Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Pamitan Imam Husain a.s. kepada Keluarga Sebelum Maju Medan Pembantaian

Imam Husain a.s. mengenakan pakaian Rasulullah Saw, memakai baju besinya, membawa pedangnya dan menaiki kudanya. Imam Husain mendatangi pintu kemah dan memanggil: “Hai Sukainah! Hai Fathimah! Hai Ummu Kultsum! Hai Zainab! Selamat tinggal.”

Sambil menangis Sukainah mendatangi ayahnya. Imam Husain memeluk Sukainah dan mengusap air matanya yang mengalir seraya berkata: “Hai Sukainah ketahuilah, tangismu akan berlangsung lama. Setelah aku pergi dari hadapanmu. Jangan kau bakar pedih hatiku dengan air matamu, selama nyawa masih dalam ragaku. Ketika aku terbunuh, engkaulah orang yang paling berhak menangisiku, hai wanita terpilih.”

Kemudian Sukainah bertanya: “Hai ayah, apakah engkau akan mati dan engkau rela untuk itu?”

Imam Husain as menjawab: “Bagaimana tidak akan mati orang yang tidak mempunyai penolong.”

Sukainah berkata: “Duhai ayahku, kembalilah ke kemah!”

Imam Husain menjawab: “Itu tidak mungkin.”

Kemudian Imam Husain meminta pakaian untuk dipakai sebagai pakaian dalamnya: “Berikan kepadaku pakaian bekas yang tidak seorang pun mau memakainya. Aku mengenakannya sebagai pakaian dalamku.” Ketika kaum wanita mendengar kata-kata ini, mereka pun menangis.

Setelah berpamitan kepada keluarga, Imam Husain maju ke medan perang. Lalu beliau berkata, “Demi Allah! Hai penduduk Kufah, bukankah kalian mengenalku?”

Mereka menjawab: “Engkau adalah Husain bin Ali.”

Kemudian Imam bertanya: “Mengapa kalian menghalalkan darahku?”

Mereka menjawab: “Kami mengerti apa yang engkau katakan. Tapi kami tidak akan melepaskanmu hingga engkau mati kehausan.” (Maqtal Khawarizmi, 2/37)

Syekh Mufid menuturkan: Saat Imam Husain maju ke medan perang dan menyerang, beliau melantunkan bait-bait syair berikut:

“Sungguh kaum ini telah kafir
Sudah sejak lama mereka berpaling, dari ganjaran Allah, Tuhan jin dan manusia
Kaum yang sama ini yang telah membunuh Ali dan putranya Hasan, yang terpilih dan mempunyai dua orang tua yang mulia.

Siapa yang mempunyai kakek seperti kakekku, atau mempunyai ayah seperti ayahku
Akulah putra dua bendera petunjuk
Ibuku Fathimah Zahra dan Ayahku penghancur kekufuran di Badar dan Hunain
Ayahku menyembah Allah saat masih kanak-kanak, sementara kaum Quraisy masih menyembah berhala.

Akulah putra Ali, manusia terbaik dari Bani Hasyim
Cukup ini menjadi kebanggaan bagiku, jika aku ingin membanggakan diri
Pengikut kami pengikut terbaik di tengah manusia, dan musuh kami akan merugi pada hari Kiamat.
Sungguh beruntung seorang hamba yang menziarahi kami setelah kematian kami, di surga ia akan mempunyai tempat yang jernih yang tidak akan kotor.”
(al-Ihtijaj, 2/302)

Dalam kitab Muhayyijul-Ahzan, disebutkan bahwa Imam Husain membacakan syair dan meminta lawan. Siapa saja yang datang ke hadapannya dibunuhnya. Kemudian Imam Husain menyerang sayap kanan pasukan musuh seraya berkata: “Mati lebih baik daripada menanggung aib. Dan menanggung aib lebih baik daripada masuk neraka.” Kemudian Imam Husain menyerang sayap kiri pasukan musuh sambil berkata: “Aku Husain Putra Ali. Aku berjanji tidak akan lari dalam membela keluarga ayahku dan meneruskan agama Nabi.” (Nafsul-Mahmum, hal. 322)

Dalam beberapa buku yang dapat dipercaya disebutkan bahwa sayap kanan pasukan musuh berubah menjadi sayap kiri dan sayap kiri menjadi sayap kanan. Karena begitu hebatnya serangan yang dilancarkan Imam Husain. Hingga tidak ubahnya Ali a.s. yang sedang berperang di medan tempur. Imam Husain berhasil membunuh 400 orang pasukan berkuda dan pejalan kaki. Hingga pasukan musuh tidak ubahnya sekumpulan kambing yang lari dari seekor singa.

