Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Rahasia di Balik Diwajibkannya Salat

Manusia tidak mampu menggapai keseluruhan salat. Namun manusia mampu memahami rahasia-rahasia tersebut sesuai dengan takaran jiwa masing-masing. Beberapa rahasia tersebut ialah:

  1. Menifesta zikir kepada Allah Swt

Salah satu dari rahasia salat yang disebut al-Quran ialah mengingat Tuhan. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat aku. (QS. Thaha [20]:14)

Ruang dalam lembaran ini tidak mencukupi untuk membahas bahwa mengingat Tuhan adalah pemberi ketenangan dalam hati, yang menghidupkan hati, faktor kesempurnaan budi pekerti luhur, pembentang rasa keadilan, peluas kebenaran dan hakikat, penjauh dari kelaliman terhadap hak personal maupun sosial. Agama Islam selalu menginginkan kebahagiaan kaum muslimin dan seluruh umat manusia.

Baca: Cara Menghadirkan Qalbu dalam Salat

Oleh sebab itu, seorang mukmin berkewajiban untuk menjalankan salat lima kali sehari semalam dengan ritual-ritual khusus. Dan dalam waktu-waktu tersebut lima kali “mengingat” Tuhan. Waktu-waktu yang ditentukan untuk menjalankan amalan maknawi ini adalah waktu yang penting dan berpengaruh. Waktu-waktu tersebut yang telah dikhususkan untuk salat, dapat menjadi faktor penjauh manusia dari kelalaian, kealpaan, dan serakah dunia.

  1. Manifestasi persatuan

Salat di waktu yang ditentukan merupakan penampil persatuan dan kesatuan umat besar Islam. Segenap umat Islam di waktu-waktu khusus berdiri menghadap kiblat dengan ritual-ritual mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa. lni merupakan perwujudan dari persatuan yang menyatukan umat Islam dalam tali peribadatan dan hubungan dengan Tuhan.

  1. Faktor pengangkat status

Salat merupakan faktor yang dapat mengangkat jenjang status yang muncul di kalangan pecinta materi. Di saat sekumpulan muslimin-dalam jumlah kecil atau besar­ berdiri dalam salat hilanglah perbedaan sekecil apapun antara orang-orang berpangkat dan orang biasa, yang kaya dan yang miskin. Pada strata sosial apapun, seorang muslim berkewajiban menjalankan salat di waktu-waktu khusus. Dikarenakan salat dilaksanakan dengan berjamaah maka lebih tampak jelas dan gamblang kesetaraan dalam saf-saf jamaah salat. Masyarakat dari berbagai macam kalangan dan suku semuanya berdiri berdampingan tanpa ada pembedaan dalam menyambut panggilan ibadah ini. Merekalah orang-orang yang menyahuti adab peribadatan Tuhan dengan satu suara. Mereka dengan segenap hati merasakan bahwa kedudukan, kekayaan, keselamatan, dan potensi unggul merupakan karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada mereka guna kenyamanan ibadah.

  1. Sumber ketakwaan

Orang yang menjalankan salat sepatutnya menjauhi setiap bentuk dan jenis dosa agar salatnya diterima. Tempat dan pakaian yang dipergunakan dalam salat haruslah halal. Air yang dipakai untuk mandi dan wudu juga harus didapatkan dari harta yang halal. Kewajiban­kewajiban semacam ini menyebabkan seorang muslim penegak salat berhati-hati dalam seluruh perbuatan dan mata pencahariannya. Dia akan berbuat dan bekerja berlandaskan tolak ukur syariat.

Allah Swt berfirman, Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu a/-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan­ perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat­ ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Ankabut [29]:45)

Salat dapat menjauhkan manusia dari dosa, bermakna salat merupakan sebab sempurna dan mencukupi untuk menjauhkan seseorang dari dosa. Yakni, salat memberikan pengaruh kuat pada roh dan jiwa manusia. Dengan ungkapan lain, salat merupakan latihan untuk menjauhi dosa sekaligus menguatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. Mengingat Allah Swt memiliki banyak derajat dan untuk orang-orang yang tidak menjaga diri dari perbuatan dosa maka mengingat Tuhan hanya menjadi mediator ketakwaan, bukan menjadi sebab sempurnanya.

Dengan ungkapan lain, yang dimaksud al-Quran bahwa salat merupakan faktor penjauh dari dosa itu bukanlah setiap orang yang menjalankan salat lantas begitu saja terjaga dari segala dosa. Tetapi, sesungguhnya, salat merupakan faktor pengingat Tuhan dan sebab kesadaran akan posisi Ketuhanan. Dan efek alami dari kesadaran semacam itu adalah munculnya kekuatan taat dan meninggalkan dosa dalam diri manusia. Dengan kondisi tersebut, kita melihat banyak faktor lebih kuat yang bisa memupuskan efek salat karena lemahnya kesadaran terhadap Kepengaturan Tuhan.

