Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Syiah dalam Perjalanan Sejarah (Bag.1)

Para sejarawan dan peneliti telah menyatakan pelbagai pandangan yang berbeda-beda berkenaan dengan kelahiran Syiah dan kemunculan pertamanya di panggung sejarah. Ahli-ahli lain juga mencoba mengevaluasinya, mendekatinya dari sudut pandang sesuai dengan ideologi dan intelektual mereka. Sebagian percaya bahwa Syiah lahir setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw, dan ia menampakkan jati dirinya ketika para sahabatnya merencanakan pemilihan bagi pengganti beliau.

Karena itu sejarawan Ya’qubi menulis: “Beberapa orang Anshar dan Muhajirin menolak untuk berbaiat setia kepada Abu Bakar, mereka cenderung untuk memberikan baiatnya kepada Ali bin Abi Thalib a.s. Abbas bin Abdul Muthalib, Fadhl bin Abbas, Zubair, Khalid bin Sa’id, Miqdad, Salman, Abu Dzar, Ammar, al-Barra’, Ubai bin Ka’ab adalah termasuk anggota kelompok ini.” (AI-Ya’qubi, at-Tarikh, Vol. II, hal. 114)

Al-Mas’udi, salah seorang sejarawan terkemuka juga menuliskan: “Salman al-Farisi adalah Syiah mulai sejak pertama, dan Ammar  bin Yasir dikenal sebagai Syiah sepanjang hidupnya. Ketika Usman terpilih sebagai khalifah, ia menyatakan (kepada Abu Dzar) ‘Ini bukan pertama kali kamu menolak kekhalifahan kepada orang yang berhak atas jabatan itu!’. Abu Dzar juga merupakan tokoh utama pendukung Syiah. (Al-Masudi, Muruj az-Zahab)

Baca: Rasionalisme Mazhab Syiah

Kelompok ulama lain menempatkan kelahiran Syiah pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib a.s., sementara kelompok yang lain menyatakan bahwa ia mulai menampakkan akarnya menjelang akhir kekhalifahan Usman. Kelompok yang lain lagi beranggapan bahwa Imam al-Baqir adalah pendiri Syiah. Sebagian orang kembali beranggapan bahwa Syiah lahir sebagai dampak keinginan melakukan balas dendam oleh orang-orang Iran, sehingga kemunculannya dianggap mempunyai warna politik yang sangat kental.

Kemudian ada orang-orang yang beranggapan bahwa Syiah adalah rangkaian fenomena dalam masyarakat dan sejarah Islam tanpa ada maksud atau substansi tertentu. Mereka beranggapan bahwa Syiah telah meluas secara beragam sebagai dampak perkembangan sosial dan politik tertentu mengalami kemajuan sampai pada titik relatif sejarah Islam. Bahkan ada sekelompok orang yang menegaskan bahwa kelompok umat Islam (Syiah) ini merupakan rekayasa yang dilakukan seorang tokoh imajiner (fiktif) bernama Abdullah bin Saba, dengan mendasarkan pada asumsi ini seluruh keputusan dan kesimpulan mereka berkenaan dengan Syiah mengarahkan pada sebuah kesimpulan bahwa Syiah tak lebih daripada sebuah anomali (sesuatu yang cacat).

Teori-teori seperti tidak menghasilkan apa-apa kecuali fitnah yang besar. Teori yang dilakukan untuk menyembunyikan kebenaran; atau kesimpulan yang paling jujur adalah bahwa mereka tidak mengetahui secara komprehensif budaya Syiah yang sesungguhnya dan kekayaan warisannya.

Dr. Taha Husain, salah seorang tokoh ulama Mesir dan termasuk pengikut Ahlussunah menulis: “Fakta bahwa para sejarawan tidak menyebutkan kehadiran Ibnu as-Sauda -julukan lain Abdullah bin Saba-dalam Perang Shiffin bersama para pengikutnya setidaknya membuktikan bahwa seluruh gagasan tentang kelompok yang dipimpinnya (dipimpin Abdullah bin Saba) adalah sebuah pemikiran yang sama sekali tidak berdasar. Ini merupakan sebuah tuduhan yang bergulir bersama waktu ketika konflik antara Syiah dan kelompok Islam lain memuncak.

Baca: Fakta tentang Eksistensi Mazhab Syiah

Demi menegaskan permusuhan mereka, musuh-musuh Syiah mencoba untuk memasukkan seorang tokoh Yahudi itu ke dalam asal­usul Syiah. Seharusnya, kalau saja kisah Abdullah bin Saba punya landasan kebenaran dalam sejarah, maka kelicikan dan rekayasanya pasti akan muncul ketika terjadi Perang Shiffin. Saya hanya bisa memikirkan satu alasan mengapa namanya tidak terkait dalam perang itu: bahwa ia sepenuhnya hanya satu tokoh fiktif yang direkayasa oleh musuh-musuh Syiah demi menghancurkan reputasi mereka.” (Thaha Husain, al-Fitnah al-Kubra, Vol. II, hal. 90)

Ini sama halnya dengan apa yang ditulis oleh Dr. Ali al-Wardi Profesor Sejarah di Universitas Baghdad: “Apakah Abdullah bin Saba benar-benar eksis atau ia hanya sosok imajiner? Bagi mereka yang hendak mengkaji sejarah sosial Islam dan menarik kesimpulan yang layak, ini adalah suatu pertanyaan yang sangat penting. Dinyatakan bahwa Abdullah bin Saba adalah pribadi yang selalu menebarkan hasutan, namun orang itu sama sekali tidak pernah ada. Seluruh sejarah telah mengindikasikan klaim yang dibuat oleh orang-orang Quraisy pada permulaan misi Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau menerima ajaran-ajarannya dari seorang budak Kristen yang bernama Jabir, dan mendasarkan dakwah-dakwahnya alas instruksi yang ia terima dari Jabir.” (Dr. Haikal, Hayat Muhammad, hal. 136)

Bersambung…


No comments

LEAVE A COMMENT