Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

14 Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Seksual (2)

  1. Teman yang buruk

Remaja sangat suka berteman dan menjadikan teman sebagai model identifikasi bagi dirinya. Ia akan mengikuti mulai dari perkataan sampai tingkah laku temannya. Pada usia ini, pengaruh teman lebih besar dari yang lainnya (Qadhi, 1384 HS). Hal ini didukung al-Quran dalam ayat 28 surah al-Furqan yang menyatakan kelak pada hari kiamat,kebanyak orang mendapat azab disebabkan teman-temannya:

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).

Penyimpangan seksual yang dilakukan pemuda sebagian besar disebabkan pengaruh pertemanan. Para ahli menyatakan teman-teman yang buruk selalu berusaha menularkan kerusakannya secara langsung kepada temannya. Penelitian yang telah dilakukan melaporkan remaja putri yang mengalami masalah akibat cinta sesaat akan berusaha menyesatkan teman agar sama seperti dirinya. Hal ini juga dijumpai pada remaja putra (Barezgar Syani, 1386 HS).

  1. Tidak terpenuhinya kebutuhan dalam hubungan suami istri

Ketidakpuasan dalam hal hubungan suami istri pada perempuan merupakan salah satu faktor penyebab penyimpangan seksual. Ketika dorongan seksual perempuan tidak terpenuhi di rumah, ia akan berusaha memuaskannya sendiri. Perempuan yang tidak puas dengan pasangannya, akan menganggap suaminya lemah dan mengidap penyakit. Dalam kondisi demikian, ia akan berperangai buruk terhadap suami dan tidak lagi menunjukkan cintanya. Bahkan mungkin saja ia berkhianat terhadap suaminya dan menjalin hubungan tidak sah dengan laki-laki asing. Perempuan yang kebutuhan biologisnya terpenuhi akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan serta bertingkah laku lebih baik. Dari sisi lain, istri yang selalu bersyukur dan berterimakasih kepada suaminya akan melakukan pekerjaan rumah dengan senang hati. Dengan itu, cinta dan kasih sayang terhadap suami pun semakin bertambah (Awareh, ….).

Ketidakpuasan seksual yang dialami istri memiliki pengaruh besar baik terhadap perilaku dan kesehatan fisik serta psikologisnya. Banyaknya  riwayat yang berkaitan dengan hal ini menunjukkan betapa Islam memberi perhatian tentangnya. Sebagai contoh, Rasulullah sallahu alaihi wa alihi bersabda:

“ان يصحب الرجل الرجل فلا يسأله عن اسمه وكنيته: وان يدعى الرجل إلى طعام فلا يجيب أو يجيب فلا يأكل، ومواقعة الرجل أهله قبل الملاعبة”[1].

Tiga hal yang termasuk dalam keburukan; laki-laki yang bersama laki-laki lainnya namun tidak menanyakan namanya, seseorang diundang makan namun tidak menunaikannya, dan seorang laki-laki yang ‘mendekati’ istrinya tanpa sebelumnya ‘bermain/bercumbu’.

  1. Masuknya perempuan ke dunia kerja

Perempuan yang berkarier di luar rumah akan berhadapan dengan berbagai masalah di lingkungan kerjanya. Salah satu masalah yang paling penting adalah penyimpangan seksual. Orang yang tidak mengambil manfaat dari agama dan iman akan lebih mudah terjerumus pada penyimpangan seksual. Khususnya ketika berhadapan dengan faktor  pemicu terjadinya penyimpangan. Demikian juga mereka tidak tergolongorang yang bertakwa dan menjaga kesucian diri. Dalam buku “Nahjul Balaghah” Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as mengandaikan keluarnya perempuan dari rumah sama dengan memasukkan pelaku keburukan ke lingkungan rumah:

وَلَيْسَ خُرُوجُهُنَّ بِأَشَدَّ مِنْ إِدْخَالِكَ مَنْ لاَ يُوثَقُ بِهِعَلَيْهِنَّ، وَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَلاَّ يَعْرِفْنَ غَيْرَكَ فَافْعَلْ

Keluarnya perempuan dari rumah tidak lebih buruk dari membawa masuk seseorang yang tidak baik. Jika engkau mampu, hiduplah sehingga para istri tidak mengenal orang selain kalian (suami)

