Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Seruan Imam Ali Khamenei pada Musim Haji 1441 H

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Pengatur alam semesta. Semoga Allah melimpahkan selawat bagi Nabi Muhammad, keluarga sucinya, sahabat pilihannya dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai Hari Kebangkitan.

Musim haji, yang senantiasa menjadi musim kesadaran akan kemuliaan, keagungan dan kejayaan dunia Islam, namun tahun ini surut ke belakang sebab kesedihan dan kekecewaan kaum Mukminin.

Kali ini, kesadaran itu diuji dengan keterasingan dan kelemahan para perindu. Jejiwa merasakan muram akibat sepinya Ka’bah. Ungkapan Labbayk orang-orang yang absen telah bercampur dengan tangisan dan rintihan.

Pembatasan ini memang cukup singkat, dengan kekuasaan dan kekuatan Allah, tidak akan berlangsung lama. Namun ia menjadi pelajaran berharga atas nikmat haji yang terus menerus menjadi peringatan bagi kita dari kelalaian.

Baca: Fikih Haji dan Umrah Menurut Mazhab Ahlulbait

Tahun ini, kita harus menyadari dan bertafakur lebih banyak dari waktu sebelumnya tentang rahasia keagungan dan kekuatan umat Islam; dalam hal kesatupaduan yang menyeluruh di antara keragaman kaum Mukminin saat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan pusara Baqi’.

Haji itu kewajiban yang tiada bandingannya. Ia bagaikan bunga bertangkai seratus di antara seluruh kewajiban dalam Islam. Ia dapat dikatakan sebagai ibadah yang merangkum seluruh aspek agama yang penting; individu dan sosial; horizontal dan vertikal; sejarah dan global yang dapat dipetik hikmahnya. Di dalamnya terdapat spiritualitas, tetapi tanpa eksklusifitas, kesendirian dan pengasingan diri. Di dalamnya ada kesatupaduan, tetapi jauh dari konflik, kepalsuan dan menyimpan keburukan.

Pada satu sisi, ada dimensi spiritualitas dalam munajat, permohonan dan mengingat Allah. Namun di sisi lain, ada ikatan kesenangan dan komunikasi antar manusia.

Haji dipandang erat kaitannya dengan sejarah Nabi Ibrahim, Ismail, Siti Hajar dan Rasulullah Saw saat membuka Masjidil Haram dengan kemenangan berlimpahnya kaum Muslimin pada periode awal Islam.

Baca: Berziarah ke Karbala Lebih Utama dari Berhaji ke Makkah?

Dengan kacamata lain, haji dipandang sebagai berkumpulnya kaum Mukminin yang semasa agar dapat menjadi kekuatan bahu-membahu dan mencari suaka pada tali Allah secara massal.

Tadabur dan tafakur pada fenomena haji akan membuat para jemaah haji mencapai keyakinan absolut bahwa sebagian besar tujuan agama bagi kemanusiaan itu tidaklah tercapai tanpa kolaborasi, kerja sama dan empati antar sesama masyarakat religius. Dengan munculnya empati dan kerja sama ini niscaya tipu daya musuh tidak akan membawa pengaruh penting di jalan ini.

Haji merupakan manuver kekuatan dalam menghadapi kaum tiran, sumber kerusakan, penindasan dan pembantaian kaum lemah.

Hari ini, jasad dan moral umat Islam tengah tercabik dan terluka akibat ulah dan kebusukan mereka.

Haji itu momentum pertunjukan kekuatan keras dan lunak umat Islam. Ini sifat alami, semangat dan sala satu tujuan terpenting haji. Inilah yang disebut oleh almarhum Imam Khomeini q.s. sebagai Haji Ibrahimi. Ini pula yang dapat menjadi solusi atas aneka persoalan besar yang dihadapi dunia Islam bila diterima dengan tulus oleh para pemangku urusan haji yang menyebut diri mereka sebagai Pelayan Tanah Suci, lalu mereka memilih rida Allah sebagai ganti rida pemerintahan Amerika.

