Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Selamat Atas Kelahiran Almasih

Mengucapkan selamat atas hari kelahiran seseorang, apalagi manusia agung, tak perlu tanggal khusus atau tanggal yang sesuai tanggal kelahirannya. Tapi, bersama-sama merayakannya tentu lebih bergaung.

Nabi SAW dirayakan kelahirannya alias maulidan setiap saat. Merayakan kelahirannya adalah cara beradab dalam berterima kasih atas anugerah petunjuk yang disebarkannya.

Berterima kasih atas anugerah hidayah berarti mencintai ajaran-ajarannya. Mencintai ajaran-ajarannya berarti berkehendak menerapkannya.

Baca: Imam Khomeini dan Christmas

Dalam al-Quran, ada ayat yang memuat ucapan selamat kepada Isa pada hari dilahirkan, hari wafat, dan hari kebangkitannya. “Salam atasnya pada hari dilahirkan, hari wafat, dan hari dibangkitkannya dalam keadaan hidup.” (QS. Maryam:15)

Bisakah semua rakyat Indonesia bergembira karena alasan yang sama, yaitu merayakan kelahiran Almasih? Diperlukan sebuah analisis yang ‘agak’ berani sekaligus argumentatif tanpa mengurangi secuil pun keyakinan masing-masing.

Muhammad, Almasih, dan para nabi telah membawa ajaran cinta, cinta Allah, cinta tetangga, serta cinta kepada makhluk-makhluk-Nya yang terkecil sekalipun. Dalam teks-teks non-Kristen, diriwayatkan Almasih memberi makanan kepada makhluk-makhluk di laut.

Baca: Nabi Isa a.s. dan Natal

Dalam al-Qur’an, terdapat sebuah ayat yang menggambarkan penghormatan yang begitu tinggi kepada Maryam al-Adzra’ (Perawan Suci Bunda Maria) dan menganugerahi Almasih gelar “Kalimat Allah”. “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah memberikan kepadamu kabar gembira tentang sebuah Kalimah dari-Nya, namanya al-Masih putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan salah seorang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Ali Imran:45)

Tentu saja penafsiran mengenai logos dalam teologi Kristen berbeda dengan penafsiran kalimah oleh ulama Islam. Bagi umat Muslim, kalimah adalah makhluk, dan bahkan merupakan prinsip kreatif karena ia berada dalam ucapan Allah dari kata “Jadi! Maka jadilah ia”.

Al-Qur’an menyebut Kristus sebagai “Kalimat Allah” tidak untuk mendewakannya atau menganggapnya bersifat ketuhanan (divine), tetapi untuk menegaskan statusnya sebagai nabi. Karena kenabiannya, Almasih menjadi “firman Tuhan” karena ruhnya dibersihkan sedemikian rupa sehingga menjadi cermin untuk mengenal Tuhan.

Al-Qur’an juga menyebutnya sebagai “Ruh Allah”. “Sesungguhnya Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya dan Ruh-Nya.” (QS. An-Nisa: 171). Kata “Ruh dari-Nya” memberi signifikansi pengertian universal bahwa poros moral Kristen dan Islam itu sama.

Baca: Beberapa Ketentuan Fikih Seputar Natal

Menurut Legenhausen dalam pengantar The Gospel of Ali, para penulis Kristen cenderung menitikberatkan teologinya pada fungsi Almasih sebagai juru selamat. Ini tampaknya tidak memiliki tempat di dalam Islam. Umat Islam menerima Almasih sebagai juru selamat bukan karena ke-Almasihannya namun karena fungsi kenabian sebagai penyelamat manusia dari malapetaka dosa melalui pewartaan pesan petunjuk Allah, bukan melalui penebusan dan penyaliban.

Di lain pihak, para kristolog Muslim cenderung menghasilkan karya-karya polemik mereka sendiri-sendiri. Mereka berupaya menunjukkan berapa banyak teks di dalam Injil yang bersesuaian dengan pandangan Islam mengenai Kristus sebagai seorang nabi ketimbang sebagai pribadi ber-”trinitas”. Misalnya, ini ditunjukkan dalam “Was Jesus Crucified?” karya Ahmed Deedad (1992). Inilah deadlock yang dapat memperuncing kecurigaan.

Karena itulah diperlukan sebuah terobosan baru untuk menghindari kebuntuan ini. Mungkin salah satu cara terbaik bagi umat Kristen untuk dapat berdialog dengan umat Islam adalah ‘mengintip’ teks-teks Islam tentang profil Yesus, terutama dalam al-Qur’an dan hadis.

Wawasan mendalam mengenai perbedaan antara Islam dan agama lainnya, termasuk Kristen, dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Frithjof Schuon yang menghadirkan permulaan Kristolgi sejati perspektif Sufi dalam Islam dan filsafat perenial. Juga dalam The Muslim Jesus: Sayings and Stories in Islamic Literature, Tarif Khalidi telah mengumpulkan referensi-referensi Islam tentang Almasih dari abad kedelapan sampai delapan belas, termasuk karya-karya mistik, teks-teks historis tentang para nabi dan orang-orang suci (wali), dan berbagai seleksi dari hadis dan al-Qur’an.

Baca: Isa Al-Masih akan Turun dan Shalat di Belakang Imam Mahdi (af)

Tulisan-tulisan tersebut membentuk suatu pola besar mengenai teks-teks yang berhubungan dengan Yesus dalam literatur non-Kristen. Dengan paradigma ini, mungkin perayaan Natal bisa dipandang secara lebih universal, bukan hanya hari raya kelahiran Almasih dari perspektif teologi Kristen.

Selamat atas kelahiran Almasih.[]

No comments

LEAVE A COMMENT