Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Peri Kehidupan Imam Ali a.s., Teladan Sempurna Sepanjang Masa

Analisis tentang cara hidup Imam Ali a.s. adalag sebagai sebuah teladan. Kehidupan sosial dan politik Imam a.s. berisi teladan yang sempurna sehingga terkadang terasa seperti dongeng. Terkadang, karena begitu uniknya keteguhan beliau dalam menerapkan aturan agama, orang merasa tidak akan mampu mengikuti semua keteladanan beliau dengan ideal. Beliau pernah menyatakan hal itu dalam sebuah suratnya. (Nahj al-Balaghah, surat ke-45)

Bagi mereka yang mengidam­idamkan keimanan, peri kehidupan Imam a.s. bisa dijadikan suri teladan yang sempurna. Setiap saat kita bisa belajar darinya, namun jalan itu seakan-akan tak mampu untuk dilalui. Dalam kata lain, peri kehidupan Imam adalah contoh terbaik sepanjang hidup manusia. Ini adalah teladan seorang manusia sempurna yang masih bisa disebut manusia sekaligus khalifah Allah di atas bumi.

Keluhuran hidup yang dicontohkan beliau mampu membawa para sahabatnya meraih puncak persahabatan tertinggi dan membuat musuhnya mencapai puncak permusuhan tertinggi terhadap beliau. Dalam hal ini, Rasulullah Saw telah menyatakan:Ada dua golongan manusia yang celaka karena dirimu, orang yang keterlaluan dalam kecintaannya padamu dan orang yang keterlaluan membencimu.(Nahj al-Balaghah, khotbah ke-127)

Keteguhan beliau dalam menempuh jalan kebenaran sungguh telah memuncakkan kebencian musuh beliau sehingga menyeretnya ke titik ekstrem kebencian. Namun, kecintaan pada beliau juga bisa mengakibatkan celaan bagi para pecintanya jika kecintaan itu sampai melampaui batas tertinggi kecintaan (sampai ke maqam Ilahiah -penerj).

Kezuhudan Imam a.s. menaungi semua sisi kehidupan beliau. Imam a.s. adalah pribadi paling zuhud yang menampik segala sesuatu (yang bersifat duniawi, dalam Wasail asy-Syiah, disebutkan tentang definisi dunia yaitu segala sesuatu yang tidak dianjurkan oleh agama, harta dan istri misalnya adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap sebagai hal duniawi jika diperoleh dan dimanfaatkan sesuai dengan aturan-aturan agama-penerj.) meskipun beliau adalah orang yang paling pantas untuk memilikinya. Ada sekelompok orang bertanya di hadapan Umar bin Abdul Aziz tentang siapakah orang yang paling zuhud di dunia ini.  Sebagian orang menyebut nama Abu Dzar dan Umar namun Umar bin Abdul Aziz berkata: Tidak ada manusia paling zuhud selain Ali bin Abi Thalib. (Al-Mi’yar wa al Muwazanah, hal. 240)

Baca: Sejarah Ibunda Imam Ali yang Jarang Diketahui

Imam bukan hanya menjadi sahabat orang papa tetapi beliau juga sangat welas asih pada mereka. Beliau terkadang terlihat melakukan salat atau menyampaikan khotbah dengan memakai selembar dan satu-satunya baju miliknya, dalam keadaan basah.

Berulang kali, Imam a.s. mengajarkan kehidupannya yang sederhana sebagaimana disebutkan dalam Nahj al-Balaghah. Ketika mengamati Imam hanya menyantap makanan yang sangat bersahaja, salah seorang pecintanya heran: Anda makan makanan seperti ini padahal Irak adalah surga barang bagus dan makanan? (Al-Mi’yar wa al Muwazanah, hal. 244)

Imam a.s. adalah pribadi utama yang mempraktikkan apa yang diucapkannya. Beliau juga mengamalkan apa yang pernah beliau ucapkan ketika menegur Usman bin Hunaif seperti dicatat dalam Nahj al-Balaghah atau khotbah-khotbah umum beliau mengenai kehidupan dunia ini.

