Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Salat Malam adalah Senjata Seorang Mukmin

Jika kita menginginkan taufik dan keberhasilan di dunia dan akhirat, mendambakan semangat, kesegaran, kebaikan, dan kebahagiaan, ingin memasuki hati dari pintunya yang paling luas. Maka kita harus berpegang teguh dan meningkatkan salat malam. Kebahagiaan dan kebaikan terletak pada munajat kepada Allah Swt dan merendahkan diri terhadap-Nya.

Riwayat-riwayat yang menegaskan pengertian yang demikian ini banyak sekali, yang mengisyaratkan bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada salat malam yang dipraktikkannya. Diceritakan bahwa Imam Khomeini ra. tidak pernah meninggalkan salat malam selama 50 tahun. Hujatul Islam al-Anshori, salah seorang pengurus kantor Imam Khomeini mengisahkan bahwa beliau terbiasa melaksanakan salat malam meskipun di situasi-situasi sulit, seperti pada saat beliau berada di pesawat yang mengantarkannya dari Prancis menuju Teheran sebelum Revolusi.

Meninjau keutamaan salat malam, dapat kita temukan dalam beberapa ayat Alquran di mana Allah Swt bersumpah dengannya dan dengan waktunya. “Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu.”  (QS. al-Fajr: 1-4)

“Demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (QS. at-Takwir: 17-18)

Baca: Wasiat Jibril tentang Salat Malam

Dalam surah al-Muzammil, Allah Swt memanggil Rasul-Nya dengan mengatakan: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah [untuk sembahyang] di malam hari, kecuali sedikit, [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat [untuk khusuk] dan bacaan di waktu malam itu lebih berkesan.” (QS. al-Muzammil: 1-6)

Ayat yang mulia itu menegaskan dengan jelas bahwa tanggung jawab memikul risalah (agama) adalah tanggung jawab yang berat sekali, yang tidak dapat dilaksanakan tanpa perantara salat malam, bacaan Alquran, dan berbagai hubungan dengan Allah Swt.

Salat dan munajat kepada Allah SWT di pertengahan malam dapat memperkuat iradah (kemauan) manusia, dan menaikkan semangatnya serta dengannya ia mampu mengalahkan nafsu amarah dan juga musuh-musuh luar. Keharmonisan, kesempurnaan, dan semangat tinggi yang kita saksikan (dari para pahlawan Islam), pada hakikatnya kembali kepada salat malam, yang didirikan di tengah-tengah medan pertempuran. Semua kemenangan yang terwujud disebabkan oleh keutamaan munajat dengan Allah Swt, hubungan dengannya, dan salat malam. Jadi, kemenangan-kemenangan dan masa depan jihad tergantung pada muatan spiritual para mujahidin dan kualitas hubungan mereka dengan Allah Swt.

Bentuk hubungan dengan Allah Swt ini di antaranya doa dan salat yang ikhlas. Teriakan-teriakan “Ya Allah”, tawasul dengan para imam yang suci, tawakal kepada Allah Swt, salat malam dan pembacaan doa, semua masalah inilah yang akan menolong kita. Karena semua amal tersebut merupakan senjata yang paling berharga bagi seorang mukmin.

“Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan [dirikanlah pula salat] subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan.” (QS. al-Isra: 78)

Dari ayat yang mulia tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Alquran al-Karim memberikan penilaian istimewa bagi pelaksanaan salat fajar daripada salat-salat lainnya, di mana salat itu disaksikan oleh malaikat-malaikat malam dan malaikat-malaikat siang, bersalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu

“Dan pada sebagian malam hari ke tempat yang terpuji.” (al-Isra: 79)

Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya makhluk yang paling dibenci di sisi Allah ada tiga: Seseorang yang memperbanyak tidur di waktu siang dan tidak pernah melakukan salat malam, seseorang yang banyak makan dan tidak membaca basmalah pada saat melahap makanannya, dan seseorang yang banyak tertawa yang tidak sepantasnya.” (Kanzul ‘Ummal, hadis ke-2143)

Imam al-Baqir a.s. meriwayatkan bahwa Nabi Musa a.s. berkata: “Ya Rabbi, siapakah di antara hamba-Mu yang paling Engkau benci?”

Baca: Tuntunan Salat Malam

Allah Swt menjawab: “Orang yang menjadi bangkai di waktu malam dan pengangguran di waktu siang.” (Biharul Anwar, juz 76, hal. 180)

Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menghabiskan malamnya sampai pagi dalam keadaan tidur, dan tidak mengkhususkan waktunya sedikit pun untuk ibadah dan salat, maka ia di alam malakut dianggap sebagai binatang mati yang berbau busuk. Dan sungguh manusia berbuat lalim jika sampai menyia-nyiakan waktunya yang berharga di dalamnya dengan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat terlebih lagi dengan kemaksiatan.

*Disarikan dari buku Menelusuri Makna Jihad – Ayatullah Husain Mazhahiri

No comments

LEAVE A COMMENT