Kajian sejarah berbagai revolusi memperlihatkan faktor penting yang patut direnungkan, yang di atasnya dibangun basis kebangkitan dan revolusi di seluruh dunia dan antara berbagai bangsa. Faktor itu tak lain dari keadilan. Sejak dulu, sangat sering kata ini membangkitkan jiwa orang-orang yang dalam hidupnya dizalimi, yang hak-hak dan kehormatannya direbut. Orang-orang terzalimi tersebut lalu memberontak terhadap orang-orang jahat dan berusaha mencapai permata kebebasan dan keadilan dengan melenyapkan makhluk-makhluk buas yang tak adil. Dalam banyak kasus, mereka rela mengorbankan nyawa demi menghapus penindasan.
Sayang, harus dikatakan bahwa sebagian besar revolusi dan kebangkitan tak mampu mencapai tujuan-tujuan sucinya, dan kaum revolusioner tak dapat mencapai harapan-harapannya untuk menghapus kepedihan dari kehidupan mereka. Rahasia di balik kegagalan mereka menjadi jelas dengan sedikit renungan pada suatu masalah penting. Yakni, suatu masyarakat yang kehilangan jalan perkembangan yang alami dan menjadi terbiasa dengan kegagalan dan keterbelakangan, akan tak mampu memikul suatu sistem yang adil dan tak mudah menerima tatanan yang benar. Menegakkan keadilan hanya mungkin dalam suasana yang cocok, yang tanpa itu keadilan tak punya kesempatan untuk mendekati cakrawala kehidupan.
Hukum yang adil merupakan tuntutan dasar bagi setiap struktur masyarakat. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua lapisan dan individu sesuai dengan kesejahteraan umum, diiringi penerapan perilaku dari berbagai peraturannya.
Baca: Pro Resistensi Bukan Pro Terorisme
Keadilan adalah hukum alami yang dijalankan di seluruh penjuru alam semesta. Allah Yang Mahakuasa menggariskan bahwa alam semesta bergantung pada keadilan, yang sama sekali tak dapat dilanggar. Keserasian yang tepat dan menakjubkan di antara berbagai fungsi organ tubuh kita termasuk manifestasi yang amat jelas dari hukum keadilan yang tepat di alam semesta ini. Dengan memperhatikan diri sendiri, kita dapat memulai pemahaman tentang alam semesta.
Kezaliman dapat menghancurkan masyarakat, meruntuhkan perilaku, dan mengganggu keamanan sosial, tak dapat dibantah. Bahkan orang-orang tak beragama pun tak dapat menyangkalnya. Penindasan menyebabkan perpecahan dan musnahnya hubungan masyarakat. Dengan berperilaku jahat dan sombong, para penguasa menutup halaman sejarah pemerintahan mereka yang kuat dan menghancurkan peradabannya.
Keadilan adalah suatu langkah esensial untuk mempersatukan masyarakat di jalan kebenaran. Plato, filosof Yunani kenamaan, mengatakan: “Apabila keadilan memasuki rohani manusia, sinar cemerlang akan menerangi semua kekuatan rohaninya, karena semua perangai mulia dan moral manusiawi bersumber dari keadilan. Ia menganugerahi manusia kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan pribadinya dengan sebaik-baiknya, yang merupakan kebahagiaan terakhir dan puncak kedekatan manusia kepada Yang Mahakuasa.”
Dapatlah dikatakan bahwa keadilan adalah unsur dasar dalam kehidupan sosial manusia. Dengan keadilan, suatu bab baru kehidupan dibuka, masyarakat mendapatkan semangat baru di dalamnya, dan ia menerangi kehidupan manusia dengan kejayaan dan keindahan. Suatu masyarakat yang kehidupannya diliputi keadilan akan mendapatkan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan karenanya mampu mengatasi semua permasalahannya.
Baca: Sofistikasi Isu Palestina
Alquran mengumumkan hukuman keras yang tak terelakkan bagi para penindas, Allah Swt berfirman: “Dan [penduduk] negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tentukan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. al-Kahfi. 59)
Para pemimpin agama percaya akan kelanjutan umat manusia. Karena itu, mereka menetapkan bahwa menegakkan keadilan merupakan tujuan utama dalam kehidupan. Apabila mereka melihat kekacauan dalam perkembangan manusia, mereka berusaha untuk mengubah kekacauan semacam itu dengan melawan perilaku buruk para penindas. Dalam banyak kasus, para pemimpin itu mampu mengalahkan dan menumpas para penindas.
Menurutnya, perilaku para pemimpin agama adalah faktor penting dalam membangunkan rakyat melawan kezaliman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka AlKitab dan neraca [keadilan], supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS. al-Hadid: 25)
Karena tujuan Islam adalah keadilan bagi semua, Islam memerintahkan seluruh penganutnya untuk melaksanakan keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan orang-orang lainnya, tanpa pertimbangan gelar atau kedudukan pribadi. Islam juga melarang kezaliman dan pelanggaran hak atas suatu kelompok orang.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan [kebenaran] karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. al-Maidah: 8)
“Dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. an-Nisa: 58)
Karena Islam sangat mementingkan keadilan, ia tidak membenarkan orang yang tak adil menduduki jabatan hakim, walaupun orang itu memenuhi segala kualifikasi lainnya. Islam juga mewajibkan orang tua berlaku adil terhadap anak-anaknya, untuk mempersiapkan mereka menerima perilaku utama ini dan menolak kezaliman serta permusuhan. Selain itu, salah satu basis untuk membesarkan anak ialah berlaku adil dalam segala keadaan apabila berurusan dengan mereka. Karena, anak-anak yang menyaksikan perlakuan zalim ibu atau ayah mereka, tak dapat diharapkan menjadi adil atau jujur dalam perilaku mereka dengan orang lain. Apabila anak-anak terbiasa melihat kezaliman maka perangai jahat itu akan tumbuh dalam watak mereka, dan kelak menjadi unsur perusak dalam masyarakat. Ketidakadilan yang mereka peroleh itu pada akhirnya akan mempengaruhi masyarakat, bahkan seterusnya menghantam kembali orang tua mereka.
Rasulullah saw mengarahkan perhatian para pengikutnya kepada pokok penting ini ketika beliau bersabda, “Berlaku adillah kepada anak-anakmu dalam hal pemberian apabila kamu menginginkan mereka berlaku adil kepadamu dalam kasih sayang.” (Nahj al-Fashahah, hal. 66)
Baca: Imam Mahdi, Sang Penyelamat Dunia
Imam Ali a.s. menulis nasihat berikut ini kepada Muhammad bin Abu Bakar ketika ia menunjuknya menjadi gubemur Mesir: “Para utusan Ilahi adalah para penegak keadilan dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah merintis jalan kesempurnaan manusiawi bagi umat manusia.”
Imam Husain a.s. juga mewujudkan makna keadilan dan keimanan manusia yang sesungguhnya ketika ia bangkit melawan penindasan. Halaman-halaman sejarah bersinar dengan riwayat kehidupan pejuang besar keadilan ini untuk selama-lamanya.
*Dikutip dari buku karya Sayyid Mujtaba Musawi Lari – Menumpas Penyakit Hati