Peranan Imam 12 yang telah ditentukan kepemimpinannya oleh Rasulullah Saw dan dijadikan sebagai penggantinya adalah menjaga Islam dari tangan-tangan jahil. Para Imam a.s. telah diberinya tanggung jawab mempraktikkan dan mendidik kemanusiaan atas dasar ajaran Islam dan menjaga pemerintahan yang dibangun Rasulullah Saw dari kehancuran. Hal ini dapat disimpulkan dalam dua sketsa penting di bawah ini.
Pertama, Pengaman umat dari kehancuran setelah runtuhnya usaha yang dibangun Rasulullah Saw dan memberikan dukungan kepada umat semampunya untuk tetap tegar dan semangat melakukan perlawanan dengan iman yang kuat.
Kedua, Upaya mengendalikan usaha yang dibangun Rasulullah Saw dan menghapus pengaruh negatif dari penyimpangan, mengembalikan kepemimpinan kepada tempatnya agar tiga unsur pendidikan Islam (umat, syariah, dan pendidik yang mumpuni) dapat terlaksana sehingga umat dan masyarakat bersama pemerintahan dan pemimpin yang bijak bisa berjalan seiring.
Berdasarkan sketsa kedua, para Imam a.s. harus melakukan persiapan jangka panjang untuk mempersiapkan kondisi yang tepat sesuai dengan nilai-nilai, tujuan, dan hukum-hukum dasar yang dibawa risalah Islam. Semua ini harus direalisasi melalui jalur hukum dan kepemimpinan dengan nama Islam dan nama Allah sebagai pemberi syariat untuk manusia hingga manusia mencapai kesempurnaannya.
Dari sini, para Imam Ahlulbait dalam menerima kendali kekuasaan, melihat bahwa perlawanan bersenjata tidak cukup untuk mendirikan kekuasaan Islam yang stabil. Ia sangat bergantung pada persiapan terbentuknya pasukan ideologis yang mengimani adanya imam dan kemaksumannya secara mutlak. Jika demikian, tujuan-tujuan mulia akan tetap hidup dan rencana berdirinya kekuasaan akan kuat, sehingga semua kepentingan dan tujuan Ilahiah tetap terjaga.
Sketsa pertama adalah sketsa yang sama sekali tidak berlawanan dengan setiap kondisi yang memaksa. Sketsa ini dijalankan para Imam Suci bahkan dalam keadaan yang tidak mendukung mereka untuk memasuki pertempuran dalam menerima kendali kekuasaan. Sketsa dan kondisi ini adalah kondisi pendalaman risalah secara pemikiran, spiritual, dan politik ke dalam nurani umat sebagai upaya menciptakan benteng bagi barisan umat agar tetap terjaga, terhindar dari kehancuran setelah runtuhnya usaha yang dibangun Rasulullah Saw.
Baca: Agama Islam dan Realitas Umatnya
Langkah yang mereka lakukan adalah menciptakan kesadaran di tengah umat, menebarkan semangat Islam, dan membangkitkan semangat Ilahiah di tengah-tengah umat untuk menegakkan risalah ini.
Tindakan para Imam Maksum dalam dua sketsa ini adalah menunjukkan peran mereka sebagai pembawa risalah yang aktif selama tiga abad dalam menjaga risalah, umat, dan pemerintahan kemudian mengamankannya secara berkelanjutan. Setiap kali penyimpangan menjadi kuat, para imam mengambil sikap untuk melawannya. Setiap terjadi malapetaka mengancam akidah dan ajaran Islam karena kepemimpinan yang menyimpang dan tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka para imam maksum segera menyelesaikan dan menyelamatkan umat dari bahaya yang mengancam. Para Imam Ahlul Bait a.s. senantiasa menjaga keseimbangan akidah di tengah masyarakat Islam secara kontinuatif agar umat tidak mendapatkan ancaman berikutnya.
Tahapan Gerakan Risalah yang Dilakukan para Imam a.s.
Jika kita kembali menengok sejarah Ahlulbait a.s. dan kondisi yang meliputi kehidupan mereka, kemudian memperhatikan perjalanan dan sikap mereka, baik secara umum maupun khusus, kita dapat membaginya ke dalam tiga tahap atau tiga periode. Satu bagian dengan bagian yang lain tentu ada perbedaan. Akan tetapi, dalam banyak keadaan dan situasi, mereka memiliki kesamaan. Hanya saja, peranan mereka bermacam-macam sesuai fenomena umum yang terjadi yang merupakan garis pemisah bagi setiap zaman.
Periode pertama dari kehidupan para Imam a.s. adalah periode terjadinya benturan dan penyimpangan setelah wafatnya Rasulullah Saw. Ini terlihat dalam sikap empat Imam: Ali, Hasan, Husain, dan Ali bin Husain a.s. Saat itu, mereka berusaha keras membentengi unsur-unsur mendasar dari ajaran Islam. Meskipun tidak berhasil membinasakan kekuasaan yang menyimpang, mereka mampu menyingkap kepalsuannya dan menjaga ajaran Islam itu sendiri. Mereka tetap menjaga keutuhan umat atau pemerintahan Islam secara umum, terutama yang berkaitan dengan eksistensi Islam dan umat Islam. Mereka selalu berusaha keras membina dan menciptakan kekuatan yang meyakini kepemimpinan mereka.