Pasukan musuh tidak ubahnya belalang yang lari dari angin topan. Dalam beberapa buku maqtal disebutkan, pasukan musuh sedemikian tercerai-berai sehingga berlarian dari daerah sekitar sungai. Imam Husain membawa kudanya ke tengah air, dan memberi isyarat ke kudanya untuk minum. Kuda tahu tuannya kehausan maka ia pun tidak mau minum. Imam Husain menciduk air dengan telapak tangannya. Namun Hashin bin Numair melontarkan anak panah hingga mengenai dagu Imam Husain. Beliau pun menarik anak panah itu. Darah mengalir keluar. Imam Husain a.s. melemparkan, darahnya ke langit.

Sekali lagi Imam Husain as berusaha untuk minum. Namun Umar bin Saad berteriak: “Celaka sekiranya Husain dapat minum. Karena ia tidak akan membiarkan seorang pun dari kalian hidup.” Seorang laknat berteriak: “Hai Husain, kemah-kemahmu telah dijarah!” Mendengar itu, Imam Husain menumpahkan air dan berlari menuju kemah. Para wanita berlarian keluar dari dalam kemah dan berkumpul mengelilingi Imam Husain a.s. (Manaqin lbnu Syahr Asyub, 4/66)

Imam Sajjad a.s. datang dan berkata: “Ayah, berhenti sebentar biar aku mengucapkan salam perpisahan.”

Imam Husain mencium Imam Sajjad dan menyerahkan rahasia keimamahan kepadanya. Lalu beliau menyampaikan beberapa pesan. (Itsbatul-Washiyyah, hal. 142) Kemudian Imam Husain berkata: “Ketahuilah, sesungguhya Allah pelindung dan penjaga kalian. Allah segera akan menyelamatkan kalian dari kejahatan musuh dan menjadikan akhir tujuan kalian menjadi baik. Dia akan menyiksa musuh kalian dengan berbagai siksaan dan memberi kalian berbagai kemuliaan dan kenikmatan. Karena itu, janganlah kalian mengatakan sesuatu yang akan mengurangi kedudukan kalian.” (Jala’ul- ‘Uyun, hal. 408)

Kemudian Imam Husain maju lagi ke medan perang. Banyak sekali kalangan sejarawan dan ahli hadis yang menyebutkan bahwa Imam Husain hanya sendirian dapat membunuh 195 orang. (Nafsul-Mahmum, hal.322)

Umar bin Saad berkata: “Celaka kalian! Tidakkah kalian tahu dengan siapa kalian berhadapan? Ini adalah putra Ali bin Abi Thalib. Inilah putra pembunuh jagoan-jagoan Arab.”

4.000 orang pemanah menghujani Imam Husain a.s. dengan anak panah. Sehingga tercipta jarak antara ia dengan keluarganya. Imam Husain berteriak: “Celakalah kalian, hai pengikut keluarga Abu Sufyan! Jika kalian tidak beragama dan tidak pula takut pada hari Kebangkitan, maka jadilah orang-orang bebas di dunia kalian.” (al-Luhuf, hal. 136)

Syimir berkata: “Apa yang kau katakan, hai putra Fathimah?”

Imam Husain menjawab: “Yang berperang adalah aku dengan kalian. Para wanita tidak berdosa. Karena itu, cegahlah kejahatan kalian dari keluargaku. Selama aku masih hidup, jangan ada seorang pun yang menyentuh keluargaku.”

Mereka menyerang Imam Husain dan melukai beliau dengan parah. Menurut riwayat Imam Jakfar Shadiq a.s., ada 33 luka tusukan tombak dan 34 luka sabetan pedang di tubuh Imam Husain. (Khawarizmi, Maqtalul-Husain, 2/37) Adapun menurut riwayat Imam Muhammad Baqir a.s., jumlah luka tusukan tombak, anak panah dan sabetan pedang yang ada di tubuh Imam Husain lebih dari 320. (Nafsul-Mahmum, hal. 325.)

Kemudian Imam Husain kembal berpamitan untuk yang terakhir kalinya, Imam a.s. berkata: “Hai Zainab! Hai Ummu Kultsum! Hai Fathimah! Salam sejahtera bagi kalian.” Mendengar itu, Sayidah Zainab bertanya: “Apakah engkau yakin akan terbunuh?”

Imam Husain menjawab: “Bagaimana aku tidak yakin sementara aku tidak punya penolong.” Sayidah Zainab menangis. Imam Husain berusaha menghiburnya. Ketika Imam Husain hendak pergi, Sayidah Zainab berkata: “Sebentar, saudaraku. Aku ingin melihat wajahmu. Karena ini adalah pamitan yang terakhir.”

