Syi’ah berkeyakinan bahwa Imamah / kepemimpinan setelah kepergian Rasulullah Saw termasuk dalam Ushuluddin dan termasuk hal primer dalam agama. Hanya pertanyaannya kalau memang demikian, mengapa nama para pemimpin sejati ini tidak ada yang disebut dalam kitab suci al-Quran? Tidakkah lebih baik nama-nama itu disebut sehingga mencegah terjadi konflik di antara umat? Tidakkah Allah Maha Kasih dan Sayang terhadap para hamba-Nya?
Berdasarkan tafsir riwai ada sekitar 300 ayat di dalam al-Quran yang berkaitan dengan Imam Ali as akan tetapi tidak ada satupun dari kasus-kasus tersebut yang menyebut nama beliau secara gamblang.[1]
Berikut ini beberapa alasan singkat tentang hal ini:
- Kekhawatiran terjadinya tahrif Quran. Al-Quran harus terjaga dari segala bentuk tahrif dan perubahan, karena dia diturunkan untuk semua masa. Hal-hal yang dapat memicu tahrif harus dihilangkan. Tak terkecuali penyebutan nama para imam di dalamnya. Pasti akan membuat sebagian menuduh Nabi Saw telah mentahrif, atau mengatakan ayat ini untuk kepentingan keluarganya dan yang lebih parahnya lagi mereka akan mentahrif sendiri. Salah satu buktinya, Quran yang dikumpulkan oleh Imam Ali as tidak mereka terima dan lebih memilih yang dikumpulkan oleh yang lain.[2] Padahal semua sudah tahu keutamaan dan ketakwaan beliau.
Sehingga menurut sebagian tokoh tafsir, ayat-ayat yang berkaitan dengan Ahlul Bait as dalam al-Quran memiliki kondisi khusus, di mana ayat-ayat tersebut “sengaja” diletakkan di sela-sela pembahasan ayat-ayat lain atau berada di tengah-tengah topik yang lain.[3] Dan tentunya nama Imam sama sekali tidak disebutkan. Seperti contohnya ayat Tathhir, di mana Allah Swt berfirman:
إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً
“Sesungguhnya Allah menginginkan untuk menyucikan dari kalian kotoran dan noda (wahai) Ahlul Bait dan menyucikan kalian dengan sesuci-sucinya.[4] Begitu juga dengan ayat Ikmal, Allah berfirman: الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian”.
Walaupun setiap orang yang sportif dan murni mencari kebenaran akan bisa memahami apa dan siapa tujuan asli dari ayat di atas[5]. Sebagaimana Ahlisunnah juga menafsirkan bahwa ayat tersebut berkaitan dengan keluarga Nabi dan para Imam Imam Syiah. Alhasil kondisi ini terjadi karena kekhawatiran Rasulullah dalam rangka menyampaikan dan menyebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan Imamah dan Ahlul bait karena bisa jadi fanatisme yang sudah begitu dominan saat itu menuduh beliau sedang menjelaskan keluarga dan kepentingan mereka saja.
- Rahasia lain dari hal ini adalah mereka yang tidak ingin mencari kebenaran dan kesempurnaan saat memahami adanya keutamaan dan nama-nama para imam di dalam al-Quran membuat mereka enggan dan acuh tak acuh menerima arahan dan tuntunan Alquran. Mereka akan melakukan perlawanan yang bisa jadi akan berujung pada pendustaan seluruh isi al-Quran itu sendiri.
Seakan-akan Allah menginginkan untuk tidak memunculkan penentangan dari mereka.
- Memang betul Al-Quran tidak menyebut secara gamblang nama Imam Ali as dan imam yang lain, akan tetapi secara kinayah / kiasan al-Quran sudah menyebut beliau.
إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ وهم راكعون
Sesungguhnya Wali kalian adalah Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman yang sedang menegakkan sholat sembari memberikan zakat.
Pemberian zakat di saat ruku’ merupakan perbuatan yang tidak lumrah dan hanya dikerjakan oleh satu orang yang tidak lain adalah imam Ali as. Secara sastra Arab memperkenalkan seseorang dengan tanpa menyebut nama tapi sekedar sifat-sifatnya itu jauh lebih dalam dan berkesan.
- Jika nama para imam sudah disebut sekalipun tentunya mereka tetap bersikeras penentuan kepemimpinan melalui musyawarah atau sistem-sistem lainnya. Tidakkah mereka sudah tahu jika nama 12 Imam sudah disebut oleh Nabi dalam hadis yang juga diriwayatkan oleh Ahlisunnah.[6]
- Banyak hal-hal yang termasuk Dharuriyat din (Hal-hal mendasar keagamaan) dan keyakinan-keyakinan yang kita terapkan tapi tidak disebutkan secara gamblang di dalam Al-Quran. Seperti bilangan rakaat Shalat, apakah harus mengeraskan bacaan shalat atau tidak dan permasalahan yang lain yang kita lakukan berdasarkan riwayat dan hadis serta tidak disinggung oleh Al-Quran sama sekali. Karena sesuai hadis Tsaqalain, Quran dan hadis serta Ahlu bait beriringan bahu membahu memberikan arahan bagi manusia untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesimpulannya, nama para Imam tidak disebutkan di dalam Alquran karena: 1. Hal itu salah satu trik Allah untuk menjaga kitabnya dari Tahrif. 2. Untuk memudahkan penerimaan hidayah untuk seluruh manusia. 3. Penyebutan sifat Imam dalam Quran yang tidak bisa diserobot oleh orang lain dan hal ini lebih membekas dari pada sekedar penyebutan nama. 4. Penyebutan nama tidak menjamin mereka akan berpihak kepada Ahlul bait. 5. Ada hal-hal lain yang primer juga dalam agama yang tidak disebutkan secara gamblang di dalam al-Quran tapi tugas itu diambil alih oleh Hadis. [Abunajib]
[1] Muthahari, Imamah wa Rahbari, halaman 156.
[2] Imamah wa Rahbari, halaman 162.
[3] Allamah Thaba’thabai, Tafsir Mizan, juz 17, halaman 398.
[4] QS: Al-Ahzab, ayat 33.
[5] Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, juz 3 halaman 139, Zamakhsyari, Al-Kasyaf, Juz 1, halaman 59.
[6] Ahmad bin Hanbal, Musnad, juz 12 halaman 246.