Kepentingan yang wajib bagi umat Islam hari ini ialah persatuan Islam, bahkan lebih wajib dari sebelumnya; yaitu, suatu persatuan yang membentuk kekuatan yang utuh dalam menghadapi ancaman dan permusuhan; yang meneriakkan secara lantang di hadapan setan nyata: Amerika sang agresor, dan jongosnya Zionis Israel. Sehingga umat dapat membusungkan dadanya dengan keberanian di hadapan para tiran.

Baca: Infografis: Debat antara Yahya bin Aktsam dan Imam Muhammad al-Jawad a.s.

Inilah kandungan perkara Allah Swt saat berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpegangteguhlah kalian semua pada tali Allah dan janganlah kalian bercerai-berai.. (Q.S. Alu ‘Imrān [3]:103)

Alquran memperkenalkan umat Islam pada bingkai:

أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang terhadap sesama mereka. (Q.S. al-Hujurāt [48]:29)

Lalu menuntut dari itu pelaksanaan kewajiban berupa:
1.

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا
Dan janganlah kalian cenderung kepada para penindas.. (Q.S. Hūd [11]:113)

2.

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. (Q.S. an-Nisā [4]:141)

3.

فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
Maka perangilah pemimpin-pemimpin kekafiran itu. (Q.S. at-Tawbah [9]:12)

4.

لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
Janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia. (Q.S. al-Mumtahanah [60]:1)

Untuk menentukan batasan musuh, Allah memberikan kriteria:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. (Q.S. al-Mumtahanah [60]:8)

Semua ini merupakan perkara penting yang tidak boleh luput dari nilai dan sistem pemikiran kita sebagai umat Islam.

Baca: Melepas Belenggu Neraka

Hari ini, lebih dari waktu sebelumnya, transformasi mendasar ini harus menjadi pijakan umat dan para cendekiawan yang bergelora hatinya dalam memikirkan perbaikan. Kebangkitan Islam hari ini bermakna titik fokus para cendekiawan dan pemuda Muslimin pada pencapaian pengetahuan dan semangat mereka yang tidak dapat dimungkiri.

Hari ini, Liberalisme dan Komunisme yang lahir dari peradaban Barat sejak satu setengah abad lalu telah menyingkap kelemahannya.‌ Sistem itu meruntuhkan salah satu sistem lain. Sementara sistem yang dibangun di atasnya sedang mengalami krisis yang mendalam juga.‌ Keduanya sedang berlomba dalam keruntuhan.

Hari ini, bukan hanya pola budaya Barat yang sedang mengalami krisis tetapi juga pola politik dan ekonomi. Artinya, demokrasi yang berdiri di atas kapital pembeda kelas, mulai menunjukkan tidak berfungsi sekaligus korup.

Hari ini, banyak kaum cendekiawan di dunia Islam yang bersepakat bahwa seluruh klaim pengetahuan dan peradaban Barat akan tergantikan oleh sistem Islam. Bahkan sebagian pemikir Barat, yang semula tertipu dengan Liberalisme sebagai puncak sejarah, kini terpaksa menarik kembali klaim mereka dan mengakui kegagalan teori dan praktik mereka.

Sejatinya kita menyaksikan jalan-jalan di Amerika dan perlakuan para pejabat negara di Amerika terhadap bangsa mereka menunjukkan adanya disparitas mendalam di negeri itu. Sungguh kehinaan dan kepandiran orang-orang yang memilih pemerintahan di negeri itu. Sikap rasis terkuak di sana dan kebengisan perwira saat menyiksa orang tak bersalah di jalanan di hadapan umum secara berdarah dingin menyingkap krisis moral dan sosial yang teramat dalam pada peradaban Barat. Ini juga menunjukkan guncangan dan kepalsuan falsafah politik dan ekonomi mereka.

Perlakuan Amerika terhadap negara-negara lemah tercermin pada perlakuan perwira polisi atas leher pria “berkulit hitam” tak bersenjata.

Negara-negara Barat lainnya dengan kadar kemampuan mereka juga contoh dari bencana ini.

Sejatinya Haji Ibrahimik fenomena agung bagi Islam terhadap jahiliah modern ini. Inilah seruan Islam dan pertunjukan simbolis kehidupan sosial Islam; suatu masyarakat yang di dalamnya kaum Mukminin hidup dalam gerak dinamis dengan poros tauhid sebagai indikator tertinggi.