Ketika perempuan sering berdampingan dengan seorang yang tidak layak, akan muncul peluang terjadinya penyimpangan. Syahid Muthahari menjelaskannya demikian: “Islam bukan melarang perempuan keluar dari rumah sama sekali. Islam tidak menyatakan bahwa perempuan tidak memiliki akses pendidikan dan tidak mengharamkan aktivitas ekonomi. Islam tidak menghendaki meminggirkan perempuan sehingga tidak melakukan apapun. Namun yang dilarang adalah sesuatu yang menyebabkan lemahnya kontrol sosial. Yaitu tercemarnya lingkungan kerja dengan suasana yang hanya mengejar kenikmatan syahwat. Apakah tidak lebih baik ketika anak perempuan dan anak laki-laki mengikuti sistem pendidikan pada tempat yang terpisah. Atau jika mereka berada di ruangan yang sama dengan menutupi tubuh masing-masing tanpa menghiasi diri. Tidakkah dengan kondisi seperti ini mereka akan dapat belajar, berpikir dan mengikuti penjelasan gurunya secara lebih baik? Dibandingkan ketika setiap anak laki-laki berada di samping anak perempuan yang berdandan dan mempercantik dirinya dengan berhias (Muthahari, 1383 HS).

Steven More menyatakan pendapatnya tentang perempuan yang memasuki dunia kerja: “Masuknya perempuan ke dunia kerja dan kebebasan ekonomi memiliki tiga pengaruh terhadap lembaga keluarga. Pertama, lemahnya saling ketergantungan antara anggota keluarga khususnya ketergantungan istri terhadap suami. Kedua, meningkatnya perselisihan keluarga disebabkan kurangnya pengaturan perempuan terhadap urusan rumah tangga. Ketiga, bertambahnya kemampuan perempuan untuk menuntut cerai dan terbebas dari kesulitan hidup (Hajari, 1382 HS)

  1. Busana yang tidak layak

Busana yang tidak layak, khususnya pakaian ketat berpengaruh dalam membangkitkan dorongan naluriah remaja. Dalam usianya yang baru saja mencapai kematangan seksual, perhatiannya sangat mudah beralih pada hal-hal sensual. Meningkatnya fokus remaja terhadap seksualita memiliki pengaruh baik secara internal maupun eksternal. Pakaian yang sempit, khususnya pada bagian tubuh sekitar perut dan pinggang memiliki efek spesifik. Bentuknya adalah berupa rangsangan terhadap organ reproduksi sehingga menguatkan dan membangkitkan libido pada remaja. Penelitian para psikolog melaporkan pakaian yang ketat merupakan salah satu penyebab istimna/onani pada remaja. Tentang perilaku onani pada remaja, psikolog berkebangsaan Rusia menyatakan: “Rangsangan terhadap organ reproduksi berhubungan dengan peredaran darah di daerah pinggang dan panggul. Ketika darah di area tersebut bertambah, rangsangan ini juga akan meningkat. Bertambahnya volume darah di sekitar pinggang dan panggung disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain: konsumsi berlebihan makanan yang mengandung banyak energi, konsumsi minuman bersoda yang terdapat pada softdrink, dan konsumsi makanan mengandung rempah. Selain itu, penggunaan pakaian yang sempit dan ketat juga memberi pengaruh (Saburi Erdubadi, 1385 HS).

Al-Quran menghendaki agar Nabi Muhammad salallahu alaihi wa alih mengatakan kepada perempuan mukmim untuk merapatkan kerudungnya:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ahzab: 59)

Ayatullah Makarim Syirazi dalam “Tafsir Nemuneh” menyatakan : “Hal ini mencegah segala bentuk upaya pencari kesenangan melalui pandangannya untuk melakukan perbuatan keji. Karena itu, al-Quran menghendaki perempuan muslim tidak meremehkan pemakaian hijab. Sebagian perempuan yang memperlihatkan bagian tubuhnya, sama saja dengan menarik perhatian pelaku pencabulan.

Bersambung ….

 

Catatan Kaki:

[1] Hurr Amili, Wasail syiah, jil. 8 hal. 501

No comments

LEAVE A COMMENT