Periode kedua dimulai dengan lembaran kedua dari kehidupan politik Imam Ali Sajjad a.s. hingga Imam Musa Kazhim a.s. Dalam periode ini ada dua hal yang sangat mendasar sebagaimana dipaparkan di bawah ini.
Pertama, berkaitan dengan khilafah palsu. Para Imam a.s. telah melakukan konfrontasi untuk menelanjangi para khalifah yang berusaha membentengi diri melalui dukungan para ahli hadis dan ulama penasihat mereka. Para ulama saat itu memang banyak yang mendukung para khalifah dalam melegitimasi kekuasaannya, walaupun para Imam pada periode pertama telah menyingkapkan kebohongan garis khilafah dan menyadarkan umat atas penyimpangan besar yang dilakukan pucuk pimpinan setelah Nabi Muhammad Saw wafat.
Kedua, berkaitan dengan pembinaan sejumlah orang saleh yang telah memberikan dukungannya kepada para Imam pada periode pertama. Pada periode ini, para imam maksum melakukan konfrontasi dengan memberikan penjelasan akan garis risalah yang telah diamanatkan kepada para Imam Suci. Langkah tersebut tercermin dalam penjelasan dan pengembangan mereka tentang ajaran teoritis Islam dan membina sekelompok ulama atas dasar ajaran Islam yang dikuasai para Imam a.s. untuk menghadapi ajaran yang diciptakan oleh para penasihat penguasa. Selain itu, mereka juga melakukan pelurusan dengan menyingkap kebohongan kelompok yang diciptakan oleh garis khilafah dan lainnya.
Pada periode ini, para Imam mengguncang kepemimpinan yang menyimpang melalui konfrontasi, di antaranya dengan langkah revolusioner untuk menghadapi orang yang menduduki kursi khilafah Rasulullah Saw setelah revolusi Imam Husain a.s.
Adapun periode ketiga dari kehidupan para Imam Ahlulbait dimulai sejak Imam Musa Kazhim dan berakhir pada masa Imam al-Mahdi a.s., setelah mereka membentengi orang-orang saleh dan menggariskan ajaran secara rinci kepada mereka, baik di bidang akidah, etika dan politik pada periode kedua. Tampak bagi para khalifah bahwa kepemimpinan Ahlul Bait telah mengarah pada pengendalian kekuasaan. Sementara masyarakat Islam semakin mengarah pada Islam yang sejati. Inilah yang membuat reaksi keras para khalifah terhadap para Imam. Sikap para imam dalam menghadapi para khalifah berbeda beda sesuai dengan sikap para khalifah terhadap mereka, juga sesuai dengan persoalan yang mereka hadapi.
Adapun sikap para Imam terhadap sekelompok orang saleh yang para imam telah menjelaskan garis lurus kepada mereka adalah dengan memberinya motivasi untuk senantiasa berada dalam keteguhan, ketegaran, dan pengembangan. Dari satu sisi langkah itu dimaksudkan untuk menjaganya dari kehancuran, dan dari sisi lain juga sebagai upaya para Imam dalam memberikan tingkat kecukupan diri kepada mereka.
Para Imam telah memberitahukan bahwa setelah melakukan perlawanan terus menerus terhadap para khalifah, mereka dihadapkan pada berbagai bahaya. Bahkan para khalifah itu tidak akan membiarkan para Imam hidup merdeka, apalagi setelah kepalsuan dan kejahatan para khalifah itu terbongkar. Para khalifah sadar bahwa para Imam Maksum memiliki posisi penting di tengah masyarakat yang menjadikan mereka sebagai pemimpin syar’i bagi umat Islam.
Pembinaan terhadap para fuqaha secara luas semakin tampak jelas dalam upaya mengembalikan masyarakat kepada mereka. Masyarakat dilatih untuk menjadikan para ulama yang sejalan dengan garis Ahlulbait a.s. sebagai tempat rujukan dalam segala persoalan. Hal ini dapat juga dijadikan sebagai persiapan terjadinya kegaiban yang tidak mengetahui hakikatnya kecuali Allah Swt. Berita kegaiban ini pernah disampaikan Rasulullah dan pasti akan terjadi.
Baca: Karakter Perjuangan Dakwah Rasulullah Saw Menegakkan Islam
Melalui perencanaan jangka panjang, para Imam mampu menghadapi berbagai rantai penyimpangan atas kepemimpinan Islam yang ditandai dengan jauhnya umat dari Islam yang benar yang mengakibatkan hancurnya syariat dan runtuhnya ajaran Ilahi secara keseluruhan. Dalam posisi ini, Imam Ali bin Muhammad al-Hadi a.s. telah menunjukkan andil besar dalam periode ketiga dari gerakan Ahlulbait ini. Beliau telah berusaha keras mempersiapkan orang orang saleh untuk memasuki masa kegaiban, dan menjaga garis ini dari tantangan yang terus menerus menggerogoti kemurnian Islam.
*Disarikan dari buku Biografi Imam Ali Hadi a.s. – Tim Alhuda