Kemudian Sayidah Zaina mencium kaki dan tangan Imam Husain. Begitu juga dengan wanita-wanita yang lain. Mereka mencium tangan Imam Husain. Kemudian mereka semuanya menangis. (Khawarizmi, Maqtalul-Husain, 5/35)

Sayid Ibnu Thawus mengatakan: “Imam Husain sudah lemah akibat luka parah yang dideritanya. Tubuhnya penuh dengan anak panah. Pada keadaan ini, Saleh bin Wahab Mazni menganggap ini sebuah kesempatan. Dia datang ke samping Imam Husain. Lalu dengan sekuat tenaga ia menusuk pinggang Imam Husain dengan tombak. Sehingga Imam Husain terjatuh dari kudanya ke sisi sebelah kanan. Imam Husain berkata: “Dengan nama Allah, dengan pertolongan Allah, dan di atas agama Rasulullah Saw.” Kemudian Imam Husain a.s. berusaha bangun dan berdiri. (Nafsul-Mahmum, hal. 330)

Sayidah Zainab lari dari kemah dan berteriak: “Saudaraku! Tuanku! Pemimpin keluargaku! Oh, seandainya langit runtuh ke bumi. Oh, seandainya gunung-gunung meletus dan berserakan di daratan.” (al-Luhuf, hal. 142)

Ketika Sayidah Zainab melihat pasukan musuh berbaris di depan saudaranya, ia berteriak: “Celaka engkau, hai Umar bin Saad! Mereka membunuh Husain sementara engkau (diam) menyaksikannya.” Air mata mengalir membasahi wajah dan janggut Umar bin Saad. Lalu ia memalingkan wajahnya dari Zainab. (Tarikh Thabari, 4/245)

Sayidah Zainab berteriak: “Celaka kalian! Tidak adakah seorang Muslim di antara kalian?” (al-Irsyad, 2/112)

Namun meski demikian, Imam a.s. tetap berkata: “Aku bersabar dengan ketetapan-Mu, ya Allah. Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Engkau. Wahai Penolong orang-orang yang memohon pertolongan.” (Maqtal Muqarram, hal. 283)

Setelah mereka menyerang Imam Husain dari semua arah, Zar’ah bin Syarik memukul pundak kiri Imam Husain dengan pedang. Lalu ia menebas bagian tengah antara bahu dan leher sehingga Imam Husain a.s. jatuh ke depan. Imam Husain tersungkur. Sinan menusukkan tombak ke dada Imam Husain. Kemudian ia mencabut dan menusukkannya kembali. Selanjutnya, ia melontarkan anak panah ke dada Imam Husain sehingga beliau a.s. tersungkur ke depan. (al-Irsyad, 2/112)

Akhirnya, Syimir datang. Sayidah Zainab yang sedang berada di samping tubuh kakaknya berkata kepada Syimir: “Berikan kami kesempatan untuk mengucapkan salam perpisahan kepadanya. Sebelum engkau memisahkannya dari kami dan membawa kami sebagai tawanan.”

Dalam buku maqtal Ibnu Arabi disebutkan bahwa Syimir mengangkat batang tombaknya dan memukulkannya ke kepala Sayidah Zainab seraya berkata: “Hai putri Ali, kembalilah! Engkau tidak akan bisa melihat kakakmu lagi.”

Mendengar itu, Sayidah Zainab menangis. Tangisan Zainab terdengar oleh telinga Imam Husain a.s. Lalu Imam Husain membuka matanya dan berkata: “Hai Saudaraku, jaga anak-anakku. Masuklah ke dalam kemah. Supaya engkau tidak melihatku ketika berada di bawah pedang.” (Anwarusy-Syahadah)

Setelah Syabats, Sinan, dan Khula tidak berani membunuh Imam Husain a.s., Syimir berkata: “Karena kalian semua pengecut, maka tidak ada yang lebih pantas membunuhnya selain aku.” Syimir memegang pedangnya dan duduk di atas dada Imam Husain. Imam membuka matanya dan bertanya: “Siapa engkau yang telah berani menaiki kedudukan yang tinggi yang selalu diciumi Rasulullah Saw?” (Nasikhut-Tawarikh, 2/389)

Syimir menjawab: “Aku Syimir.” Imam Husain berkata: “Aku sudah tahu engkau yang akan membunuhku. Karena aku telah bermimpi diserang segerombolan serigala. Di antara gerombolan serigala itu, ada serigala yang berwarna belang. Ia yang sangat ganas menyerangku. Begitulah yang telah diberitahukan kakekku Rasulullah Saw.”

Anak hasil zina itu marah, ia mencabut pedangnya. Dengan dua belas sabetan, ia memisahkan kepala Imam a.s. dari lehernya. Lalu menancapkan leher yang mulia ke atas ujung tombak. Melihat itu, pasukan musuh mengucapkan takbir sebanyak tiga kali. Tiba-tiba bumi bergetar. Timur dan Barat diselimuti kegelapan. Dan tubuh mereka gemetar. Inna lillahi wa ina ilahi rajiun…..

*Disarikan dari buku Mega Tragedi – Syekh Ibnu Rais Kermani

No comments

LEAVE A COMMENT