapat mengembalikan kesehatan maknawi manusia. Dan diharapkan setelah melalui bulan ini, manusia benar-benar meraih ied, yakni bertambah ketaatannya kepada Allah swt.

Malam Pembaharuan Baiat dengan al-Qur’an dan Imam Zaman (af)

Dijelaskan dalam sejumlah riwayat, pada malam Lailatul Qadr takdir satu tahun manusia akan dituliskan dan dimalam seperti ini, seluruh para malaikat langit diperintahkan turun ke bumi dan berkhidmat kepada Imam Zaman (af). Merekamenyodorkan segala segala hal yang akan ditakdirkan untuk seseorang selama satu tahun mendatang kepada beliau. Karenany aLailatul Qadr merupakan malam pembaharuan baiat dengan beliau (af), malam pertalian dengan al-Qur’an dan Ahlul Bait (as).Malam pembaharuan baiat dengan mereka.

Ali bin Ibrahim Al-Qummi dalam tafsirnya mengatakan, para malaikatdanRuh al-Quds turun menemui Imam Zaman(af) dan menyerahkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan untuk manusia kepada beliau[1].

Begitujuga Rasulullah (saw)bersabda kepada para sahabatnya,“Berimanlah kepada malam Lailatul Qadr, karena malam tersebut adalah untuk Ali (as) dan sebelas putranya setelah saya”[2].

Malam Imam Zaman (af)

Di malam-malam Lailatul Qadr yang berhubungan dengan Imam Mahdi (af), segenap hati orang-orang Syi’ah mengenangdatuk beliau, karena salah satu amalan mustahab malam ini adalah membaca Ziarah Imam Husain (as).

Dituturkan dalam sebuah riwayat, ketika Sayyidah Nargis sudah merasakan rasa sakit melahirkan, Imam Hasan al-Asykari (as) berkata kepada Hakimah: Bibi! Bacakanlah surah Inna Anzalna…untuknya! Hakimah berkata,saya sedang membaca surah ini dan saya mendengar bayi yang ada dalam kandungan Nargis juga sedang membaca surah yang saya baca. Saya merasa taajjub sementara Imam Hasanal-Asykari dengan suara keras mengatakan: Bibi! Janganlah merasa heran dengan perkara Allah (swt) dimana Dia telah membuka lisan kami denganhikmah di masa kecil dan menjadikan sebagai hujjah-Nya di bumi dikala besar[3].

Dalamriwayat yang lain dituturkan bahwa malam Lailatul Qadr diharuskan untuk lebih mendahulukan do’a untuk keselamatan Shahibul Ashr wa Zaman ketimbang do’a untuk diri kita sendiri dan  paling baiknya do’a pada malam Lailatul Qadr adalah meminta pertolongan dan penjagaan serta mempercepat kedatangan beliau (af). ( Nurul Huda, Lc)

[1]– Tafsir Qummi, surah al-Qadr.

[2]– Al-Khishal, Syaikh Shaduq, bab 12, hlm.480.

[3]– Kamaluddin, Syaikh Shaduq, hlm. 454-456, hadis. 2.

No comments

LEAVE A COMMENT