Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Untaian Nasihat Spiritual Imam Khomeini (3-Tamat)

Mungkin banyak yang belum mengenal sosok almarhum Imam Khomeini. Khususnya masyarakat Indonesia yang terbiasa menerima informasi salah dan fitnah tentang sosok Imam Khomeini dari kelompok tertentu.

Pemimpin Revolusi Islam di Iran ini banyak memberikan nasihat spiritual kepada murid-muridnya. Berikut ini adalah bagian akhir dari Untaian Nasihat Spiritual Imam Khomeini yang dikutip dari Majalah Afagh terbitan Teheran.

Berserah Diri kepada Kebenaran

Di dunia ini, kalian sedang meniti jalan spiritual. Berbagai fase atau tingkatan spiritualitas itu kalian jalani. Pada tiap fasenya, kalian menemui berbagai kebenaran baru. Jika dalam perjalanan spiritual itu kalian memang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemukan penunjuk jalan, maka ketika sudah menemukan kebenaran tersebut, kalian harus berserah diri, mengikuti, dan menaatinya.

Berserah diri terhadap kebenaran baru yang kalian temukan termasuk tantangan terberat yang harus dilalui. Siapa saja yang menyerahkan diri kepada Allah dan utusan-Nya serta menaatinya sepenuh hati, maka ia dengan cepat akan sampai ke tempat tujuan. (Baca: Jangan Pernah Merasa Punya Jasa kepada Agama)

Sikap berserah diri ini juga sebenarnya harus kalian tunjukkan dalam setiap dimensi kehidupan. Ketika sudah sampai hujjah kepada kalian atas kebenaran sesuatu, ikutilah hal itu, meskipun beberapa detailnya kalian ragukan, atau kalian benci. Yakinlah bahwa setiap ajaran agama pastilah ujungnya adalah kebaikan dan kebahagiaan hakiki.

Selama kalian masih terus memelihara sikap pembangkangan terhadap kebenaran, kalian tidak akan mungkin beranjak dari posisi spiritual yang rendah. Jika demikian, kapan kalian akan bergabung dengan kafilah spiritual para kekasih Tuhan?

Kendalikan Amarahmu

Semua manusia memiliki sifat amarah dalam dirinya. Kemarahan bisa menjadi hal yang baik, tapi bisa juga menjadi hal yang buruk. Intinya ada pada pengendalian. Tanpa adanya pengendalian, amarah akan seperti kuda liar yang hanya akan menimpakan bencana kepada pengendaranya.

Dalam kehidupan sehari-hari, atau dalam sejarah yang telah berlalu, kita sudah banyak menyaksikan bagaimana kemarahan telah menjadi penyebab penderitaan dan kehancuran. Cukup banyak contoh orang yang menderita dan hancur karena kemarahan yang ada pada dirinya; karena sifat marah yang tidak coba ia kendalikan. Namun, ketahuilah bahwa lebih banyak dari itu adalah orang yang keluar dari agama Allah hanya karena marah. (Baca: Menciptakan Suasana Surgawi di Rumah)

Karena itu, kendalikan amarahmu. Tetaplah berpikir jernih sebelum bertindak atau berkata.

Berputus Asa adalah Jebakan Iblis

Iblis punya sejumlah rangkaian jebakan buat manusia. Satu persatu jebakan itu disodorkan. Salah satu jebakan pertama adalah penanaman sifat sombong. Ada manusia yang gagal melewati jebakan ini, tapi ada juga yang berhasil. Bagi yang berhasil melewati jebakan ini, iblis lalu menyodorkan jebakan kedua, yaitu sifat putus asa. Iblis akan menyeret manusia ke dalam keputusasaan dari rahmat Allah sampai orang itu punya keyakinan dalam hatinya bahwa keburukan yang ada pada dirinya sudah menjadi keterlanjuran, dan tidak mungkin baginya untuk menjadi orang baik.

Ketahuilah bahwa putus asa bersumber dari setan, sementara harapan bersumber dari Allah. Maka, senantiasa berharaplah kepada Allah. Sebanyak apa pun dosa dan kesalahan yang telah engkau lakukan, tetap masih lebih luas ampunan dan rahmat Allah.

Perhatikanlah beberapa perilaku kalian sehari-hari. Ada beberapa kebiasaan yang kalian sendiri menilainya sebagai perilaku buruk, akan tetapi tetap saja kalian lakukan. Terkadang, alasan yang muncul adalah: Itu sudah terlanjur menjadi kebiasaan, dan aku tidak bisa mengubahnya. (Baca: Kisah Sepasang Pengantin)

Jika kalian punya pemikiran seperti itu, ketahuilah bahwa pemikiran itu datangnya dari setan. Lawanlah, karena setan adalah musuh kalian, dan setan tak pernah menghendaki kebaikan kalian.

Berdoa Terus kepada Allah

Jangan pernah meremehkan doa. Terlepas dari apakah doa kita nantinya akan dikabulkan atau tidak (walaupun banyak dalil yang menyatakan secara jelas bahwa doa itu pasti akan diijabah oleh Allah), yang pasti doa adalah simbol penghambaan. Karena itu, Allah sangat menyukai para pendoa. Sebaliknya, orang yang lalai berdoa digolongkan ke dalam kelompok orang yang sombong dan diancam dengan nyala api neraka abadi.

Berdoalah terus kepada Allah, karena doa sering menjadi satu-satunya senjata bagi seorang hamba, khususnya para pecinta Ahlul Bait Nabi. Ingatlah bahwa menjadi pengikut Ahlul Bait merupakan kontrak yang seseorang harus siap dengan beragam godaan dan cobaan. Untuk menghadapi cobaan itu, senjata yang sangat berharga adalah hubungan dengan Allah melalui sarana doa. (Baca: Doa Imam Ja’far as-Shadiq as. di Pagi dan Sore Hari)

Syukuri Nikmat-nikmat Tuhan

Ketahuilah bahwa mensyukuri nikmat Allah, baik nikmat lahir maupun nikmat batin, adalah salah satu dari tugas penghambaan. Ini artinya, bersyukur harus dilakukan oleh setiap orang sesuai dengan kemampuannya, meskipun pada akhirnya tidak ada satu makhluk pun yang bisa melakukannya secara sempurna.

Lembutkan Hati, Tebarkan Kasih Sayang

Pada dasarnya, manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Allah bahkan membekalinya dengan sejumlah pengetahuan tentang kebenaran dan kebaikan. Karena itu, sebenarnya tidak perlu ada kesulitan sama sekali untuk menarik hati masyarakat kepada kebaikan serta menahan mereka dari perbuatan jahat, bila hal itu dilakukan dengan kelembutan, kasih sayang, dan rasa persaudaraan. Bila dalam urusan-urusan duniawi diperlukan kelembutan dan rasa persaudaraan, maka dalam urusan agama pun, senjata yang diperlukan adalah hal yang sama.

Akan tetapi, bersifat lemah lembut bukan berarti lemah hati. Dalam menghadapi kemungkaran yang sudah keluar dari batasnya, kita harus bersifat tegas. Dalam menghadapi ujian dan musibah, kita juga tidak boleh cengeng meratapi segalanya. Kita harus bersikap tegar dan gigih.[*]

(Dikutip dari rubrik Pesan Spiritual, Buletin Al-Wilayah, edisi 04 September 2016/Dzulhijjah 1437)

Baca: Tauhid dalam Penjelasan Imam Khomeini (1)

 

No comments

LEAVE A COMMENT