Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

10 Kemuliaan Sayyidah Zainab as (1)

Di pagi yang cerah, sinar matahari terlihat indah, berkilau di permukaan sungai yang aku lalui. Tiba-tiba langkahku terhenti mendengar teriakan, “Sayyidah Zainab…” Suara teriakan itu berasal dari Musholla yang berada tidak jauh dari sungai. Aku segera menuju ke sana.

Sesampainya di sana, aku melihat adik-adik sedang berlatih drama persiapan untuk acara peringatan arba’in (hari ke40) kesyahidan Imam Husein as.

Terlihat disana mereka benar-benar menghayati adegan yang akan mereka peragakan bahkan terlihat salah satu dari mereka menangis ketika mendengar narasi  sedih yang dibacakan.

Setelah selesai latihan, aku mendekati mereka dan berkata: Masya Allah, luar biasa…

Salah satu dari mereka berkata: Drama ini kami hadiahkan untuk Sayyidah Zainab as.

Mendengar hal itu aku bertanya kepada mereka, apakah adik-adik mengenal Sayyidah Zainab as?

Beliau adalah saudari Imam Husein as yang menyaksikan tragedi duka di Karbala, jawab salah satu dari mereka. (Baca: Akhlak Mulia Para Ksatria Karbala – 1)

Adik- adik ingin tahu lebih banyak tentang beliau?

Sayidah Zainab, putri Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah Zahra as. Lahir pada 5 Jumadil Ula tahun ke 5 atau 6 Hijriah di Madinah. Ibunda tercintanya wafat saat beliau berusia 5 tahun. Sejak masa kanak-kanak sudah merasakan penderitaan dan kesedihan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan: Ketika Sayyidah Fathimah as wafat, Imam Ali as sangat berduka sehingga beliau tidak ingin beranjak dari pusara istri tercintanya. Namun di alam mukasyafah Sayyidah Fathimah as meminta beliau untuk pulang menemani putri kecilnya, Zainab as.

Perilaku Sayyidah Zainab sepeninggal Ibundanya sering kali membuat Imam Ali as menangis. Karena kerinduannya kepada sang Bunda, Zainab kecil memakai pakaian ibundanya, shalat dengan mukena beliau, namun beliau tetap tegar dan senantiasa membantu ayahnya menggantikan posisi Ibunya. (Baca: Arba’in, Buah Manis Perjuangan Karbala)

Duka tak ada henti. Musibah demi musibah terus mendatangi. Menjadi saksi syahidnya kedua orang tua terkasih, kedua kakak tercintanya (Imam Hasan dan Imam Husein as) dan putera-puteranya yang pemberani (Muhammad dan Aun). Beliau juga merasakan getirnya menjadi tawanan.

Adik-adik coba bayangkan jika hal itu menimpa kita? Apakah kita bisa sabar dan tegar seperti Sayyidah Zainab as?

Untuk mengenal lebih jauh tentang beliau, kakak akan menyebutkan 10 hal yang membuat beliau mulia:

1- Hiasan Sang Ayah (Zain + Ab)

Imam Ali dan Fatimah Zahra as menyerahkan penamaan puteri mereka kepada Rasul saw. Saat itu Nabi saw dalam perjalanan. Ketika kembali dan mendengar kelahiran cucu perempuannya yang baru lahir, Beliau saw langsung menuju ke rumah Imam Ali. Nabi saw menimang dan menciumnya. Kemudian memilihkan nama Zainab (Zain, yaitu hiasan + ab, yaitu ayah). (Baca: Metode Dakwah Keluarga Imam Husain A.S.)

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa beliau diberi nama Zainab karena beliau adalah pelipur lara duka sang ayah sepeninggal ibundanya, sebagaimana sayyidah Fathimah juga diberi Ummu Abiha karena menggantikan posisi dan melanjutkan tugas ibundanya Sayyidah Khadijah untuk membantu Ayahnya, Nabi besar kita Muhammad saww.

2- Ilmu Laduni

Keutamaan beliau yang lain adalah Ilmu laduni yang dianugerahkan oleh Allah kepada beliau, ilmu laduni adalah anugerah ilmu yang dimiliki oleh seseorang tanpa proses belajar.

Imam Ali Zainal Abidin as bersabda kepada bibinya (Zainab): Engkau alim tanpa ada yang mengajari.

Sayyidah Zainab sering kali menjadi rujukan kaum wanita untuk menjawab dan menyelesaikan masalah yang mereka alami.

Zainab

3- Ibadah dan Penghambaan kepada Allah swt

Sayyidah Zainab memahami ayat Al-Quran tentang tujuan penciptaan manusia dengan baik. Tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan menghamba kepada Allah swt.

Beliau menyaksikan langsung ibadah dan salat kedua orang tua (Imam Ali dan Sayidah Fatimah) dari dekat. Di Karbala melihat bagaimana Imam Husain as melewati malam Asyura dengan shalat, membaca Al-Quran, berdoa dan beristighfar.

Sayidah Zainab juga sangat menyukai Sholat, membaca Al –Quran dan ibadah tengah malam. Tidak satu musibah pun mampu menghalangi beliau dari ibadah. Imam Sajjad as bersabda: Bibiku Zainab selalu mendirikan shalat wajib dan sunnah. Itu dilakukan saat perjalanan (kafilah tawanan) dari Kufah hingga Syam. Bahkan beliau melakukannya di sebagian persinggahan dengan duduk karena rasa lapar dan lemah yang dirasakan. (Baca: Infografis: Perjalanan Kafilah Al-Husain dari Madinah Hingga Kembali ke Madinah)

Saat mengucapkan perpisahan dengan Sayyidah Zainab, Imam Husain as berkata: “Adikku, Zainab! Jangan lupakan aku dalam shalat (ibadah) malammu.” Ini menunjukkan bahwa Sayyidah Zainab telah mencapai puncak tertinggi penghambaan dan meraih tujuan penciptaan yaitu ibadah.

Bagaimana dengan kita? Hanya karena mengantuk berani meninggalkan sholat shubuh, asyik bermain lupa sholat ashar… Kita lebih suka membaca komik dari pada Al-Quran, lebih suka mendengarkan musik dari pada lantunan suara Al-Quran…

Semoga setelah mengetahui sedikit tentang Sayyidah Zainab as kita bisa berusaha meneladani beliau.

Sampai disini dulu ya… (bersambung).

Baca: “10 Kemuliaan Sayyidah Zainab as (2)

 

No comments

LEAVE A COMMENT