Sebagian orang mengatakan bahwa kedua bersaudara Imam Hasan a.s. dan Imam Husain a.s. memiliki pandangan yang kontras karena yang satu bersedia berdamai saat mempunyai 40 ribu tentara, sedang yang lain bertempur sampai gugur dan kehilangan putra yang masih bayi dan sahabat-sahabatnya saat beliau hanya mempunyai kawan sebanyak 40 orang (selain anggota keluarganya).
Jika kita mau meneliti dengan cermat akan dapat dibuktikan sebaliknya dari pandangan salah di atas. Kita saksikan bahwa Imam Hasan a.s. hidup selama kurang lebih 9,5 tahun di masa kekuasaan Muawiyah tanpa secara terbuka menentangnya, Imam Husain a.s. juga hidup selama jangka waktu yang kira-kira sama di masa kekuasaan Muawiyah setelah saudaranya dibunuh, tanpa melakukan pemberontakan atau penentangan terbuka.
Karena itu kita harus mencari sebab yang sebenarnya dari perbedaan lahiriah ini dalam kebijakan Muawiyah yang berbeda dengan kebijakan Yazid, bukan pada perbedaan pandangan antara kedua Imam besar tersebut.
Baca: Apakah Imam Mahdi as Keturunan Imam Hasan Mujtaba as? Bagian 1-2
Kebijakan Muawiyah tidaklah didasarkan pada sikap yang berlebih-lebihan. Ia tidak terang-terangan mencemooh hukum-hukum agama. Ia tampil sebagai sahabat Nabi Saw dan penulis wahyu. Karena saudara perempuannya adalah salah satu istri Nabi Saw yang dikenal dengan sebutan Ummahatul Mukmin (Ibu Kaum Mukminin), maka ia pun menyebut dirinya Paman Kaum Mukminin. Ia telah dipersiapkan dengan cermat untuk menjadi orang besar oleh khalifah sebelum-sebelumnya, yang memperoleh kepercayaan penuh dan penghargaan tinggi dari masyarakat.
Demikianlah, apapun yang dilakukan Muawiyah jika itu bisa dirasionalisasikan atau diberi pembenaran, para pengikutnya ini akan merasionalisasikannya atau memberinya pembenaran. Dan jika hal itu tidak mungkin dilakukan, maka mereka akan membungkam protes yang muncul dengan cara; pertama, memberikan uang suap yang besar, dan kedua, jika itu gagal maka dengan cara pembunuhan. Puluhan ribu pengikut Imam Ali a.s. yang tak berdosa, dan bahkan sahabat-sahabat Nabi Saw menemui ajalnya dengan cara yang sadis.
Dalam setiap apa yang diperbuatnya, Muawiyah memakai topeng kesalehan. Ia juga memperlihatkan sikap penyabar dan kelemah-lembutan demi mendapat simpati masyarakat. Ia bahkan menanggapi hinaan dan cercaan yang dilontarkan kepadanya dengan humor dan berlagak murah hati.
Ia memamerkan penghormatan lahiriah palsu terhadap Imam Hasan dan Imam Husain, serta mengirimkan keduanya pelbagai hadiah mahal. Akan tetapi, ia juga secara terbuka mengancam bahwa barangsiapa yang meriwayatkan sebuah hadis yang memuji keutamaan Ahlulbait, maka ia akan menanggung resiko kehilangan harta atau nyawanya. Sebaliknya, siapa meriwayatkan hadis yang memuji para sahabat Nabi Saw, akan mendapat hadiah.
Baca: Imam Hasan a.s. dan Seorang Badui
Muawiyah memerintahkan khatib-khatib untuk mengutuk Imam Ali a.s. dan memerintahkan pembunuhan terhadap para pengikutnya di mana pun ditemukan. Perintah ini dilaksanakan dengan nafsu sedemikian rupa sampai-sampai banyak musuh Imam Ali a.s. sendiri yang dibunuh Muawiyah hanya karena dituduh bersimpati pada Imam Ali as.
Apa yang diuraikan di atas membuat jelas bahwa bagi Imam Hasan a.s, memimpin pemberontakan terhadap Muawiyah hanya akan merugikan Islam. Pemberontakan seperti itu hanya akan berakibat tumpahnya darah beliau dan para pengikut beliau secara sia-sia. Bahkan dapat dibayangkan bahwa Muawiyah akan menyewa orang-orang yang berhubungan dengan beliau untuk membunuh beliau dan kemudian memperlihatkan sikap berkabung demi mendinginkan emosi masyarakat. Kemudian ia akan memerintahkan pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang Syiah dengan alasan balas dendam atas kematian beliau, seperti yang dilakukannya dalam kasus Utsman bin Affan.
Sebaliknya, gaya politik Yazid sama sekali tidak mirip ayahnya. Ia seorang pemuda sombong, yang tidak mengenal logika lain kecuali kekuatan, dan tak pernah mempertimbangkan pandangan masyarakat. Pada tahun pertama kekuasannya, Yazid membunuh banyak keturunan Nabi Muhammad Saw. Tahun kedua, ia menjarah Madinah dan membiarkan serdadu-serdadunya melakukan pembunuhan dan perampokan di kota tersebut selama tiga hari. Tahun ketiga, ia merusak Kabah.
Baca: Hadits Pilihan dari Imam Hasan Al-Mujtaba a.s.
Dengan demikian, kebangkitan Imam Husain a.s. memperoleh simpati masyarakat yang mendalam dan terang-terangan, yang mula-mula mengambil bentuk pergolakan-pergolakan berdarah dan selanjutnya membawa sejumlah besar Muslimin berbuat sesuai kecintaan fitriah mereka terhadap kebenaran. Itulah sebabnya Muawiyah telah melarang Yazid bertindak menekan Imam Husain a.s. Namun, mana bisa kesombongan dan kemabukan Yazid menyadarkannya untuk bertindak sesuai kepentingan dan kebaikannya sendiri?
*Dikutip dari buku karya Alamah Sayyid Husain Thabathaba’i, Inilah Islam