Aswad bin Qais meriwayatkan bahwa Imam Ali a.s. memberi makan orang-orang miskin Kufah di sekitar masjid, sementara beliau sendiri makan di rumahnya sendiri. Salah seorang pengikutnya berkata: Aku merasa penasaran, barangkali di rumahnya, Imam makan makanan yang lebih enak dari yang diberikan beliau pada orang-orang itu. Aku lalu meninggalkan makanan yang sedang kumakan dan membuntuti beliau. Beliau memanggil Fida dan memintanya menyiapkan makanan. Fida datang membawa sepotong roti yang masih bercampur sekam gandum dan susu asam bercampur air. Beliau kemudian mencelupkan keratan roti ke dalam cairan itu. Aku lalu bertanya kepada beliau mengapa beliau tidak memesan roti gandum lembut tanpa sekam. Sambil berlinang air mata, beliau menjawab, ‘Demi Allah, aku sama sekali tidak pernah melihat roti gandum tanpa sekam di rumah Rasulullah Saw.’” (Ansab al-Asyraf, jil. 2, hal.187)

Uqbah bin Alqamah berkisah: Ketika aku menemui Imam, aku melihat di hadapannya ada roti dan segelas susu asam (yoghurt) bercampur air hingga membuatku heran. Aku bertanya apakah beliau memakan makanan ini?

Beliau menjawabku: ‘Wahai Abu Khabub, sungguh makanan Rasulullah lebih bersahaja dari makanan ini dan baju beliau lebih kasar dari bajuku ini? Aku takut, jika aku tidak melakukan seperti apa yang beliau lakukan, aku tidak meneladani beliau.’”

Ketika ada makanan lezat diantarkan kepada beliau, beliau berucap: Aku tidak akan pernah makan makanan yang tidak pernah Rasulullah Saw makan. (Al-Gharat, vol. I, hal.85)

Ini tidak berati bahwa makan makanan yang lebih baik dari makanan beliau adalah hal yang tidak dibolehkan tetapi mengikuti seluruh teladan Rasulullah adalah perbuatan paling utama di sisi Imam.

Kisah lain yang pantas diambil hikmahnya adalah apa yang diceritakan Syekh Anshari. Suatu ketika, Imam menunjuk Amr bin Salamah sebagai gubernur Isfahan. Ketika keluar menuju kota Kufah, perjalanan Amr terhalang oleh keberadaan kaum Khawarij. Beliau terpaksa singgah di kota Hulwan bersama hasil pajak dan hadiah yang dibawanya. Ketika kaum Khawarij sudah pergi, beliau menitipkan hasil pajak itu di Hulwan dan membawa hadiah-hadiah itu ke Kufah. Setibanya di Kufah, Imam menyuruhnya meletakkan hadiah-hadiah itu di pekarangan masjid Kufah dan membagikannya kepada kaum Muslimin. Ummu Kultsum, salah seorang putri Imam, mengutus seseorang menemui Amr untuk meminta madu. Dia lalu memberinya dua kaleng madu. Ketika Imam mendatangi masjid untuk melakukan salat, beliau melihat madu-madu itu kurang dua kaleng. Beliau lalu memanggil Amr dan menanyainya kemana perginya dua kaleng madu itu. Dia menjawab: “Aku tidak bisa menjawab pertanyaan anda.”

Beliau lalu kembali ke rumahnya mengambil dua kaleng madu lalu menggabungnya dengan yang lain. Imam menjawab: Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi pada dua kaleng madu itu.

Baca: Berbagai Keutamaan yang Hanya Dimiliki Imam Ali a.s.

Amr menjawab: Ummu Kultsum minta dikirimi madu itu.

Beliau berkata: Bukankah aku sudah mengatakan untuk membagikannya kepada orang-orang?

Beliau lalu mengutus orang untuk meminta Ummu Kultsum mengembalikan lagi madu itu. Ketika dibawa kembali, madu itu sudah dimakan sedikit. Beliau lalu meminta para pedagang untuk memperkirakan harga madu yang telah dimakan itu. Mereka memperkirakan sekitar tiga dirham. Imam lalu mengutus seseorang untuk meminta Ummu Kultsum mengganti sesuai harganya. Kemudian, madu-madu itu dibagikan kepada kaum Muslim. (Akhbar Ishbahan, vol. I, hal. 72)

Imam pernah menyatakan: Aku adalah orang yang menghinakan dunia ini.

Pernyataan beliau ini terwujud dalam sikap keteguhan beliau menghadapi hidup. Sikap Imam terhadap pribadi-pribadi kepercayaannya adalah dimensi lain kehidupan beliau yang menakjubkan sebagaimana disebutkan dalam sumber-sumber sejarah. Dalam beberapa kesempatan, Imam membimbing orang­orang kepercayaannya dan terkadang juga beliau menegur mereka

melalui beberapa surat yang dikirimkannya.

*Dikutip dari buku Sejarah Para Pemimpin – Rasul Ja’fariyan


No comments

LEAVE A COMMENT