Bagaimanapun juga, salat yang hakiki dan sempurna merupakan faktor penghalang dari dosa dan maksiat. Beberapa riwayat dari Rasulullah saw menegaskan hal tersebut. Di antaranya ialah: “Berkenaan orang yang melaksanakan salat bersama beliau namun dia senantiasa melakukan perbuatan buruk, beliau bersabda: ‘satu hari salatnya akan menjauhkannya dari perbuatan buruk. Kemudian waktu tidak berjalan, orang tersebut sudah bertobat”. “Dan berkenaan orang yang siangnya melaksanakan salat tetapi malam hari ia mencuri, beliau bersabda, salatnya akan mencegah dia dari perbuatan ini.

Baca: Salat dan Syafaat

Ringkasnya, jika salat yang dikerjakan adalah salat yang hakiki maka akan memberikan bekas pada orang yang berbuat dosa. Terkadang bekas ini sangatlah berpengaruh dan terkadang hanya sedikit. Setiap kali salatnya lebih mendalam dan sempurna maka akan lebih kuat efek didiknya serta pencegahannya dari dosa.

  1. Berserah diri terhadap ketaatan

Salat memperkuat rasa ketaatan dan kecintaan terhadap kesempurnaan mutlak. Mencintai dan mengikuti berbagai kesempurnaan dan kesempurnaan mutlak merupakan kelebihan tertentu manusia, seperti kelebihan insani lainya. Hal itu membutuhkan latihan dan pembiasaan. Salat merupakan arena pelatihan dan pembiasaan setiap muslim untuk menguatkan jiwanya dalam berserah diri di hadapan setiap kesempurnaan, terlebih lagi kesempurnaan mutlak.

  1. Sebab kebersihan

Seorang muslim yang melaksanakan salat diharuskan membersihkan seluruh badannya dalam beberapa kondisi dan dalam kondisi lain diharuskan memiliki wudu. la juga harus memelihara kebersihan badan dan tempat bersuci dan salatnya. Apabila kebersihan anggota badan, pakaian dan tempat salat, tempat sujud. Juga sebelumnya menjaga sunah-sunah wudu, semisal berkumur, membersihkan hidung dan lainnya, maka bisa menjadi faktor kesehatan dan kebersihan badan.

  1. Perwujudan ikhlas

Syarat diterimanya salat ialah keikhlasan dari orang yang menjalankannya, jauh dari faktor-faktor material yang hina semacam mencari perhatian orang lain atau keuntungan materi (riya’). Yang dimaksud dengan ikhlas ialah faktor pendorong ibadah dan menyembah Tuhan. Yakni, hanya menjalankan taklif llahi atau, yang lebih dari itu, kepatutan Tuhan untuk disembah. Unsur ikhlas dalam diri manusia menyebabkan tumbuhnya spiritualitas ibadah sehingga dalam bentuk satu sifat yang mulia. Kemuliaan ini merupakan permulaan dari banyak kemuliaan moral lainnya. Sebuah komunitas yang hukumnya dikontrol oleh moral, pekerjaannya dilakukan karena Tuhan dan untuk memenuhi kemaslahatan bersama, maka komunitas tersebut akan teliti dalam setiap pekerjaannya melampaui tingkat zahirnya hingga juga memikirkan kesempurnaan batin serta manfaat individual dan sosial.

  1. Faktor keaktifan dan kerajinan

Orang-orang yang menegakkan salat harus menjalankannya dengan tekun dan rajin. Apabila mereka menjalankannya dengan malas maka tidak akan diterima oleh Tuhan. Oleh karena itu, sekalipun salat dilakukan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah Swt, tetapi termasuk dari syarat-syaratnya ialah rajin dan tekun. Seseorang yang dalam lima kali salat menjauhi kemalasan dan keloyoan maka kedisiplinan, keaktifan dan kerajinan akan menjadi gaya hidupnya.

AI-Quran mencela orang-orang munafik karena mereka melaksanakan salat dengan malas, Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. al-Nisa [A]: 142)

  1. Faktor ketekunan dan ketepatan waktu

Seorang yang berdiri menegakkan salat dalam lima waktu yang khusus dan berusaha supaya bisa menjalankannya pada awal waktunya, maka dalam perbuatan lainnya ia juga akan terbiasa dengan disiplin yang teratur. Kitab suci al-Quran menjelaskan, Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. al-Nisa [4]:103)

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang la/ai dari salatnya. (QS. al-Ma’un [107]:4­ 5)

Baca: Keharusan Memperhatikan Salat dan Merasakan Kehadiran Allah

Amirul Mukminin Ali as berkata kepada Muhammad bin Abu Bakar, “Perhatikanlah waktu salat dan dirikanlah salat pada waktunya, janganlah melaksanakannya sebelum waktunya dengan alasan tidak ada pekerjaan dan jangan pula melaksanakannya setelah waktunya dengan alasan banyaknya pekerjaan.”

*Disarikan dari buku Panorama Pemikiran Islam – Ayatullah Jafar Subhani


No comments

LEAVE A COMMENT