Baca: SafinahQuote: Haji Islam berasaskan Tauhid

Sejatinya, sikap menghindarkan diri dari pertengkaran, perselisihan, pembeda-bedaan kelas, aristokrasi, korupsi dan kekotoran merupakan syarat utama. Melempari setan (jamrah), berlepas diri dari kaum Musyrikin, bergaul dengan orang-orang sederhana, membantu kaum miskin, dan mengelu-elukan ritual keimanan merupakan kewajiban mendasar.

Demikian pula halnya mewujudkan kepentingan umum satu sama lainnya sambil mengingat Allah, mensyukuri-Nya dan menyembah-Nya merupakan tujuan puncak.

Gambaran umum masyarakat Islam ini terdapat pada ritual Haji Ibrahimik. Membandingkannya dengan realita masyarakat Barat yang banyak klaim itu niscaya memompa semangat pada hati setiap Muslim untuk terus berupaya mewujudkan masyarakat Islami.

Kami sebagai bangsa Iran, dengan bimbingan dan kepemimpinan Imam Khomeini, telah bergerak dengan semangat ini dan berhasil. Kami tidak hendak mengklaim bahwa kami mampu mewujudkan segala sesuatu yang kami ketahui dan kami cintai sekaligus. Tetapi kami hendak mengklaim bahwa kami telah menempuh periode yang panjang. Kami telah menepis segala rintangan dan sanksi dalam jalan ini.

Dengan kepercayaan diri dan janji-janji Alquran, langkah kami semakin mantap. Sejatinya setan besar dan pencoleng abad ini, yaitu rezim Amerika, tidak akan mampu menakut-nakuti kami, mengalahkan kami secara paksa, tipu daya, atau berdiri di hadapan kemajuan materil dan moril kami.

Kami memandang seluruh bangsa-bangsa Muslim sebagai saudara kami. Kami bergaul dengan baik dan proporsional kepada negara-negara non-Muslim yang tidak memasuki kancah permusuhan. Kami memandang kesedihan dan penderitaan masyarakat Muslim sebagai penderitaan kami. Kami berupaya untuk mengatasi hal itu. Kami berupaya semaksimalnya untuk senantiasa membantu Palestina yang tertindas; berempati terhadap tubuh Yaman yang terluka; dan aneka duka kaum Muslimin yang tertindas di seluruh dunia.

Kami memandang bahwa salah satu kewajiban kami ialah menyampaikan nasihat kepada para pemimpin sebagian negara-negara Islam. Kepada para pejabat yang mencari suaka kepada naungan musuh ketimbang memperhatikan kesusahan kaum Muslimin.

Mereka merendahkan diri mereka kepada musuh sehingga menguasai mereka demi meraih kepentingan sesaat. Mereka merendahkan kehormatan dan kedaulatan bangsa mereka secara terang-terangan.

Merekalah yang senang atas langgengnya rezim Zionis sang perampas yang kejam. Mereka mengulurkan tangan persahabatan secara rahasia dan terang-terangan terhadapnya.

Kami menasihati dan memperingatkan mereka tentang akibat pahit yang mereka tempuh. Kami memandang bahwa hadirnya Amerika di kawasan Asia Barat membahayakan bangsa-bangsa di wilayah itu yang mengakibatkan hilangnya rasa aman dan kerusakan negeri-negeri tersebut.

Terkait tindakan Amerika yang terkini dan gerakan permusuhan rasis di sana, maka sikap kami jelas berpihak pada bangsa itu dan mengecam tindakan keji pemerintahan rasis di negeri tersebut.

Sebagai penutup, salam dan selawat atas Imam Mahdi -jiwa kita tebusan baginya-, saya sampaikan juga kepada almarhum Imam Khomeini, dan penghormatan terhadap jejiwa para martir yang suci. Saya memohon kepada Allah Swt agar haji membawa kedamaian dan keberkahan bagi umat Islam di masa mendatang dalam waktu dekat.

Semoga keselamatan atas para hamba Allah yang saleh.

Sayid Ali Khamenei, 28 Juli 2020

No comments

LEAVE A COMMENT